DPIS IPB: Proses Ekonomi di Desa Diharapkan Hasilkan Perdesaan Unggul
BOGOR-KITA.com, BOGOR- Desa tidak hanya sebagai penyuplai bahan baku bagi kebutuhan industri, tapi di desa juga diharapkan terjadi proses ekonomi yang menghasilkan nilai tambah sehingga terwujudnya pengembangan kawasan perdesaan yang unggul. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis IPB University, Eva Anggraini, saat menjadi narasumber pada acara Strategic Talk yang ke-24 berjudul “Membangun Kelembagaan Ekonomi dan Bisnis di Pedesaan” yang diselenggarakan secara daring oleh Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS), IPB University pada Selasa (25/5/2021).
Potensi besar yang dapat dikembangkan di desa adalah pengembangan ekonomi desa berbasis keunggulan lokal, dan didukung oleh data desa yang presisi. IPB telah merumuskan agar dapat terwujud industri perdesaan berbasis keunggulan lokal, yang sifatnya “local specific product”. Untuk itu IPB terus mendorong pelaku utama bisnis di perdesaan, small holders di desa untuk mengembangkan BUMDes dan perekonomian di desa.
Hal senada juga disampaikan oleh Handian Purwawangsa, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB University, berdasarkan pengalaman dan pembelajaran dari program One Village One CEO (OVOC) yang telah dilaksanakan di Jawa Barat, OVOC dapat menjadi salah satu model dalam upaya peningkatan kapasitas BUMDes dan pengembangan kelembagaan ekonomi desa. Model ini diharapkan bisa digunakan di lokasi lain sesuai dengan keunggulan produk di desa masing-masing.
Sejak tahun 2019, IPB telah mengembangkan program One Village One CEO (OVOC) dan One Village One Innovation yang tersebar di 53 desa pada 6 kabupaten di Jawa Barat. Dampak dari program ini diantaranya adalah peningkatan pendapatan rata-rata dari Rp 2 juta menjadi 2,5 juta atau sebesar 23,17 persen setiap desa, penyerapan tenaga kerja baru rata 30-100 orang per desa, jumlah masyarakat terpapar program sebanyak 100-200 orang setiap desa, dan jumlah produk inovasi terserap 100 persen setiap desanya. “Hal ini membuat mitra kami tertarik untuk menambah jumlah desa yang terlibat dalam penerapan inovasi ekosistem bisnis pedesaan. Dari 53 desa di Jawa Barat menjadi 350 Desa di Seluruh Indonesia,” ujar Handian.
Pada kesempatan yang sama Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Harlina Sulisyorini, mengatakan bahwa Kementerian Desa PDTT memiliki target untuk mengentaskan 10.000 Desa Tertinggal menjadi Desa Berkembang, mendorong 5.000 Desa Berkembang menjadi Mandiri, merevitalisasi 63 Kawasan Transmigrasi, merevitalisasi 62 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) dan mengentaskan 25 Daerah Tertinggal. “Program yang One Village One CEO ini terus terang telah membantu kami dalam mencapai target-target tersebut”, imbuhnya. “Untuk itu kolaborasi dengan perguruan tinggi dan berbagai pihak harus terjalin,” tambah Harlina yang juga lulusan IPB.
Selain dihadiri oleh para akademisi, diskusi tersebut juga dihadiri oleh berbagai praktisi pedesaan, terutama mereka yang terlibat dalam pendamping desa. Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis Eva Anggraini mengatakan Pelaksanaan kegiatan Strategic Talk kali ini sebagai bagian dari Dialog Independent food system summit dan hasilnya akan disampaikan oleh Indonesia pada forum Internasional UN FOOD SYSTEM SUMMIT yang akan dilaksanakan pada Bulan September 2021. [] Hari