Kab. Bogor

Pakar Ekowisata IPB University Dorong Kabupaten Bogor Kembangkan Desa Wisata

Prof Harini Muntasib, Guru Besar IPB University
Prof Harini Muntasib, Guru Besar IPB University

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Bupati Bogor Ade Yasin Senin 5 Juli 2021 telah melantik Deni Humaedi Alkasembawa menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Bogor. Apa saja yang perlu digarap dan dikembangkan di Kabupaten Bogor dalam sektor wisata?

Salah satunya desa wisata.

Prof Harini Muntasib, Guru Besar IPB University ungkapkan besarnya potensi pengembangan desa wisata di Kabupaten Bogor. Pakar Ekowisata IPB University ini mengatakan bahwa Kabupaten Bogor memiliki peluang bagus untuk pengembangan wisata yang sesuai protokol kesehatan.

“Wisata bukan yang massal, tetapi mempunyai kegiatan di desa. Misal ikut mengelola sawah, kebun atau menikmati kondisi alam di sekitarnya,” ungkapnya.

Prof Harini menerangkan dengan adanya COVID-19, maka wisata yang dikembangkan harus sesuai protokol kesehatan. Makanan yang disajikan juga perlu menggali makanan khas di desa itu. Selanjutnya diiringi dengan penyajian yang bersih dan higienis.

Baca juga  IPB Siapkan Kurikulum Memperkuat Growth Mindset, Kuota Mahasiswa Baru 4.250 Kursi

“Jadi nanti untuk desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata, ada kuota atau batas berapa kelompok atau berapa orang yang bisa diterima di desa itu per harinya,” tambahnya dalam rilis IPB University, Sabtu (10/7/2021).

Meski begitu, ada beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ekowisata di Kabupaten Bogor. Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ini menjelaskan bahwa perlu dibangun persepsi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan wisata yang sesuai protokol kesehatan.

“Jadi bukan pengunjung yang sebanyak-banyaknya. Tetapi diutamakan kualitas pelayanan dan juga kesehatan pengunjung maupun masyarakat yang dikunjunginya. Kedua, setiap desa harus punya branding sesuai keunggulan masing-masing desa. Misal ada yang bagus seperti hasil talas maka yang di-branding ya talas. Apabila ada sungai maka wisata sungai di-branding dan seterusnya. Jadi setiap desa itu perlu belajar mencari keunggulan masing-masing dan tidak boleh meniru atau nyontek desa lain yang sudah lebih populer. Ketiga yaitu modal sosial dari masyarakat maupun dari pimpinan desa untuk menjadi desa wisata,” ujar Prof Harini.

Baca juga  Sekolah Vokasi IPB Melepas 568 Wisudawan

Pengembangan desa wisata merupakan pekerjaan pelayanan kepada pengunjung yang datang. Artinya, semua masyarakat, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung harus ramah kepada pengunjung.

Keempat, perlu dukungan dari pemerintah terutama dari dinas pariwisata berupa pendampingan yang benar. Artinya harus selaras dengan keinginan masyarakat dan juga update selera pasar. Bukan maunya pemerintah daerah sendiri.

“Jadi upaya-upaya yang dapat dilakukan di Kabupaten Bogor adalah menjawab semua permasalahan itu. Seperti menyamakan persepsi di masyarakat, pimpinan desa dan pemerintah daerah bahwa yang akan dikembangkan yaitu wisata yang sesuai dengan protokol kesehatan. Setiap desa wisata mempunyai branding sendiri-sendiri, melatih masyarakat untuk melayani, mulai dari kebersihan seluruh desa. Jadi semua dukungan Pemda akan mengarah ke tujuan itu. Selalu juga menggali keunggulan masyarakat dan juga mengembangkan pasar yang dituju,” tutupnya. [] Hari

Baca juga  Desa Ciadeg Gelar Vaksinasi Massal
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top