BOGOR-KITA.com – Kota Bogor ke depan akan memiliki tiga identitas yakni green city, heritage city dan smart city. Hal ini dikemukakan walikota Bogor Bima Arya
Saat tampil menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertajuk “Challenging The Global Market and Indonesia Economic Outlook” yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Bogor di IPB International Convention Center (IICC), Senin (3/9/2018).
Selain Bima Arya, tampil Ketua Umum BPP HIPMI 2005-2008 yang juga bakal calon Wakil presin RI Sandiaga Uno dan Bendahara Umum BPP HIPMI yang juga anggota DPR RI, Eka Sastra. .
Dalam paparannya Bima Arya bercerita sejarah dan arah pembangunan Kota Bogor ke depan yang akan menuju tiga identitas, yakni Green City, Heritage City dan Smart City.
“Kota Bogor merupakan kota yang jika dibandingkan dengan kota-kota di sekeliling Jabodetabek, adalah kota yang paling berkarakter. Di sini ibu kota Kerajaan Sunda Pajajaran, di sini Bung Karno pernah tinggal, di sini Presiden Jokowi juga tinggal, di sini ada Batutulis. Jadi, ini kota paling berkarakter di Jabodetabek, baik secara historis, geografis, maupun demografis,” kata Bima.
Dengan kelebihan itu, kata Bima, Kota Bogor memiliki modal yang luar biasa untuk bergerak lebih cepat dibanding kota-kota yang lain di Jabodetabek.
“Masalahnya, kalau kita lihat data agak mengerikan. Waktu saya ABG atau SMA, penduduk Kota Bogor masih 400-500 ribu jiwa. Tapi sekarang sudah 1 juta. Sepuluih tahun lagi diprediksi mencapai 1,5 juta jiwa. Kalau tidak ngapa-ngapain, kita tidak akan jalan di tempat,” jelasnya.
Bima menambahkan, ke depan diperlukan banyak kolaborasi lintas daerah, lembaga dan lain sebagainya.
“Ini zamannya walikota tidak bisa sendiri. Ini zamannya kepala dinas dikudeta oleh startup. Jabodetabek sekarang penduduknya 35 juta secara total. Urutan kedua setelah Tokyo dan sekitarnya dalam konteks megacity. Berkembang sangat cepat sekali,” jelasnya.
Sehingga, lanjut Bima, pembangunan di Jabodetabek tidak bisa dilakukan masing-masing pemerintah daerahnya saja.
“Saya merasakan agak sulit untuk berkomunikasi dengan Walikota Tangerang, Bekasi, Gubernur Jakarta kadang-kadang agak susah juga. Ada lembaga ini, lembaga itu yang dibuat tapi itu semua hanya formalitas. Lebih cepat japri, lewat WA,” terangnya.
“Usul saya, Jabodetabek harus di bawah kementerian khusus nantinya. Misalnya Menteri Negara Khusus Jabodetabek. Betul itu. Ini serius. Karena saya menelpon Gubernur Jakarta kadang tidak nyambung salurannya, begitu nyambung tapi susah. Tapi kalau ada menteri khusus enak ini. Lintas sektoral semuanya,” tambah dia.
Menurut Bima, Kementerian Khusus Jabodetabek ini sangat penting. “Sebab jabodetabek harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa sendiri-sendiri. Urusan banjirnya harus sama-sama, penataan PKL harus sama-sama, urusan transportasinya harus sama-sama juga,” tukasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bima Arya mengajak para pengusaha, khususnya anggota HIPMI untuk bisa masuk bukan saja sebagai pemecah persoalan yang ada tapi juga membangun terobosan yang baru.
“Saya bilang, kepala dinas itu tugasnya sekarang sudah dikudeta. Kadis Pertanian misalnya, dikudeta lewat e-Tani. Teman-teman yang punya startup itu, talent scouting oleh mereka, pasar dibuka oleh mereka, dilatih oleh mereka. Terus Kadis ngapain? Saya sampaikan, bahgwa kepala dinas ini kini terancam oleh startup. Satu-satunya peran pemerintah adalah membuat regulasi. Tapi pertanyaannya ketika regulasi ini abu-abu, ketika digital lebih cepat dari pada regulasi, ya selesai kita,” bebernya.
“Poinnya adalah berkolaborasi. Maka itu saya mengundang rekan-rekan HIPMI, masuk menjadi bagian dari solusi, kita bersama-sama pecahkan berbagai persoalan yang ada,” pungkasnya.
Kegiatan itu juga diisi dengan pelantikan Zulfikar Priyatna sebagai Ketua BPC HIPMI Kota Bogor Periode 2018-2021. [] Admin