Mengingat Petrus Barus, Mengingat Independensi
Oleh: Sugeng Teguh Santoso SH
(Ketua Yayasan Satu Keadilan/Ketua DPD PSI Kota Bogor)
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Mengingat Petrus Barus, adalah mengingat proses panjang sikap kritis dan independensi yang berusaha terus kami bangun. Petrus saya kenal sejak saya mulai aktif sebagai aktivis hukum dan Sekjen Serikat Pengacara Indonesia 1997 dan ia adalah wartawan Berita Buana dan pendiri Pusat Informasi Jaringan aksi Reformasi (Pijar Indonesia). Sabahat Petrus memberikan ruang saya menulis catatan hukum di Berita Buana selama kurang lebih 3 tahun.
Intesifitas bersama kemudian terjadi saat 2012 LBH Keadilan Bogor Raya (LBH KBR) dan Yayasan Satu Keadilan (YSK) aktif melakukan advokasi hukum masyarakat marjinal di Bogor kota dan kabupaten. Ada 3 orang yang membantu saya saat itu Petrus Barus, Bagus di Megaswara, Abdul Somad Pemred Metropolitan dan Muhamad Soleh serta Alm. Bang Ucok Megaswara. Petrus sebagai Pemred media Pakuan Raya (Pakar) juga pemilik media Bogor Kita tidak hanya memfasilitasi pemberitaan kasus-kasus publik yang ditangani oleh LBH KBR dan YSK, tetapi ia turut terlibat dalam memberikan masukan strategi-strategi pembelaan agar advokasi kami kuat.
Kasus Pasar Blok G, kasus oligarki di Kota Bogor, kasus penyekapan 17 pembantu rumah tangga, kasus hotel Amarossa, kasus gugatan larangan perayaan Asyura, kasus diskriminasi pada Ahmadyah, kasus tambang Antajaya dan puluhan kasus advokasi kawanku Petrus terlibat membantu.
Banyak malam panjang saya lalui di redaksi Pakar pada awal-awal saya bergerak dalam aktivisme hukum di Bogor. Berdiskusi, ngobrol, merencanakan strategi pembelaan kasus-kasus publik.
Putrinya Devyani Petricia yang selesai studi di Fakultas Hukum Universitas Pancasila juga ia mintakan dilatih dan magang di LBH KBR hingga Devi berhasil dilantik sebagai advokat.
Petrus lah yang memperkenalkan saya dengan keluarga politisi Rachmat Yasin termasuk Bupati Ade Yasin, Zaenul Mutaqin sebagai pemilik media Pakar dan tetap berhubungan hingga kini.
Satu sikap Petrus yang sama dengan saya adalah soal sikap independensinya, bila ia sudah menyatakan sikapnya maka tidak ada yang bisa mempengaruhinya lagi, bahkan ia rela melepaskan jabatan ketika sudah tidak dirasa cocok lagi, ini sikap konsisten yang ia tunjukkan sejak ia sebagai aktivis mahasiswa di Universitas Nasional (UNAS), dan dipecat sebagai mahasiswa karena sikap menentang pengekangan aktivitas di kampus yang dilakukan oleh rektor STA.
Demo tersebut dikenal dengan ‘Tiga Menggugat Takdir’. Perjumpaan saya masih intensif sampai dengan 2016 ketika ia bergabung dengan harian Merdeka dan Nusantara News bersama Eddy Junaidi, Marlin Dinamikanto .
Setelah 2017 kami jarang hanya bertemu sesekali walau masih terus berkomunikasi.
Dua minggu lalu saya dapat kabar Petrus dirawat di ICU EMC Sentul, saya ingin besuk tapi saya dengar tidak bisa karena kondisi pandemi ini. Dua minggu dirawat di RS EMC Sentul, Petrus sempat kembali ke rumah; saya bersyukur ia bisa membaik.
Dua hari lalu sempat saya dan Marlin bicara soal kondisi Petrus, kami berdua berdoa agar Petrus dan keluarga diberi jalan terbaik oleh Tuhan, dan pagi ini saat saya bangun tidur puluhan pesan WA dari penjuru arah kebanyakan teman-teman aktivis dari Jakarta dan Bogor menginformasikan sahabatku Petrus Barus telah menghadap Allah Bapa di Surga.
Rest in Peace buat sahabatku Petrus Barus, damai bersama Tuhan di Surga.
Petrus Barus merupakan pemimpin umum BOGOR-KITA.com, wafat di RSUD Ciawi Kabupaten Bogor, Jumat 14 Mei 2021, 21.05 WIB. Almarhum dimakamkan di TPBU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Tajurhalang, Sabtu 15 Mei 2021. []