OPINI: Menerka Langkah Dedie Rachim di Pilkada Kota Bogor 2024
Oleh: Lasmi Purnawati*
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Dedie Rachim saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bogor mendampingi Bima Arya. Pada 2024, Bima Arya tidak lagi maju dalam pilkada sebab sudah menjabat Wali Kota Bogor selama dua periode. Sosok yang akan maju kembali sebagai petahana atau incumbent dalam pemilihan Wali Kota Bogor 2024 adalah Dedie Rachim.
Dalam tata kelola pilkada Indonesia, konsep petahana mulai dikenal sejak penyelenggaraan pilkada tahun 2010. Regulasi mengatur kepala daerah dan atau wakil kepala daerah yang menjadi calon kepala daerah atau wakil kepala daerah tidak harus mundur dari jabatannya, melainkan hanya cuti pada masa kampanye.
Posisi politik Dedie Rachim sebagai calon petahana dalam pilkada lebih menguntungkan dibanding kandidat lain. Sebab petahana menguasai sumber daya politik strategis, seperti anggaran dan birokrasi. Calon petahana mampu menggerakkan birokrasi untuk memenangkan dirinya. Dari sisi anggaran, calon petahana biasanya memiliki anggaran kampanye yang besar.
Keuntungan lain adalah calon petahana mendapat dukungan bahkan menjadi rebutan banyak partai politik ketika masa pendaftaran. Dengan kata lain, banyak partai politik yang ingin meminangnya. Tidak dapat dipungkiri, selama berkuasa petahana telah membangun relasi politik dengan berbagai kalangan seperti organisasi kemasyarakatan atau ormas, kelompok-kelompok kepentingan, komunitas, partai politik, dll.
Dedie A Rachim
Dari sisi popularitas, sebagai figur yang saat ini masih menjabat Wakil Wali Kota Bogor, sosok Dedie Rachim tentu lebih dikenal secara luas oleh masyarakat. Petahana bisa memanfaatkan seluruh aktivitasnya selama menjabat untuk meningkatkan popularitas serta membangun citra diri. Jadi, secara akumulatif petahana memiliki investasi politik dan modal sosial yang lebih, dibandingkan dengan kandidat penantang.
Namun, calon petahana harus memperhatikan dua faktor untuk dapat memaksimalkan keuntungan posisi politik yang dimiliki agar keunggulan tersebut dapat dimanfaatkan atau dikapitalisasi memenangkan pemilu.
Pertama, peka membaca persepsi dan sikap politik masyarakat. Kemampuan membaca persepsi dan sikap politik masyarakat pemilih sangat dibutuhkan dalam membuat strategi serta membangun tim pemenangan yang solid. Misalnya menyusun karekteristik pemilih yang terbagi ke dalam kelompok pemilih tradisional dan pemilih modern sebagai basis dukungan.
Pemilih memiliki persepsi tersendiri atas figur petahana. Persepsi tersebut merupakan harapan atau ekspektasi yang dilekatkan pemilih pada sosok petahana. Apakah sosok petahana dipandang sebagai inovator pembangunan, pemimpin yang bersahaja, bersih, tegas dalam memberantas korupsi dan membuat keputusan, pemimpin karismatik, memiliki keberpihakan dan dekat dengan rakyat. Kedua, petahana dituntut kemampuannya mengelola sumber daya politik strategis, seperti produk kebijakan publik dan implementasi program pembangunan, efektifvitas dukungan partai politik, dukungan birokrasi, serta dukungan ormas.
Calon petahana lazim membuat klaim terhadap keberhasilan program-program pembangunan yang telah dilakukan sebagai keberhasilannya selama menjabat. Dalam konteks Dedie Rachim, upaya menghadirkan birokrasi yang bersih dan menurunkan jumlah kasus korupsi di pemerintahan Kota Bogor bisa menjadi amunisi untuk menaikkan tingkat kepercayaan publik, serta mempengaruhi pilihan masyarakat untuk memilihnya kembali. Hal ini sesuai dengan latar belakang Dedie Rachim sebagai orang yang pernah bekerja di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Umumnya calon petahana didukung oleh penguasa. Dedie Rachim sudah mendapat sinyal dukungan Bima Arya untuk maju pada pilkada 2024. Bima Arya menilai tidak ada lagi calon yang pantas menjadi Wali Kota Bogor setelah dirinya habis masa jabatan nanti, yang layak menduduki jabatan tersebut untuk periode 2024 hanya Dedie Rachim. Sementara dari partai politik, baru partai Nasdem yang menyatakan akan mengusung Dedie Rachim.
Dedie Rachim sendiri saat ini masih konsentrasi atau fokus menjalankan tugasnya sebagai Wakil Wali Kota Bogor. Tapi ia berharap bisa mendapat dukungan dari semua kalangan khususnya partai politik pada pilkada 2024. Untuk memuluskan langkah tersebut, komunikasi dengan partai-partai politik terus dilakukan agar saat pendaftaran pilkada bisa diusung oleh banyak partai.
Saat pilkada 2018 yang lalu, pasangan Bima Arya dan Dedie Rachim diusung 5 partai politik yaitu Golkar, PAN, Nasdem, Hanura, dan Demokrat.
Akankah kelima partai politik tersebut kembali mengusung Dedie Rachim sebagai calon Wali Kota Bogor atau akan ada perubahan dan kejutan baru terkait konstalasi politik dalam pilkada Kota Bogor 2024. Biasanya partai politik akan menimbang siapa calon kepala daerah yang memiliki potensi kemenangan yang besar, itulah yang akan diusung dan didukung. Wallahu’alam bishowab.
*) penulis adalah Direktur Eksekutif Pena Demokrasi Indonesia