Regional

Janda Tangguh Penjual Kopi Keliling di Jalan Margonda Depok

Elya, bersama 2 anaknya, Dilan (8) dan Soraya (6) saat berjualan kopi di jalan Margonda, Kota Depok, Senin (16/11/2020).

BOGOR-KITA.com, DEPOK  – Senin (16/11/2020), pukul 4 sore, usai melaksanakan sholat ashar , Elya bergegas menuju dapur, menyalakan kompor, mendidihkan air, kemudian memasukkannya ke dalam 2 termos miliknya.

Dari kontrakan kecilnya yang berkisar 4×6 meter persegi, Elya mengeluarkan sebuah sepeda kecil bertempel keranjang dari depan ke belakang dan tempat duduk kecil di bagian tengah.

Dua anak kecil menghampirinya. “Ma, kita naik ya,” ucap salah satu anaknya.

Di Jalan Margonda Depok, tim Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa bertemu dengan wanita pedagang kopi keliling beserta dua anaknya itu.

Wanita tersebut memang kerap terlihat dengan dua anaknya di tempat itu lengkap dengan sepeda berserta perangkat dagangannya. Beberapa orang silih berganti menghampirinya untuk membeli segelas kopi, atau sekedar hanya meneduh.

Elya Susanti,  janda 31 tahun itu harus berjualan kopi keliling setelah kepergian suaminya.

Baca juga  Persikabo 1973 Mencari Pelatih Baru, Usai Aidil Mundur

Elya memiliki 2 anak, Dilan (8) dan Soraya (6). Keduanya terpaksa ikut sang Ibu berjualan, karena di rumah tidak ada orang yang merawat.

“Saya jualan kopi keliling sejak tahun 2014. Tahun sebelumnya suami saya meninggal, maka otomatis tulang punggung berpindah kepada saya. Saya bisanya ya bikin kopi, jadi yang bisa saya dagangkan ya kopi keliling,” cerita Elya.

Elya memulai dagangannya dari pukul 5 sore, kemudian pulang pada pukul 10 malam. Tempatnya berdagang kopi sekitar 30 menit jarak waktu tempuh dari rumahnya.

Mengapa sore? Di pagi hari Elya mengajar kedua anaknya pelajaran-pelajaran sekolah. Selain itu juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, besih-bersih, dan lain-lain.

Berdagang kopi menjadi satu-satunya pemasukan bagi Elya untuk merawat dan menghidupi kedua anaknya.

Baca juga  Soal Literasi dan Taman Bacaan, Tidak Bisa Hanya di Belakang Meja

Tidak banyak memang yang bisa dilakukan olehnya. Pagi hari pun tak sempat Elya mencari pekerjaan lain, karena harus mendidik dan mengajari kedua anaknya, apalagi di saat kondisi pandemi seperti ini.

“Selain jualan kopi saya tidak ada pemasukan lain. Kalau pagi saya harus mengurus anak-anak sekolah. Apalagi sekarang belajar online. Saya mendadak jadi guru juga setiap pagi di rumah,” lanjut Elya.

Meski begitu, Elya mengaku tetap berusaha tegar dan sebisa mungkin menahan setiap keluhnya. Baginya, apapun kondisi yang dialaminya, ia akan tetap selalu mensyukuri. Namun satu hal yang ia sesali, adalah terpaksa ia harus mengajak anak-anaknya ikut berdagang di jalanan. Bahkan tak jarang, ketika hujan turun, mereka kebingungan mencari tempat teduh. Saat itu perasaan sedih Elya semakin meningkat.

Baca juga  Waduk Darma Kabupaten Kuningan Disiapkan jadi Destinasi Wisata Internasional

Namun, hal itu yang menjadikannya semakin membara semangat juangnya. Ia terus berjuang mencari nafkah dan berusaha memberikan pendidikan terbaik buat anak-anaknya. Harapan besarnya, Dilan dan Soraya kelak memiliki kehidupan yang jauh lebih baik darinya.

“Harapan saya semoga anak-anak jadi orang lebih baik dari saya. Saya kalau ngomongin anak-anak itu sangat sedih mas. Ibu mana yang mau anaknya ikut jualan. Saya nggak mau anak-anak ikut jualan, Saya mau anak-anak tetap di rumah, main sama teman-temannya. Tapi mau gimana lagi, kondisinya seperti ini. Anak-anak harus terpaksa ikut jualan. Pinggir jalan ini sudah menjadi rumah kedua bagi kita.  Hampir 6 jam setiap harinya mereka di sini,” pungkas Elya dengan rona sedu. [] Hari/ LPM Dompet Dhuafa

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top