Selamat Jalan Bang Petrus Barus, Jurnalis Sejati
Oleh: Dr. David Rizar Nugroho, MSi
(Pemred Harian PAKAR)
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Malam belum terlalu larut, saya masih memainkan Handphone (HP). Selain media online, marketplace pasti yang selaku dicek adalah chat Whatsapp (WA). Muncul pesan di chat WA Group EDITORS CLUB, pukul 21.30 WIB tadi malam isinya: kabar duka Bang Petrus Barus meninggal dunia. Saya langsung lemas. Abang ini Rabu sore 13 Mei 2021 masih chat saya mengucapkan Idul Fitri. Saya langsung balas: terima kasih bang, Abang sehat ya, berhenti merokok dan jogging lagi ke Yasmin. Malam hari saya ditelepon Hari, calon menantunya Bang Petrus drop lagi ada di RS EMC Sentul tapi gak dapat kamar perawatan. Hari minta bantuan saya lobi RS EMC, saya bilang saya gak punya networking. Ya, saya kerja di Sentul City, tapi RS EMC bukan Group Sentul City. Saya bilang hubungi Gus Udin agar bisa ke RSUD Cibinong. Belakangan informasi Abang dirawat di RSUD Ciawi.
Bang Petrus baru aja keluar RS EMC. Minggu kedua Ramadhan beliau masuk ke RS EMC karena gangguan paru paru. Saya sempat besuk walau gak ketemu beliau. Ini kalau gak salah untuk kali kedua beliau dirawat di EMC. Setahun yang lalu sakitnya sama gangguan paru paru. Saya ketemu istri dan anaknya waktu besuk dan waktu itu semua khawatir beliau kena covid. Setelah diswab PCR ternyata negatif dan tidak diisolasi bahkan terakhir tidak lagi di ICU tapi di bangsal sampai saya dapat informasi beliau diperbolehkan pulang. Saya lega dan saya bilang ke istrinya Abang harus berhenti merokok. Karena pasca tahun lalu kena gangguan paru paru, merokoknya gak berhenti malah makin rajin. Saya tidak menyangka seminggu setelah keluar RS EMC kondisi bang Petrus drop dan tadi malam Allah SWT memanggilnya. Saya sampai beliau dimakamkan tadi tidak bisa takziah karena kondisi kesehatan saya sedang tidak baik. Maafkan saya ya Bang, saya tidak mengantarkan Abang sampai ke peristirahatan terakhir di Giri Tama Tonjong.
Bang Petrus adalah jurnalis sejati. Beliau sekitar enam tahun lamanya menjadi Pemimpin Redaksi Harian PAKAR. Beliau masuk saat saya diangkat jadi Juru Bicara Bupati Bogor. Beliau berhenti dan kembali fokus di Media Online Bogor Kita sebagai pemimpin redaksi ketika saya tidak lagi jadi Juru Bicara Bupati Bogor. Ya, saya menggantikan dan meneruskan kepemimpinan beliau di PAKAR hingga hari ini. Tentu saya sangat amat dekat dengan beliau. Kami sangat sering berkomunikasi dan berdiskusi soal apa saja. Yang pasti soal jurnalistik kontemporer dan isu – isu pembangunan di Bogor. Soal jurnalistik, Abang adalah wartawan yang tekun. Tekun dan memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik dasar. Tekun memeriksa kata per kata tulisan wartawannya, kaya dengan diksi dan sangat disiplin dengan verifikasi. Saya ini sudah lulus uji kompetensi wartawan level utama oleh Dewan Pers, tapi soal ketekunan editing, dan disiplin verikasi saya menyerah dengan beliau. Tiap hari saya mengedit 3-4 berita untuk halaman satu PAKAR, tapi tidak setekun bang Petrus soal editing dan displin verifikasi. Kalau sudah ngedit berita, teliti dan lama sekali kerena semua kata dicek satu persatu. Beliau berani tidak mengupload berita yang basi dan narasinya tidak sesuai kaidah jurnalistik. Beliau adalah panutan untuk urusan kualitas narasi berita, dan jagoan untuk angle dan pengembangan berita. Beliau benar-benar menghayati betul profesi wartawan hingga akhir hayatnya. Saya banyak belajar soal ketekunan dan konsistensinya di dunia jurnalistik. Buat bang Petrus, menjadi jurnalis bukan hanya profesi tapi juga jalan hidup.
Di luar soal jurnalistik kontemporer yang kita diskusikan, beliau selalu gelisah dan cerewet soal isu-isu pembangunan Kabupaten Bogor. Saya dipaksa dan ditarik tarik terus untuk diskusi masalah ini. Beliau bisa telepon saya sejam lebih hanya untuk membahas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido. Apalagi saat akhir tahun 2020, saya, Somad yang sekarang jadi Dewan Pengawas Perumda Tirta Kahuripan dan Bang Petrus berbagi tugas untuk membantu Bupati Bogor Ade Yasin menulis refleksi akhir tahun Pemkab Bogor. Kami bertiga intens diskusi dan menghasilkan sejumlah tulisan yang dipublish di media. Dua bulan terakhir saya dengan bang Petrus rajin ke Bandung. Memberikan support ke Bapak Rachmat Yasin (RY). Saya kadang berdua jalan. Saya jemput beliau setelah Subuh, maghrib sudah di Bogor lagi. Abang absen waktu itu lagi gak enak badan usai divaksin Corona. Setelah itu, kita selalu datang ke Bandung hingga beres. Saya nyetir, Abang di samping saya selama perjalanan cerita terus apa saja. Beliau gak suka AC, jadi kaca mobil dibuka sedikit karena beliau sambil merokok. Terakhir ke Bandung beliau beli sepatu olahraga di Babe, factory outlet yang menjual barang seken. Beliau bilang sepatu yang sebelumnya dibeli di situ juga kekecilan jadi beli lagi untuk jogging dari rumah beliau di perumahan Bogor Country (Bogor Raya Permai) ke Yasmin. Setelah dari Bandung, kita merencanakan ke Bandung lagi ketemu pak RY. Sampai akhir hayat rencana itu tidak kesampaian. Babeh RY adalah teman kuliah bang Petrus di Universitas Nasional Jakarta. Bang Petrus ingin ke Bandung karena ingin menyampaikan rencana pernikahan anak semata wayangnya ke babeh RY bulan Juni.
Selain seorang jurnalis sejati, beliau adalah pemikir. Bang Petrus adalah teman diskusi Bupati Bogor Ade Yasin. Pikiran- pikirannya orisinal, jernih dan terstukrur serta intelek. Tak banyak yang tahu beliau adalah salah saru think thank yang menyusun visi dan misi Bupati/Wakil Bupati Bogor. Bang Petrus berfikir dan bekerja di balik layar. Hanya orang orang tertentu saja yang tahu sepak terjangnya, beliau bekerja dalam senyap. Saya kehilangan seorang senior, kakak dan guru. Selamat jalan Bang Petrus…
Petrus Barus merupakan pemimpin umum BOGOR-KITA.com, wafat di RSUD Ciawi Kabupaten Bogor, Jumat 14 Mei 2021, 21.05 WIB. Almarhum dimakamkan di Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Tajurhalang, Sabtu 15 Mei 2021. []