BOGOR-KITA.com – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor memastikan pasokan air ke pelanggan tetap berjalan dengan baik, meskipun sebagian wilayah mengalami kekeringan akibat musim kemarau.
Kasubag Humas PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor, Agus Riyanto menjelaskan, stok air yang ada saat ini masih aman untuk dialirkan kepada para pelanggan.
“Bahkan kita juga bisa membantu pemerintah untuk mendistribusikan air ke wilayah yang kekeringan, ketika BPBD kekurangan pasokan air dan tidak bisa menanggulanginya,” ujar Agus ditemui PAKAR di kantornya, Selasa (9/7/2019).
Saat ini, pelanggan PDAM Tirta Kahuripan tercatat mencapai 165 ribuan yang tersebar di delapan kantor cabang. Mulai dari Cibinong, Cileungsi, Jonggol, Parungpanjang, Kedung Halang, Ciawi, Ciomas dan Leuwiliang.
Dari delapan cabang itu, kata Agus, wilayah Leuwiliang sempat mengalami kekeringan akibat terjadi kebocoran yang juga dipengaruhi dari cuaca kemarau. “Tapi bisa segera tertangani oleh tim. Kita langsung kirim mobil tangki kesana untuk memasok air,” ungkap dia.
Agus menyebut, sumber air yang paling banyak masih terdapat di Ciburial dengan 480 liter per detik. Dengan stok air yang masih cukup melimpah, maka PDAM Tirta Kahuripan masih bisa membantu pemerintah daerah jika terjadi kekurangan stok air di wilayah kekeringan.
“Kita ada 11 mobil tangki dengan kapasitas rata-rata 5.000 liter untuk memasok air ke pelanggan maupun membantu pasokan air di luar pelanggan yang mengalami kekeringan,” jelas dia.
Namun begitu, Agus pun mengkhawatirkan jika cuaca kemarau cukup lama terjadi, stok air yang ada juga bisa berkurang. Jika itu terjadi, maka PDAM pun harus mencari sumber lain dan permohonan sambungan lain.
“Tapi mudah-mudahan aman. Dan untuk saat ini secara keseluruhan kondisinya aman dan masih bisa tertangani,” tegas Agus.
Sebelumnya diketahui, bencana kekeringan juga memberikan dampak pada lahan pertanian di wilayah timur seperti Jonggol dan Cariu. Tercatat, seluas 600-an hektar sawah di wilayah tersebut pun kekeringan. Para petani pun diprediksi bakalan mengalami kerugian hingga milyaran rupiah di musim kemarau saat ini.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Siti Nuriyanti mengatakan, potensi kerugian yang akan dialami para petani lantaran pasokan air di wilayah tersebut sangat sulit didapatkan. “Kerugiannya diperkirakan mencapai Rp1,5 sampai Rp1,8 miliar. Asumsinya 600 hektar dengan anggapan 1 hektar itu 6 ton gabah, dalam 6 ton gabah jadi beras 0,6 persennya. Dan jika harga beras 8.500 per liternya,” jelas Nuriyanti.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, wilayah Jonggol dan Cariu menjadi kawasan terparah yang terdampak kekeringan di musim ini. Distanhorbun mencatat, ada beberapa indikasi terjadi hal serupa di wilayah lain, hanya saja tak sebesar dua daerah ini (Jonggol,Cariu-red), dengan indikasi sekitar 5000-an meter kekeringan.
“Di wilayah lain kita lihat belum kering banget, masih ada basahnya. Nah kalo di Jonggol-Cariu, itu kering dan pasokan air sangat sulit. Airnya sangat jauh sekitar 2 sampai 3 kilometer dari persawahan,” ungkap Nuriyanti.
Jonggol dan Cariu menurut Nuriyanti menjadi wilayah yang paling sering terkena kekeringan. Pada tahun 2015, kedua wilayah ini mengalami gagal panen (fuso) total akibat sumber air yang sangat jauh.
Dari pengalaman tersebut, Nuriyanti mengaku pernah mengajukan pembangunan DAM (penampung air) di wilayah itu karena merupakan daerah tadah hujan. “Solusi agak susah karena sumber airnya sangat jauh. Dan ini termasuk yang susah ditangani. Makannya kami pernah mengajukan pembangunan DAM itu,” kata dia menekankan.
Tak hanya itu, Nuriyanti juga mengkhawatirkan kekeringan ini akan mengular lebih luas lagi. Sebab, jika tidak ada cadangan air yang dibangun, maka akan jauh lebih merugikan. “Kalau keringnya berkepanjangan tentu akan akan bermasalah,” tegasnya. [] Admin/Pkr