Laporan Utama

Sudah Resesi, Tapi Krisis Ekonomi Masih Jauh Disamakan dengan 1998

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Indonesia, pada realitasnya sudah memasuki masa resesi. Meski belum ada pengumuman resmi dari pemerintah, tapi berbagai data sektor ekonomi yang terjadi sepanjang masa pandemi Covid-19, telah menunjukkan indikator itu.

Pertanyaan yang sedang menguat hari-hari ini adalah: apakah Indonesia akan mengalami krisis akibat pandemi ini? Apakah krisis ini sama dengan krisis yang pernah terjadi tahun 1998?

Jawabnya masih jauh.

Hal ini terungkap dari paparan dosen FEB Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso, Ph.D dalam webinar series-4 yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional, bertajuk “Tantangan Perekonomian Menghadapi New Normal di Indonesia.” Rabu (2/9/2020).

Kumba Digdowiseiso, Ph.D mengungkap  beberapa analisa terkait data pertumbuhan sektor ekonomi di Indonesia.

Kumba melihat bahwa tren ekonomi semasa pandemi, hampir di semua sektor menunjukkan penurunan. Indonesia pada dasarnya sudah masuk ke situasi resesi tanpa perlu menunggu laporan data kuartal ketiga.

Baca juga  Ini Pidato Spektakuler Mendikbud RI pada Hari Guru Nasional 2019

Dalam paparannya, Kumba Digdowiseiso melihat bahwa seasonal adjustment atau perkembangan data statistik telah menunjukkan posisi negatif sejak kuartal ke-4 tahun 2019.

“Tetapi yang selalu menjadi pertanyaan publik saat ini adalah, apakah Indonesia akan mengalami krisis? Lebih tajam lagi, apakah krisis itu seperti krisis 1998?” kata Kumba.

Dari analisa yang dilakukan oleh Kumba Digdowiseiso, kondisi itu masih jauh. Salah satu indikator yang disampaikan adalah NPL (Non Performing Loan).

“NPL masih berada dalam rentang “cukup sehat” dan hingga akhir 2020, diprediksi di range masih 3.75 % sampai dengan 3.91 %,” katanya. “There was no evidence of inflation, as opposed to the 1998 financial crisis,” katanya lagi.

Lantas, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah dalam menghadapi situasi ini?

Baca juga  27 Juni: Tertular Pecah Rekor Baru! 1.385 Jadi 52.812 Orang

Kumba Digdowiseiso melihat bahwa kinerja pada kuartal ketiga ini, meski negatif masih menunjukkan tren yang lebih bagus dibanding kuartal kedua. Karenanya diperlukan berbagai strategi yang lebih bagus untuk membangkitkan perekonomian.

Persoalan paling penting adalah bahwa pada masa pandemi terjadi kelumpuhan di banyak sektor usaha ekonomi. Implikasinya mengakibatkan turunnya konsumsi. pengangguran meningkat, jarak kesenjangan kemiskinan semakin melebar.

“Inilah indikasi penting untuk menilai bahwa situasi krisis yang terjadi akibat pandemi yang masih jauh jaraknya untuk bisa dikatakan mengarah pada krisis seperti tahun 1998. Karena, berbagai indikator ini tidak mengarah pada situasi seperti 1998,” kata Kumba.

Non Performing Loan masih berada dalam rentang “cukup sehat” dan hingga akhir 2020, diprediksi di range 3.75 % sampai dengan 3.91 %. “There was no evidence of inflation, as opposed to the 1998 financial crisis,” katanya.

Baca juga  BPJS Kesehatan Beberkan Jumlah Capaian di Tahun 2021, Salah Satunya Pertahankan WTM

Beberapa indikator seperti business confidence dan Purchasing Manager’s Index menunjukkan trend positif meski masih terkontraksi. “Bahkan, masa new normal bisa memberikan peluang utk meningkatkan industry subtitusi impor,” katanya.

Karena itu, Kumba menyarankan agar dalam situasi seperti ini pemerintah tetap membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung pada pertumbuhan ekonomi.

Prioritas penanganan masyarakat terdampak Covid-19, menjadi faktor yang bisa menguatkan pertumbuhan ekonomi. Poin pentingnya, menurut Kumba, pemulihan perekonomian Indonesia akan bergantung pada bagaimana pemerintah mampu menangani pandemi covid-19 ini.

“Semakin baik pemerintah melakukan penanganan, maka potensi meningkatnya konsumsi masyarakat akan terjadi. Dengan demikian, beberapa sektor industri bisa bangkit untuk menggerakkan kembali perekonomian nasional,” kata Kumba. [] Admin

 

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top