BOGOR-KITA.com, RUMPIN – Keinginan untuk terus belajar pada diri Deni Mulyadi (14) sangat kuat, meskipun saat ini pembelajaran sekolah dilakukan dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dalam jaringan (daring).
Deni Mulyadi adalah anak seorang janda tua penjual makanan ringan dan saat ini tercatat sebagai murid kelas 1 MTS Matlaul Anwar, Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
“Adinda Deni berencana hendak menjual ayam kesayangannya agar bisa membeli handphone (hp) supaya bisa ikut belajar daring,” ungkap Widdie, seorang remaja putri yang bersama beberapa rekannya menjadi relawan sosial, Rabu (5/8/2020).
Widdie menambahkan, Deni memang anak keluarga tidak mampu yang hidup bersama ibu dan neneknya yang sudah tua. “Deni juga sering membantu ibunya saat berjualan makanan. Dia bilang kasihan sama ibunya,” ujar Widdie.
Yusfitriadi, Direktur DEEP Indonesia mengatakan, kisah kesulitan yang dialami Deni Mulyadi hanyalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan bahkan jutaan kisah pahit pelajar dari keluarga tak mampu yang harus terpaksa mengikuti sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan metode daring yang membutuhkan sarana perangkat handphone dan akses internet. “Makanya sistem pembelajaran daring yang dipaksakan tanpa adanya arahan, pemetaan dan terobosan kreativitas yang jelas hanya sebuah sistem konyol,” tandas Yusfitriadi melalui sambungan telepon pribadinya. [] Fahry