Kab. Bogor

Puskesmas Bojonggede Punya Inovasi MASAYU Dukung Program ASI

BOGOR-KITA.com, BOJONGGEDE – Pelayanan Gizi di puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sementera pelayanan gizi di luar gedung umumnya ditujukan pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

Sehubungan dengan tugas dan fungsi program gizi pada kegiatan melakukan penyuluhan atau konseling gizi dan laktasi secara individu maupun kelompok, terdapat Program ASI eksklusif yang merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Kegiatan pelaksanaan peningkatan cakupan program ASI eksklusif di Puskesmas Bojong Gede berupa kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan oleh bidan desa pada saat kegiatan posyandu.

Baca juga  Boling di Klapanunggal, Iwan Setiawan Instruksikan Ini

Walaupun program ASI Eksklusif gencar disosialisasikan, namun belum semua bidan di wilayah kerja Puskesmas Bojong Gede dapat melaksanakan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan ASI Eksklusif pada setiap pertolongan persalinan yang dibuktikan dari masih terdapat ibu-ibu yang belum/tidak bisa memberikan ASI eksklusif. Namun harus diakui bahwa, masih banyak bayi yang belum mendapatkan ASI Eksklusif. Terbukti pencapaian ASI Eksklusif tahun 2018 di Puskesmas Bojonggede masih rendah yaitu 7.3%, sedangkan targetnya adalah 90%, masih ada kesenjangan sebesar 82.7%.

Dari survey pendahuluan yang dilakukan, alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktik ASI eksklusif bermacam-macam seperti budaya memberikan makanan prelaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula.

Baca juga  Liga 1 Indonesia: Kebobolan Lima Gol, Pelajaran Bagi Persikabo 1973 dari Pendekar Cisadane

Padahal menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi/anak yang optimal sekaligus mempertahankan kesehatan ibu setelah bersalin. Sejak lahir, bayi diberi ASI saja hingga usia 6 bulan yang disebut dengan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya ASI diteruskan hingga anak berusia 2 tahun dengan penambahan makanan lunak/padat yang disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup jumlah maupun mutunya.

Agar ibu-ibu lebih berhasil menyusui diperlukan bantuan moril dari suami dan keluarga, penyuluhan dan pengetahuan praktis dari petugas/kader. Oleh karena itu maka salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk kelompok MASAYU (Oma Sayang Cucu) di wilayah Puskesmas Bojonggede.

“Tujuan dilakukan inovasi MASAYU adalah terbentuknya kelompok MASAYU untuk mendukung ibu-ibu agar dapat lebih berhasil menyusui yaitu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun,” ujar dr.Ariadini Krisnasari, Kepala Puskesmas Bojong Gede.

Baca juga  Dua Sepeda Motor Terlibat Laka Lantas di Gunungsindur, 1 Korban Tewas Di TKP

Kegiatan diawali dengan sosialisasi kegiatan MASAYU dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor serta menyampaikan latar belakang, maksud dan tujuannya. Selanjutkan melakukan pendataan sasaran anggota kelompok yang dibantu oleh bides dan kader posyandu. Setelah itu memberikan MOU komitmen antara Puskesmas Bojonggede dengan Camat Bojonggede.

Langkah berikutnya adalah melaksanakan kegiatan MASAYU di 4 desa/kelurahan yang telah ditentukan yaitu 1 desa/ kelurahan melibatakan 4 posyandu. Kegiatan tersebut berisikan penyuluahan dan diskusi mengenai ASI Ekslusif, Inisiasi Menyusu Dini, dan praktek menyusui, serta penandatanganan komitmen bersama. Kemudian diskusi dilanjutkan ke WhatsApp grup MASAYU yang beranggotakan Tenaga Gizi Puskesmas, Bidan Desa, Konselor ASI, Kader, dan ibu hamil serta ibu menyusui. Selanjutnya melakukan monitoring per 3 bulan dan evaluasi cakupan per 6 bulan terhadap kelompok sasaran MASAYU di wilayah tersebut. []

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top