BOGOR-KITA.com – Pengusaha muda yang juga Founder Perwiratama Group Drh. Cecep M. Wahyudin S.H., M.H, mengatakan masuknya industri 4.0 ke sektor agribisnis merupakan hal yang menguntungkan bagi sektor tersebut. Cecep yang juga seorang pengacara menggarisbawahi pentingnya pengelolaan pascapanen dan proses pendistribusian serta marketing suatu produk.
Hal tersebut dikemukakannya saat ditemui BOGOR-KITA.com, di D’collonel Restaurant beberapa waktu yang lalu. Cecep mengatakan memang sudah waktunya sektor agribisnis didigitalisasi.
“Saya kira sudah tepat sudah saatnya , jadi jangan lagi mentradisionalkan agribisnis,” kata Cecep.
Ia mencontohkan, di sektor peternakan, sekarang sudah disebut industri peternakan. Menurut Cecep, bicara industri kita harus bicara target. Misal ayam harus bisa dipanen dalam waktu 30-35 hari.
Kaitannya dengan digitalisasi, Cecep yang merupakan pimpinan perusahaan peternakan terintegrasi dengan omzet 650 Milyar per tahun itu telah membuat aplikasi bernama Etanee.
Hasil penelusuran BOGOR-KITA.com, Etanee merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan daging sapi, daging ayam dan sembako. Etanee sudah tersedia di playstore.
Menurut Cecep, peran industri 4.0 di sektor agribisnis adalah bagaimana caranya bisa menyambungkan pasar dengan produsen. “Market mintanya apa, itu yang diproduksi,” kata Cecep.
“Contoh saya ambil kasus, pasar ingin ikan gurame selalu ikan hidup , padahal hidup itu ada resiko tinggi, nah bagaimana caranya ikan gurame ini tetap segar sampai ke pasar,” tambah Cecep. Maka dari itu Cecep mengatakan pentingnya proses penyimpanan yang memanfaatkan teknologi.
Untuk diketahui Rektor IPB Dr Arif Satria telah mengulas tentang pertanian 4.0. Dalam tulisan yang dimuat di BOGOR-KITA.com, 28 Januari 2019, Arif Satria mengatakan teknologi 4.0 yang saat ini populer adalah penerapan teknologi artificial intelligence, robot, drone, internet of things dan big data analitik dan kini sudah menjadi keniscayaan. Ruang lingkup pertanian 4.0 adalah sebagai berikut.
Pertama, on farm akan dicirikan dengan pertanian presisi (precision farming) dimulai dengan menghasilkan benih unggul berbasis bioinformatics, Pengendalian hama terpadu secara cerdas dengan artificial intelligence, pemupukan presisi, penggunaan smart tractor, penyemaian benih dengan robot. Plant factory kini juga makin populer. Saat ini mahasiswa IPB sudah menemukan identifikasi penyakit tanaman dengan smart phone.
Kedua, off farm dicirikan tidak saja dengan agroindustri cerdas tetapi juga sistem logistic pertanian digital. Teknologi blockchain kini mulai diaplikasikan utk menjamin transparansi dan traceability aliran produk pertanian sehingga para pelaku hulu-hilir bisa saling mengontrol. Saat ini pelaku hulu dalam posisi lemah krn informasi yang asimetris. Ke depan informasi akan simetris dan pelaku hulu-hilir akan lebih setara.
Ketiga, pemasaran digital dan konsumen cerdas yang melek digital akan mewarnai konsumen masa depan. Pola pemasaran ke depan tidak lagi konvensional seperti sekarang tetapi akan berbasis platform. Konsumen produk pertanian akan menggunakan platform melalui smart phone dalam membeli produk baik utk memilih produk atau menelusuri asal usul produk. Untuk memilih produk Dosen IPB Prof Aris Purwanto sudah menemukan cara identifikasi kematangan buah mangga dengan smartphone. Jadi kalau belanja buah kita bisa tahu buah ini matang atau tidak dengan cara yang mudah.
Menurut Cecep, pola 4.0 di indonesia petani Indonesia tidak menemui masalah dalam prosees produksi. Iklim di Indonesia yang baik mendukung proses produksi tersebut. “Justru yang paling utama adalah supply chain atau rantai pasokan,” tutur Cecep.
Panen raya, salah satu pengelolaan pascapanen teknologi 4.0 harus bisa menyimpan produk – produk yang nantinya bisa didistrisibusikan sesuai permintaan pasar.
“Saat panen raya bisa disimpan dalam jangka waktu lama, jadi bisa nanti bisa didistribusikan disesuaikan dengan demand,” kata Cecep. [] Hari