BOGOR-KITA.com – Bukan hanya murid MI di Ciseeng yang belajar di lantai karena tak punya meja kursi, melainkan juga murid SDN Kertajaya 2 Rumpin. Hanya saja, kebutuhan meja kebutuhan meja kursi SDN Kertajaya 2 Rumpin kini sudah terpenuhi. Namun, sekolah ini tetap ada persoalan, karena sekolah ini ternyata tidak punya kamar mandi, sehingga buang air kecil dan besar numpang di rumah penduduk.
Sebanyak tiga ruang kelas di SDN Kertajaya 2 Desa Kertajaya Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor mendapat bantuan kursi dan meja darurat dari BNI yang merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN).
Pantauan di lapangan, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut tampak lebih rapi, para siswa pun terlihat bahagia mendapatkan fasilitas meja dan kursi yang baru. Beberapa wali murid yang mengantar anaknya juga terlihat sumringah.
“Alhamdulillah anak saya dan kawan – kawannya bisa belajar dengan sarana yang lebih baik.” Ungkap salah satu wali murid yang enggan namanya dikorankan, Jumat (26/72019).
Mulyana Kepala SDN Kertajaya 2 membenarkan adanya bantuan kursi dan meja belajar untuk 3 ruang kelas di sekolah tersebut.
“Saat ini bantuan kursi dan meja baru untuk dua ruang kelas, namun sisa 1 kelas lagi besok akan dikirim. Kami bersyukur dan berterima kasih pada donatur dengan adanya bantuan tersebut sehingga bisa mencukupi untuk kursi dan meja belajar murid,” ujarnya.
Mulyana mengungkapkan, sekolah yang dipimpinnya memang masih banyak kekurangan dan sangat tidak memadai. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya beberapa sarana seperti atap plavon ruang kelas, pagar depan sekolah hingga tidak adanya toilet.
“Bahkan siswa kalau hendak buang air besar atau kecil harus numpang ke rumah tetangga di sekitar sekolah ini,” ungkapnya.
Saat ditanya apa upayanya sebagai kepala sekolah dalam mengatasi banyaknya kekurangan fasilitas tersebut, Mulyana mengatakan dirinya dan pihak sekolah serta komite sekolah telah mengajukan 3 proposal berbeda kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor.
“Kami bahkan sekaligus membuat tiga proposal ke Disdik yaitu usulan rehab sekolah, usulan pembuatan pagar depan dan toilet sekolah serta usulan penambahan sarana kursi dan meja. Namun hingga hari ini belum ada jawaban,” paparnya.
Mulyana membeberkan, sejak dirinya ditugaskan sebagai Kepala SDN Kertajaya 2 pada 12 Februari 2017 lalu, kondisi sekolah memang sudah sangat memprihatinkan. Diceritakan olehnya, saat baru dua bulan menjabat sebagai kepala sekolah, dirinya sempat dikumpulkan bersama kepala sekolah yang lama dan bertemu denganKadisdik TB Luthfi dan Korwil Pendidikan Rumpin terkait kondisi sekolah yang ramai diberitakan media. “Kami ditanyakan kemana aliran bantuan dana BOS dan sebagainya. Tapi karena saya baru dua bulan menjabat memang tidak tahu,” ungkapnya.
Menyikapi hal itu, sebagai kepala sekolah lalu dirinya berinisiatif membuat proposal pengajuan bantuan sebanyak 3 buah dan sudah diserahkan serta sudah diterima sama Kadisdik dan Kabid. “Jadi jangan salahkan semua ini pada saya. Karena sejak Febuari tahun 2017 lalu, sekolah ini memang sudah begini kondisinnya,” tegas Mulyana.
Dia menambahkan, bahwa proposal pengajuan bantuan sudah diupayakan, meski hingga hari ini tidak ada solusinya. “Sudah sempat saya tanyakan kembali ke bidang Sarpras, tapi jawabannya itu cuma tenang pak, tenang. Meski kenyataaanya sampai sekarang tidak ada,” bebernya.
Kepsek Mulyana juga membantah kabar adanya pungutan biaya kepada wali murid sebesar 80 ribu atau 40 ribu untuk membeli kursi dan meja. Dia menegaskan, semua itu baru wacana dan rembukan dengan Komite Sekolah serta belum sempat terlaksana.
Saat ditanya sudah mengajukan usulan melalui Musrenbang Desa atau Kecamatan, Mulyana mengatakan tidak mengajukannya karena sifatnya sama saja. “Justru kami langsung mengajukan ke Dinas Pendidikan, agar lebih cepat dan tepat. Namun ya memang belum ada jawaban. Bahkan janji bantuan meja kursi yang dibutuhkan dan telah dijanjikan pak Kadisdik juga belum ada hingga saat ini,” cetusnya. [] Admin/Pkr