Kota Bogor

The 34th IPB Strategic Talks Bahas Solidaritas Ekonomi Rakyat dan Kewirausahaan Lokal dalam Menghadapi Tantangan Global

BOGOR-KITA.com, BOGOR – IPB University menggelar The 34th IPB Strategic Talks yang bertajuk “Solidaritas Ekonomi Rakyat dan Kewirausahaan Lokal dalam Menghadapi Tantangan Global” pada Kamis, (27/1/2022).

Acara Strategic Talk yang diadakan secara rutin ini menghadirkan empat pembicara utama, yaitu Dr. Elvawati, S.Sos, M.Si (Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas PGRI Sumatera Barat), Dr. Joharotul Jamilah, S.Ag., M.Si (Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Dr. Andi Ishak, A,Pi, M.Si (Peneliti Badan Litbang Pertanian, Kementan), dan Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si (Guru Besar FISIP, Universitas Airlangga).

Diskusi Nusantaranomics seri kelima ini terlaksana atas Kerjasama antara Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis IPB, Lingkar Kajian Ekonomi Nusantara (LKEN) dan Komunitas Angkringan Bentara Rakyat (AKAR). (RG-DPIS)

Baca juga  Piala Dunia: Messi Kembali On Fire, Mbappe Bersinar Bawa Prancis Tim Pertama Lolos 16 Besar

Dalam sambutannya Asisten Direktur Publikasi Ilmiah Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis, Dr. Alfian Helmi mengungkapkan Nusantaranomics gagasan ekonomi yang berbasis nilai-nilai lokal Nusantara yang kehadirannya telah mengakar kuat dan terbukti mampu bersaing menghadapi tantangan global.

Penggagas nusantaranomics, Prof. Didin S. Damanhuri, mengungkapkan bahwa konsep ini menggunakan pendekatan heterodox yang saat ini belum banyak dipopulerkan oleh para ekonom dan sosiolog di Indonesia.

“Diskusi seri kelima ini mengangkat kasus-kasus yang terjadi di berbagai wilayah nusantara untuk memunculkan bukti empiris bahwa nusantaranomics ini sudah lama eksis dan berhasil menghadapi segala macam tantangan ekonomi global,” ungkapnya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas PGRI Sumatera Barat, Dr. Elvawati, S.Sos, M.Si, dalam paparannya yang berjudul solidaritas ekonomi rakyat berbasis sawit vis a vis Korporasi Nasional dan Asing mengungkapkan bahwa meskipun penetrasi kapitalisme menguat seperti yang terjadi pada masyarakat minangkabau terkait dengan perkebunan sawit, sosial budaya masyarakat tidak berubah.

Baca juga  Pangkalan Damri di Botani Square, Seharusnya untuk Bus Wisata

Sementara itu, Peneliti Badan Litbang Pertanian Kementan, Dr. Andi Ishak, A,Pi, M.Si, menekankan pentingnya pembangunan pertanian yang berwawasan sosial untuk mencapai suatu keberhasilan ekonomi.

“Dinamika kasus praktik sosial konversi sawit ke sawah yang terjadi di sumber irigasi air majunto menjadi contoh nyata bahwa faktor sosial memberi peranan yang cukup besar dalam keberhasilan ekonomi,” katanya.

Pembicara ketiga, Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Joharotul Jamilah, S.Ag., M.Si menyampaikan bahwa adanya keterikatan antara agama dan budaya dalam ketahanan ekonomi lokal seperti yang terjadi pada usaha bordir di Tasikmalaya.

Hadir juga sebagai pembahas, Guru Besar FISIP, Universitas Airlangga, Prof. Dr. Bagong Suyanto, dirinya menyatakan bahwa sebaiknya tidak terjebak dalam terminologi mengesankan yang tampak dipermukaan. Keterwakilan ekonomi kerakyatan perlu dikaji lebih dalam pada intervensi sistem kapitalis.

Baca juga  Hasil Swab Tes Sekda Kota Bogor Negatif, ASN Tambah Satu Positif

Ekonomi kerakyatan, kata dia sebaiknya tidak dikembangkan linear membesar keatas karena sulit bersaing dengan kapitalis yang kuat. Menurutnya, ekonomi kerakyatan sebaiknya dikembangkan kesamping dengan pengembangan diversifikasi usaha yang ada.

“Hal ini dinilai merupakan langkah yang realistis untuk pengembangan usaha kecil yang berusaha bertahan dalam tantangan persaingan yang sulit,” ujarnya. [] Ricky

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top