BOGOR-KITA.com, SUBANG – Ratusan nelayan terdampak pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Bupati dan DPRD Subang Rabu (5/2/2020)
Dalam orasinya Koordinator Aksi Asep Sumarna Toha menyampaikan beberapa tuntutan di antaranya:
1.Mendorong kompensasi kerugian akibat akses melaut terhambat sejak pembangunan Pelabuhan Patimban.
2.Berikan pendidikan dan pelatihan (menyiapkan SDM) sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan Pembangunan dan Pasca Pembangunan Pelabuhan Patimban,
3.Para nelayan minta dilibatkan dalam pembangunan Pelabuhan Patimban.
Para pendemo juga mendesak Bupati dan DPRD Subang untuk segera menutup Tambak Udang Vaname Ilegal yang telah mencemari lingkungan
“Tutup tambak udang Vaname Ilegal yang sudah mencemari lingkungan di kawasan Blanakan,” ucapnya.
Dalam aksi demo tersebut sempat diwarnai aksi saling dorong antara pendemo dengan aparat keamanan dan sempat menyegel Gedung DPRD Subang.
Aksi saling dorong tersebut dipicu karena Para pendemo kesal tak kunjung ditemui oleh Bupati maupun Wakil Bupati dan juga tak satupun anggota DPRD yang ada di tempat.
Akhirnya para pendemo diterima oleh Kadis Perikanan Kabupaten Subang.
20 Perwakilan Pendemo langsung melakukan dialog dengan para Kadis Perikanan di ruang rapat Bupati Subang.
Sementara itu Veri seorang nelayan Patimban mengaku sejak adanya proyek pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban penghasilan nelayan menurun drastis karena kegiatan nelayan mencari ikan terganggu oleh kegiatan proyek pembangunan pelabuhan.
“Penghasilan nelayan menurun drastis sejak setahun lalu, biasanya perhari dapat Rp.700.000, saat ini hanya Rp.200.000,” ungkapnya
Kami nelayan Patimban saat ini kembali melakukan aksi demo guna mendesak pemerintah Kabupaten Subang untuk memperjuangkan nasib kami dalam menuntut kompensasi dampak kerugian pembangunan Pelabuhan Internasional Patimban yang sangat dirasakan betul oleh nelayan Patimban.
“Kita menuntut Pelaksana proyek Pembangunan Pelabuhan Patimban untuk memberi kompensasi kepada para nelayan,” ujarnya.
Pelabuhan Patimban berbiaya Rp50 trilun, merupakan pelabuhan kedua terbesar di Indonesia setelah Priok.[] Ahya Nurdin