Pendidikan

Superfood dan Perubahan Paradigma Masyarakat terhadap Pangan

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Meningkatnya penyakit disertai dengan penyebaran COVID-19 secara perlahan memberikan perubahan sikap dalam pencegahan penyakit dan gaya hidup sehat. Hal tersebut dapat diawali dengan healthy diet, melalui konsumsi pangan fungsional, superfood dan suplemen yang lebih disukai dibandingkan obat-obatan.

Prof Ahmad Sulaeman, Guru Besar Keamanan Pangan IPB University menjelaskan, ada perubahan paradigma masyarakat terhadap pangan. Perubahan paradigma ini telah menjadikan masyarakat mencari makanan yang dianggap menyehatkan, yang kemudian berkembang istilah baru yaitu superfood.

Lebih lanjut ia menjelaskan, meskipun tidak ada satupun makanan tunggal yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan gizi, terdapat jenis-jenis makanan yang mengandung zat gizi atau komponen fitokimia dalam jumlah yang tinggi. Tidak hanya itu, beberapa jenis makanan ini juga beragam yang berdasarkan studi empiris memberikan kontribusi atau bermanfaat untuk kesehatan.

Baca juga  Sekolah Alam Bogor Wakili Indonesia di Ajang Internasional Mokhtar Film Festival

“Superfood memungkinkan kita mendapatkan gizi dengan makan dalam jumlah lebih sedikit. Ketika kita mempertimbangkan untuk menambahkan satu pangan baru pada menu, kita harus memastikan bahwa kita tetap menjaga diet gizi seimbang dan bebas toksin yang bisa menyebabkan inflamasi dalam tubuh kita,” tambah Prof Ahmad, dosen IPB University yang telah meraih tiga penghargaan internasional dari The International College of Nutrition ini.

Prof Ahmad juga memaparkan beberapa superfood dalam Al Qur’an. Superfood yang dimaksud diantaranya adalah pisang, produk dari lebah, labu kuning, buah tin (ara), kurma, zaitun, dan delima.

Adapun kajian ilmiah tentang makanan yang tergolong superfood, Prof Ahmad menyebutkan diantaranya adalah propolis, air kelapa, sagu, galohgor, tempe, dan buah naga.

Baca juga  OPINI: Taman Bacaan Hanya Memulai dari Hal Kecil

“Penambahan makanan yang diklaim superfood dalam diet gizi seimbang tetap perlu disertai dengan olahraga yang teratur, sehingga dapat membantu meningkatkan wellbeing dan kesehatan masyarakat,” tambah Prof Ahmad.

Dosen IPB University dari Departemen Gizi Masyarakat itu menegaskan, agar konsumen tidak mislead dan tidak dirugikan, diperlukan pengaturan dan standar yang lebih jelas mengenai pangan yang diklaim atau diberi label superfood. Hal ini termasuk kewajiban menyediakan dukungan bukti ilmiah yang valid terkait klaim kesehatan yang diajukan.  [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top