BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Desa selalu menjadi penyangga bagi negara sehingga negara mampu mengatasi krisis yang terjadi. Tidak hanya sektor pangan, desa juga menjadi penyangga sektor ekonomi karena banyak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di desa.
Hal ini dikemukakan David Ardhian, CTSS Fellow IPB University, dalam diskusi daring yang diselenggarakan Center for Transdisciplinary and Sustainability System (CTSS) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University bertajuk “Masyarakat Pedesaan dan Pandemi COVID-19.”
Dalam rilis tertulis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Kamis (14/5/2020), disebutkan, selain David Ardhian. tampil juga berbicara Direktur CTSS IPB University, Prof Dr Damayanti Buchori.
David Ardhian dalam paparannya mengatakan, ada tiga hal yang terjadi di desa akibat pandemi covid-19 yang terjadi saat ini.
Tiga hal tersebut adalah adanya pelimpahan tenaga kerja di pedesaan, desa sebagai penyangga pangan nasional, dan munculnya generasi pembaharu dari desa.
Menurutnya, hal ini akan melahirkan generasi baru atau champion dari desa. “Champion dari desa umumnya lahir dari krisis dan berusaha membawa nilai-nilai lokalitas yang sudah dianut. Generasi baru atau champion ini akan lahir pada jamannya untuk menjawab tantangan yang sedang terjadi,” paparnya.
Dari fenomena tersebut, David mengusulkan supaya dilakukan kajian ulang untuk melakukan deevolusi penuh terhadap kebijakan otonomi daerah dan desa sehingga desa dapat mengatur sendiri sesuai dengan kemampuannya. Ia juga mengusulkan untuk terus melahirkan champion lokal dan memberi pelajaran tentang ketahanan pangan.
“Ketahanan pangan ini tidak hanya soal kuantitas pangan yang banyak, tetapi termasuk di dalamnya adalah kualitas pangan itu sendiri,” ungkapnya.
Usulan tersebut ia sampaikan karena dari krisis-krisis yang terjadi di Indonesia selama ini, desa selalu menjadi penyangga bagi negara sehingga negara mampu mengatasi krisis yang terjadi. Tidak hanya sektor pangan, desa juga menjadi bagi penyangga sektor ekonomi karena banyak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di desa.
Sementara Direktur CTSS IPB University, Prof Dr Damayanti Buchori menjelaskan, kondisi desa di Indonesia berbeda dengan kondisi perkotaan, baik dari segi biophysical maupun culture budayanya. Adanya pandemi covid-19 ini dapat menjadi pembelajaran bersama tentang apa yang sebenarnya terjadi di desa-desa.
“Kita dulu punya desa-desa tradisional yang masing menganut marga maupun nagari, di seluruh Indonesia itu desa punya karakter-karakter desa yang berbeda satu sama lain dan di situlah letak resiliensinya karena adanya kebersatuan yang utuh antara budaya dan kondisi ekologis lokal,” ungkap dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman ini.
Dengan adanya kebijakan penyeragaman antar desa di Indonesia, menyebabkan ciri lokalitas desa tersebut menjadi hilang. Di samping itu, pandemi COVID-19 ini memiliki peluang dan potensi untuk kembali melakukan refleksi ulang terhadap kebijakan-kebijakan yang menyangkut lokalitas desa. [] Admin