Kab. Bogor

Hoax VS Covid-19, Antara Dusta dan Fakta

Penulis : Dr. Ahmad Faqihudin, S.Ag. S.Pd. M.PdI.

(Dosen STAI Al-Aulia Bogor)

BOGOR-KITA.com, CISEENG – Menanggapi simpang siurnya berita yang kami terima baik dari orang perorang maupun dari lebih masif lagi dari media sosial, terkait jumlah orang yang terjangkit Covid-19, miris rasanya kami sebagai pemerhati komunikasi sosial di masyarakat. Sebelum tren dengan nama Hoax, dulu dikenal dengan nama Fitnah. Hoax sekarang jadi industri yang tidak kalah masifnya dengan virus itu sendiri, bahkan virus Covid – 19 sekalipun.

Saya punya asumsi seiring dengan makin memuncaknya isu virus Covid-19, dapat dipastikan Hoax ini akan semakin berkembang dan membelah diri seperti Amoeba atau virus itu sendiri.

Modernisasi membawa perubahan yang kompleks bagi kehidupan masyarakat. Salah satunya pada aspek informasi dan komunikasi yang beriringan dengan mode interaksi dan relasi sosial. Pasca revolusi industri, teknologi media atau elektronik berkembang dan menjadi salah satu kebutuhan penting. Tidak hanya sebagai sarana bagi manusia untuk saling berinteraksi melainkan juga sarana untuk memperoleh informasi dan kebutuhan lainnya.

Dengan demikian, teknologi informasi dan komunikasi atau yang sering disebut dengan information and communication technology (ICT) telah mengukuhkan diri sebagai piranti yang lekat pada kehidupan masyarakat era ini.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai dengan munculnya PC dan koneksi internet telah memunculkan realitas teknologi. Suatu realitas yang berada di suatu tempat di mana tempat itu tidak diketahui secara jelas letaknya. Inilah kemudian yang disebut sebagai ruang maya (cyberspace).

Maya karena kita tidak menghadirkan fisik pengguna di ruang itu. Dengan didorong oleh inovasi yang seakan overlap yaitu poduk portabel PC seperti laptop, notebook, netbook hingga teknologi yang sekarang lebih canggih dengan mudah digenggam yang bisa masuk dalam saku baju atau tas (smartphone dan tablet), memungkinkan semakin melejitnya eksistensi ruang maya. Keadaan itu kemudian menggeser eksistensi dunia fisik atau relasi fisik (face to face) dan memunculkan suatu tatanan masyarakat baru yang eksis di dunia maya yaitu masyarakat virtual (virtual community).

Baca juga  Boling Di Parung Panjang, Iwan Setiawan Minta Masyarakat Tak Panik Hadapi Kekeringan

Mengutip pendapat Howard Rheingold, Hoax merupakan imbas dari perilaku mekanis sebagai konsekuensi atas masifnya teknologi dan media sosial. Kemudahan menerima, berbagi, dan memberi komentar melalui media sosial seperti facebook, twitter, whatsapps, dan sebagainya memperlihatkan bahwa informasi saling bertumpuk, berimplosif, dan berekplosif karena direproduksi melalui opsi share dan salin/copy yang tersedia dalam sistem media sosial. Bahkan setiap orang bisa mengomentari info yang diterima itu sesuka hati tanpa konfirmasi.

Fenomena ini adalah bentuk dari hyperreality yaitu kenyataan yang berlebihan yang telah diprediksikan oleh Baudrillard, puluhan tahun ketika istilah hoax belum dikenal. Dalam hal ini sulit membedakan mana yang riil dan bukan, atau sulit melakukan klarifikasi karena informasi saling bertumpuk satu sama lain dan sulit melancak dari mana informasi itu berawal.

Otentisitas menjadi tidak jelas. Dengan bahasa yang berbeda, realitas teknologi atau hoax yang marak selama ini dapat menjelaskan implikasi dari kapitalisme lanjut dalam bahasa Jameson. Di mana komoditas yang ada dalam bentuk hoax mereprentasikan bahwa masyarakat virtual era ini abai dengan kedalaman esensi informasi (depthlessness) dan ahistoris.

Baca juga  Hari Lahir Pancasila, Hai Bangsa Indonesia Harap Tenang

Dampak dari menyebarnya informasi bohong yang nge-trend disebut hoax ternyata lebih dahsyat dari bom yang diledakkan di suatu kawasan. Jika bom tersebut di ledakkan disuatu tempat, maka yang akan punah adalah satu generasi beserta lingkungan saat itu. Namun kedahsyatan efek hoax mampu merusak bukan hanya satu generasi tetapi mampu merusak banyak generasi bahkan berabad-abad lamanya. Seperti halnya hoax yang dilakukan Abdullah bin Saba, dengan umat Islam dikalangan Syi’ah sebagai korbannya. Berabad-abad mereka membenci serta memusuhi sahabat.

Rasulullah SAW yaitu Abu BakarAs-Shidiq, Umar Bin Khatab, dan Usman Bin Affan, bahkan Aisyah istri Nabi pun dituduh berselingkuh. Begitu dahsyatnya efek yang ditimbulkan hoax, jauh sebelumnya Rasulullah SAW memberikan pelajaran pada umatnya pentingnya mengecek kebenaran informasi yang kita terima secara individu atau yang sudah beredar di masyarakat. Rasulullah prihatin dengan kabar bohong karena hal ini akan membawa kehancuran umatnya baik dalam bentuk laten maupun yang dapat diamati secara nyata.

Kasus al-Walid bin Uqbah Ibn Abi Mu’ith adalah asbabun nuzul diturunkannya ayat al-Qur’an surat alhujurat (49): 6 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamuseorang yang fasik membawa suatu berita, maka bersungguhsungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yang menyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orangorang yang menyesal” (al-Hujurat : 6 : 16).

Ayat diatas menurut banyak ulama turun menyangkut kasus al-Walid Ibn ‘Uqbah Ibn Abi Muith yang ditugaskan Nabi SAW untuk memungut zakat menuju ke Bani al-Musthalaq. Ketika anggota masyarakat yang dituju mendengar tentang kedatangan utusan Nabi SAW Yakni al-Walid, akhirnya mereka keluar dari perkampungan mereka untuk menyambutnya sambil membawa sedekah mereka. Tetapi al-Walid menduga bahwa mereka akan menyerangnya, karena itu dia kembali sambil melaporkan kepada Rasul bahwa bani al-Musthalaq enggan membayar zakat dan bermaksud untuk menyerang Nabi saw (dalam riwayat lain mengatakan mereka telah murtad).

Baca juga  Pemkab Bogor Akan Uji Coba Pembayaran Parkir Non Tunai di Jalan Tegar Beriman

Rasul SAW kemudian mengutus Khalid Ibn Walid untuk menyelidiki keadaan sebenarnya sambil berpesan agar tidak menyerang mereka sebelum akar permasalahannya menjadi jelas. Khalid mengutus seorang informannya menyelidiki perkampungan Bani al-Musthalaq yang ternyata di desa itu sedang dikumandangkan azan dan masyarakatnya melaksanakan shalat berjamaah. Khalid Ibn Walid kemudian mengunjungi mereka lalu menerima zakat yang telah mereka kumpulkan.

Dalam riwayat lain menyatakan bahwa justru mereka yang datang kepada Nabi SAW sebelum Khalid Ibn al-Walid datang ke perkampungan mereka. Kisah di atas memberikan pelajaran bagi umat manusia untuk tetap melakukan kross cek atau tabayun terhadap berbagai informasi yang diterima supaya tidak terjadi bencana dikemudian hari.

Lalu apa yang perlu kita lakukan dalam posisi seperti sekarang ini, paling tidak saya berbagi 10 Resep penangkal virus Hoax

1. Selektifitas dan validitas (tabayun) dalam menerima berita
2. Bersifat paket (Hati Lisan dan perbuatan) sama
3. Dua telinga satu mulut
4. Dua telinga satu mulut
5. Tutup sampai disini.

[]Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top