BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Pandemi COVID-19 menyebabkan berbagai perubahan pola dalam keluarga, salah satunya mengenai isu gender. Peran antara laki-laki dan perempuan bergeser karena kegiatan dipusatkan di rumah. Ketahanan dan kemandirian keluarga merupakan kunci utama menghadapi pandemi COVID-19.
Hal ini salah satu kesimpulan webinar tentang Gender dan Ketahanan Keluarga yang digelar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University Rabu, (17/6/2020).
Web seminar ini diadakan atas kerjasama dengan beberapa lembaga pemerintahan, institusi pendidikan, praktisi, dan berbagai Lembaga Swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan yang mengundang para pakar dari lintas instansi ini diadakan melalui aplikasi zoom dan disiarkan langung menggunakan media youtube dengan peserta sebanyak 453 orang.
Dalam sambutannya, Prof Dr Ujang Suwarman selaku Dekan Fema IPB University mengatakan bahwa era pandemi mengajarkan banyak hal. Salah satunya, masyarakat harus memiliki kekuatan sendiri dalam menghadapi masalah. Keluarga menjadi pertahanan pertama dalam menghadapi setiap masalah yang timbul karena pandemi COVID-19.
“Masyarakat dan keluarga adalah pertahanan pertama dalam menghadapi berbagai masalah, baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan dan lainya. Setiap pihak harus berupaya dan bahu-membahu untuk menguatkan basis modal sosial masyarakat. Mari kita kuatkan lagi dalam momen diskusi pada hari ini,” ujar Prof Ujang.
Dalam paparannya, Ir Agustina Erni, MSc dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenppa) mengungkapkan bahwa banyak masalah yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik jika pendekatan keluarga diterapkan untuk mengatasinya termasuk dalam menghadapi COVID-19. Keluarga adalah unit yang seharusnya paling didukung, karena paling terdampak oleh pandemi. Menurutnya ketahanan keluarga adalah penunjang ketahanan nasional.
Sementara itu, Bambang Sugeng dari Kementerian Sosial mengatakan bahwa masalah pandemi bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga ekonomi dan psikologi. Pemerintah memprediksi terjadinya peningkatan kemiskinan sebanyak dua juta orang pada tahun 2020. Selain itu, pendapatan rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi menurun. Artinya sebanyak 70,53 persen masyarakat mengalami penurunan pendapatan.
“Program-program yang dibuat pemerintah juga berfokus pada unit keluarga. Pasalnya keluarga menerima dampak yang besar akibat pandemi. Oleh karena itu penguatan data dan intervensi program lintas kementerian juga difokuskan untuk menangani masalah di tingkat keluarga, seperti isu gender,” tambah Dr Bambang.
Dr Agung Hendriadi dari Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa perempuan sangat berperan dalam penyerapan pangan dan ketahanan pangan. Perempuan tidak kalah dengan laki-laki, dengan memberikan kontribusi sebanyak 30 persen dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh karena itu peran perempuan dalam menjaga stabilitas pangan selama masa pandemi harus dijaga dan ditingkatkan.
Sementara itu, Dr Tin Herawati, dosen IPB University yang juga Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) IPB University menyimpulkan bahwa kunci dari masalah keluarga adalah penguatan peran dari keluarga. Sebagai pertahanan pertama dalam menghadapi pandemi, setiap keluarga harus memiliki kemandirian. Keluarga harus bisa menyikapi tiap persoalan dengan metodenya uniknya masing-masing. Hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar peran dari keluarga bisa optimal melawan pandemi. [] Hari