Bos Muda Jebolan IPB, Sukses Produksi Reduktan untuk Kurangi Pestisida Hingga 50 Persen
BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Muda, gagah dan sukses. Itulah Kukuh Roxa Putra Hadriyono, Alumnus IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, sang CEO PT. Pandawa Agri Indonesia.
Ia merintis perusahaannya ini sejak tahun 2014. Melalui usahanya itu, laki-laki 33 tahun ini telah meraih beberapa penghargaan di antaranya adalah Asia Innovator oleh DBS Foundation ASIA 2017, 9 Best Innovator in The World oleh Smallholders Advancing with Innovation and Technology (SAWIT) 2016, Mandiri Young Technopreneur oleh Bank Mandiri 2013, dan Pemenang Social entrepreneur based on social impact and environment oleh Sampoerna Foundation & INOTEK 2016.
Untuk menjadi entrepreneur, Kukuh menyampaikan prinsip yaitu integritas dan kesungguhan untuk belajar.
“Yang pertama adalah integritas. Integritas ini tidak bisa ditawar, karena merupakan modal agar orang percaya kepada kita,” tegasnya dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Kamis (14/1/2021).
Kedua, tidak pernah berhenti belajar hal-hal baru, karena hari ini masih banyak yang mengawali sesuatu hanya dengan bermodal semangat. Hal ini memang baik namun semakin besar hal yang diperjuangkan ternyata masalahnya akan semakin kompleks dan semangat saja tidak cukup sehingga harus terus berdaptasi terhadap hal-hal baru.
Kukuh mengaku, pernah belajar di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University memberikannya modal dasar dalam mengembangkan bisnis di bidang agrichemical company.
“IPB membuat saya banyak belajar bekerja sama dengan berbagai mahasiswa yang memiliki ragam latar belakang. Secara tidak langsung, hal ini sangat penting dalam mengajarkan integrasi dalam menghadapi beragam karakteristik dan di dunia nyata terpakai sekali. Dasar-dasar itu sudah ada di IPB University. Apabila tidak menekuni pertanian sekalipun, setidaknya ada perubahan cara berpikir dan berkomunikasi sebagai satu kesatuan dalam kelompok yang kita peroleh dari IPB University,” terang Kukuh.
Kukuh membangun usaha yang tidak sekedar berorientasi bisnis namun juga dapat memberikan manfaat untuk lingkungan. Ia memilih mendirikan PT. Pandawa Agri Indonesia (PAI) bersama timnya. Perusahaan ini adalah perusahaan yang memproduksi agrichemical golongan reduktan.
Produk yang dihasilkan memiliki kemampuan dalam melakukan penurunan pestisida hingga 50 persen dari dosis awal. Upaya ini dapat membantu petani maupun perkebunan untuk tetap bertani dengan aman sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
“Fakta penggunaan pestisida yang terus menerus apalagi berlebihan di lapangan dan berisiko memberikan dampak negatif pada lingkungan salah satunya adalah resistensi maupun resurjensi hama. Hingga saat ini kami sudah dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetis lebih dari 1 juta liter,” jelas Kukuh.
Awalnya, Kukuh bersama dengan rekannya hendak merancang usaha pestisida, namun setelah mempelajari bahan aktif pestisida itu hampir 100 persen impor. “Kemudian kami berpikir agar bahan alternatifnya berasal dari lokal sehingga kami tidak bergantung dari material luar negeri sama sekali. Kami yakin, masih banyak lagi bahan alami di Indonesia yang belum tereksplorasi dan termanfaatkan” tambahnya.
Ia pun mengaku, pengalaman tersebut menjadi pelajaran bagi perusahaan sehingga dapat terus berinovasi dengan memaksimalkan kekayaan biodiversitas di Indonesia.
“Bila kita bisa kuliah seperti di IPB University, baiknya kita mempunyai niat untuk aktif memajukan bangsa. Tentu sayang jika kita hanya berambisi untuk skala pribadi. Kepentingan dan kebutuhan pribadi itu penting karena itu dasar yang membuat kita menjadi mandiri, namun baiknya tidak berhenti di sana dan setelah itu kita harus bertanya ‘peran kita nanti itu apa untuk berperan dalam kemajuan bangsa?” ujarnya.
Kukuh juga berpendapat menjadi bermanfaat itu tidak hanya di dunia pertanian atau dalam satu jenis pekerjaan seperti pengusaha. “Tidak semuanya harus dinilai terbatas di materi, contohnya mereka yang memiliki jiwa pengabdian seperti pengajar bisa jadi lebih bermanfaat dan memiliki pahala yang lebih besar dari kita,” tutup peraih 1st winner of Indonesia Young Entrepreneur in the Agriculture sector held by Indonesian Ministry of young and sport pada tahun 2013. [] Admin