Mundurnya Maruarar Sirait dari PDIP Skenario Satu Putaran
BOGOR-KITA.com, JAKARTA -Sebetulnya tidak mengagetkan ketika melihat Maruara Sirait (Ara) pamit dari PDI Perjuangan. Kemunduran Ara tidak hanya sebagai pengurus di DPP PDI Perjuangan tapi juga mundur sebagai kader dan anggota PDI Perjuangan. Hal itu dibuktikan dengan menyerahkan Kartu Tanda Anggota (KTA) PDI Perjuangan ketika berpamitan kepada DPP PDI Perjuangan. Mundurnya Ara tersebut tidak bisa dilihat hal yang biasa-biasa saja.
Namun bagi saya amat sangat kental orientasi politik. Bahkan bisa jadi mundurnya Ara yang mengambil waktu di detik-detik akhir menjelang hari pemungutan suara bukan tanpa skenario.
Bisa jadi merupakan salah satu skenario faksi pasangan calon nomor urut 2 untuk memenangkan satu putaran.
Pandangan ini bukan tanpa alasan, ada beberapa indikator yang mengarah kepada hal tersebut. Pertama, Ara merupakan loyalis Jokowi. Salah satu figur yang mendorong Jokowi sejak awal menjadi calon presiden periode pertama adalah Ara. Sejak itu pula sampai saat ini Ara tidak terlalu diberikan tempat oleh PDI Perjuangan. JoKowi lah yang memberikan tempat baik di komisaris maupun pengurus pada salah satu cabang olah raga nasional, termasuk ketua satgas mafia bola.
Sehingga tidak aneh ketika Ara mengikuti “bandul” politik Jokowi. Dimana saat ini bandul politik Jokowi tidak di PDIP dan Ganjar. Kedua, tidak masuk ke dalam DCT. Sama halnya dengan Budiman Sudjatmiko, Ara pada pemilu 2024 ini tidak dicalonkan anggota legislatif oleh PDIP. Tidak juga masuk ke dalam tim pemenangan Ganjar-Mahfud. Sehingga namanya di PDIP relatif tenggelam dan nyaris hilang dari percaturan politik.
Ketiga, mundur pada detik-detik terkahir. Kurang dari satu bulan menuju hari pemungutan suara pada pemilu 2024 Ara berpamitan dari PDIP. Tentu saja bukan tidak dikalkulasi. Di tengah elektabikitas PDIP dan Ganjar-Mahfud terus turun, Ara mengambil langkah keluar dari PDIP. Tentu saja kalkukasi politiknya adalah memberikan gambaran rapuhnya soliditas PDIP bahkan di tataran Pengurus Pusat.
Padahal dengan kondisi tenggelamnya peran Ara selama ini di PDIP, bisa saja sejak awal mundur dan bergabung dengan pasangan calon Prabowo-Gibran. Seperti halnya dilakukan oleh Budiman Sudjatmiko. Ketika mundur sejak awal mungkin tidak akan terlalu besar terhadap pandangan rapuhnya soliditas PDIP. Keempat, berpotensi eksodus. Mundurnya Ara berpotensi bisa jadi diikuti oleh kader lainnya di DPP PDIP bahkan sangat mungkin oleh kader-kader PDIP di lapisan bawah.
Seperti sudah terjadi di Majalengka Jawa Barat. Karena sedikit atau banyak, Ara pasti mempunyai pasukan kader PDIP di semua lapisan masyarakat. Sehingga ketika terjadi eksodus yang diakibatkan oleh mundurnya Ara, akan mengancam turun secara drastis elektabilitas PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud.
Ketika itu terjadi, eksodusnya kemungkinan besar ke pasangan Prabowo-Gibran, bukan ke Pasangan Anies-Cak Imin. Dengan demikian sangat berpotensi Pasangan Prabowo-Gibran semakin naik elektabilitasnya, sementara PDIP dan Pasangan Ganjar-Mahfud berpotensi semakin turun. Dengan demikian, potensi Prabowo-Gibran menang satu putaran sangat berpeluang. [] Opini oleh Yusfitriadi