Kab. Bogor

Rektor IPB: Harga Produk Pertanian Turun, Perlu Stimulus Khusus

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), memberi dampak bagi sektor pertanian dan perikanan. Dari sisi supply, terhitung hingga bulan Mei bahkan Agustus masih relatif aman. Berdasarkan data produksi pangan, untuk beras medium, bawang putih, gula pasir, telur ayam, daging ayam, daging sapi dan sebagainya relatif aman.

“Yang jadi persoalan saat ini, sudah banyak restoran tutup, rumah makan tutup, jam operasional pasar terbatas, mall  juga semakin banyak yang tutup. Jadi ini problemnya adalah rantai pasok, problem distribusi logistik. Sehingga di tingkat petani, meskipun produksi tidak jadi masalah, tapi sudah banyak diberitakan di berbagai tempat, harga jual di pasar sudah turun. Bahkan lebih rendah dari biaya produksi,” kata Prof Dr Arif Satria, Rektor IPB University dalam diskusi online yang digelar Kopi Pahit bertema “Ketahanan Pangan di Era Pandemi COVID-19”, 19/04.

Turut menjadi pembicara M Riza Damanik, PhD, Staf Khusus Kementerian Koperasi dan UMKM, Zulficar Mochtar, Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta M Muchlas Rowi, Komisaris Independen Jamkrindo.

Baca juga  Rektor IPB University Tandatangani Kerjasama dengan University of Nottingham

Prof Arif menyampaikan, jika harga di tingkat petani jatuh, maka penerimaan juga turun. Sementara apabila pendapatan turun, ini akan jadi problem untuk penanaman musim berikutnya, karena petani butuh modal. Tak hanya itu, problem tersebut juga berdampak pada kemampuan petani untuk melunasi Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sehingga meskipun ada relaksasi KUR, ia berharap realisasinya bisa efektif di lapangan sehingga bisa membantu petani membayar kredit sebelumnya.

Prof Arif menyarankan tiga hal yang penting untuk dilakukan. Pertama, pemerintah harus segera membuat protokol kesigapan pangan ketika negara mengalami bencana nasional, seperti pandemi COVID-19 saat ini. Kedua, memastikan ketersediaan stok dan distribusi ini berjalan lancar sampai tiga bulan ke depan.

“Tapi yang lebih penting lagi, kita mesti membuat simulasi-simulasi, skenario pasca Agustus, saat pemulihan. Jadi ketika ada problem kesejahteraan petani, maka pasca Agustus bukan berarti kita terbebas dari Corona lalu masalah selesai. Justru pasca pemulihan ini kalau tidak disiapkan dari sekarang akan menjadi masalah. Ini perlu langkah-langkah efektif untuk bisa membantu mereka,” ujar Prof Arif.

Baca juga  Ade Yasin Lepas Truk Kirim Beras ke Kecamatan Leuwiliang

Pemerintah juga harus membuat kebijakan afirmatif untuk perlindungan petani dan pedesaan sebagai basis produksi pangan. Menurutnya, stimulus untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu untuk diperluas cakupannya. Dengan membuat jaring pengaman sosial untuk petani dan nelayan di masa pandemi ini, diperlukan stimulus khusus untuk pertanian dan pedesaan.

“Jadi stimulus ini menurut saya sangat penting. Sehingga kita mesti berjuang bersama-sama untuk mendapatkan skema-skema baru dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Karena saat ini kalau kita lihat, 73,13 persen desa-desa yang ada di Indonesia, masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian. Sebanyak 60 persen kemiskinan juga dominan di pedesaan. Sehingga jelas, bahwa ketiadaan kebijakan stimulus ekonomi khusus untuk sektor pertanian dan perikanan tentu akan membuka laju kemiskinan di pedesaan akan bertambah,” papar Prof Arif dilansir dari siaran pers IPB University.

Baca juga  IPB University Gelar Wisuda Daring, Ini Pesan Rektor

Menyoal logistik, Prof Arif menyampaikan, ketika di desa-desa di berbagai tempat terjadi over supply, akan terjadi problem logistik. Menurutnya, hal ini bisa diatasi dengan hadirnya peran BUMN untuk segera mengisi cold storage supaya harga produksi tidak terlalu jatuh.

“Untuk beras memang relatif aman karena ada Bulog. Tapi untuk sayur-sayuran dan hasil perikanan, membutuhkan cold storage. IPB University saat ini membina 70 petani sekitar kampus untuk melakukan proses itu. Para petani ini cukup men-supply saja, kita simpan di cold storage lalu kita salurkan ke beberapa supermarket dan dijual langsung ke konsumen melalui aplikasi Rumah Sayur. Jadi ini rantai pasok dan logistik menjadi sangat penting untuk diatasi. Semoga kalau ada BUMN yang sigap, bisa menjadi agen logistik. Ini bisa membantu,” paparnya. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top