Regional

Para Kiai Jabar Sampaikan Masukan Jelang New Normal Pesantren

BOGOR-KITA.com, KOTA BANDUNG – Para kiai yang merupakan pengurus pondok pesantren di Jawa Barat (Jabar) menyampaikan masukan kepada Wakil Gubernur Jabar Wakil Gubernur Jabar yang juga Panglima Santri Jabar Uu Ruzhanul Ulum dalam video conference, Jumat (5/6/2020).

Sebanyak 59 pimpinan ponpes, pengurus, hingga perwakilan ormas turut mengikuti pertemuan online tersebut, antara lain dari ponpes di Depok, Bogor, Sukabumi, Purwakarta, hingga Subang. Para pimpinan dan pengurus ponpes se-Jabar berharap protokol kesehatan jelang AKB di lingkungan pesantren Jabar bisa menjadi acuan new normal pesantren di Indonesia.

Dalam kesempatan itu Uu Ruzhanul Ulum menyampaikan rancangan 10 protokol kesehatan yang sudah disiapkan oleh Pemprov Jabar untuk ponpes baik salafiyah maupun pesantren dengan sekolah jelang masuk new normal atau di jabar dikenal dengan istilah adaptasi kebiasaan baru atau AKB.

10 protokol kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, seluruh santri di lingkungan ponpes harus memakai masker.

Kedua, santri selalu dicek suhu tubuhnya sehingga ketika ada santri dengan gejala COVID-19 bisa ditindaklanjuti.

Ketiga, santri harus selalu mencuci tangan setiap beraktivitas.

Keempat, pengurus ponpes harus menyiapkan fasilitas cuci tangan/hand sanitizer di setiap tempat.

Baca juga  60 Persen Pengguna Narkoba adalah Usia Produktif

Kelima, ponpes harus mengecek secara rutin kesehatan para ustadz/pengajar.

Keenam, penghuni ponpes dianjurkan mengonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

Ketujuh, rutin membersihkan fasilitas ponpes dengan disinfektan.

Kedelapan, pesantren harus menyiapkan ruang isolasi proporsional, disesuaikan dengan jumlah santri, sebagai tindakan pertama jika ada kasus agar tidak menularkan ke santri lain.

Kesembilan, jika ada kasus, segera hubungi layanan kesehatan.

Kesepuluh, yakni mengimbau para kiai untuk selalu memimpin doa atau selawat.

“Ini rancangan bagi kami untuk membuat keputusan. Di mal, masjid, sudah ada SOP. Tapi untuk SOP pesantren tidak bisa gegabah, tidak bisa membuat keputusan tanpa terima masukan dari kiai atau ulama karena mereka yang paham situasi kondisi pesantrennya,” ucap Kang Uu.

Para kiai menanggapi positif 10 rancangan itu.

Selain itu, para kiai juga memberikan sejumlah masukan kepada Wagub Uu Ruzhanul Ulum.

Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Rahman, Prof. K.H. Syukron Ma’mun, BA, mengatakan bahwa Daarul Rahman sudah siap menerapkan protokol kesehatan AKB. Meski begitu, dirinya mengajak pengurus lain untuk memadukan hal itu dengan tawakal.

“Jangan hanya menerapkan protokol kesehatan, tapi harus disertai tawakal. Kita memang berkewajiban memotong persebaran virus Corona, tapi tidak perlu memotong perintah Allah. Jadi setelah usaha, mari kita bertawakal,” ucap K.H. Syukron Ma’mun.

Baca juga  Komisi IV DPRD Jabar Sebut Revitalisasi Gedung Olahraga Sangkuriang Terkendala Proses Amdal

“Kapan (pesantren) dibuka, kami tunggu arahan pemerintah. Jawaban Wagub bikin kami lega, karena yang siap (menerapkan AKB) boleh buka,” tuturnya.

Sosok asal Nahdlatul Ulama ini pun mengusulkan agar santri melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum kembali ke pesantren. Terkait aturan new normal dari Kementerian Agama untuk dilakukan rapid test atau PCR bagi santri yang baru kembali, K.H. Syukron Ma’mun berharap ada bantuan dari pemerintah.

Masukan turut diberikan Pondok Pesantren An-Nasuha Kabupaten Cirebon K.H. Usamah Mansyur. Setelah isolasi mandiri, menurutnya, transportasi santri harus ikut diperhatikan.

“Selama di perjalanan, naik kendaraan umum, berinteraksi, apakah (santri) dijamin sehat? Maka di ponpes harus diukur (suhu tubuh) ulang dan menjalani lagi protokol. Dan banyak juga pesantren yang tidak mampu memenuhi (kebutuhan protokol kesehatan), jadi kehadiran (bantuan) pemerintah sangat ditunggu,” kata K.H. Usamah Mansyur.

Sementara pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya K.H. Abdul Aziz Affandi, Pemda Provinsi Jabar harus segera bergerak terutama dalam memberikan bantuan kepada ponpes di Jabar.

Baca juga  Pemda Kota Cirebon Berkomitmen Benahi LPPD

“Suara (kesulitan) pesantren sejak bulan Ramadan sudah terdengar. Kita semua tentu berharap agar ada anggaran (bantuan untuk pesantren) dari Pemprov,” ucapnya.

Merespon masukan para kiai, Kang Uu menegaskan, pihaknya mencatat seluruh masukan, keluhan, dan aspirasi dari para pengurus ponpes. Dirinya pun berharap, pemerintah daerah kabupaten/kota masing-masing ikut memperhatikan kondisi ponpes. Sementara Pemda Provinsi Jabar, lanjutnya, akan mengupayakan bantuan kepada pondok pesantren.

“Permintaan dari para kiai, bupati/wali kota juga diharapkan memberikan perhatian. Beberapa pesantren menyatakan tidak sanggup melakukan semua protokol, pemerintah diharapkan membantu,” ujar Kang Uu.

Terkait bantuan, kang Uu mengatakan, sudah menyampaikan ke Gubernur, Insya Allah sesuai kemampuan sekalipun tidak maksimal, perhatian yang akan diberikan (Jabar) ke pesantren Insya Allah ada,” katanya.

Kepada para wali murid, Kang Uu pun mengimbau agar terus memperhatikan anak-anaknya selama di rumah agar kebiasaan selama di ponpes tidak luntur.

“Jangan dilepas atau dibebaskan begitu saja. Dan banyak (orang tua) yang sudah ingin mengantarkan anak (kembali) ke pesantren, saya mohon sabar dulu, akan ada keputusannya,” tutur Kang Uu dilansir dari Humas Pemprov Jabar. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top