IPB University Kenalkan 4 Hasil Penelitian, Salah Satunya Diekspor ke Jepang dan Korea
BOGOR-KITA.com, BOGOR – IPB University melaunching empat hasil penelitian pangan berbasis protein di Gedung Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Rabu (10/8/2022).
Keempat hasil penelitian itu adalah ayam lokal unggul IPB D1, kedelai budidaya jenuh air (BJA) IPB, Kacang tunggak dan kecipir serta tempe Azaki.
Rektor IPB University, Prof. Arif Satria mengatakan keempat hasil penelitian ini sudah terbukti dilapangan. Pertama ayam IPB D1 sudah meningkatkan produksi tempe sampai 45 persen pertumbuhanya, selain itu pertumbuhan ayam IPB D1 juga sangat bagus.
Sementara, tempe Azaki sudah ekspore ke Jepang dan Korea Selatan. Kemudian kacang tunggak sudah diproduksi 100 persen. Kacang tunggak ini merupakan solusi ketika menghadapi masalah kedelai.
“Kedelai pun kita punya solusi, karena ketika produksi produktifitas nasional yang rata hanya 1,5 ton perhektare IPB berhasil dengan 4,36 ton perhektare, artinya IPB bisa meningkatkan produktifitas tiga kali lipat nasional untuk kedelai,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, bahwa kedelai hasil penelitian IPB sudah diujicoba di kawasan lahan 500 hektare dan rata ratanya bisa menghasilkan 2,5 ton perhektare. Dengan demikian lanjut rektor, rara rata dari kedelai milik IPB hasilnya dua kalilipat dari kedelah biasa.
“Ini artinya, apa yang sudahh diteliti dan sudahh dipraktekan oleh IPB sudahh terbukti dan perlu diadobsi agar dikembangkan lebih jauh,” tandasnya.
Sementara, ketua penelitian ayam IPB D1, Prof Cece Sumantri menjelaskan ayam IPB D1 sudah dikembangkan oleh tim Fakultas peternakan IPB sejak tahun 2010.
Menurutnya, ayam lokal tersebut merupakan persilangan dari jantan F1(Pelung X Sentul)dengan betina F1 (Kamoung X parent stock cobb prdaging). Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung, sentul, kamoung dan cobb masing masing sebesar 25 persen.
Ayam IPB D1 disilangkan sesamanya sampai generasi ke-5 dan dilakukan seleksi melalui penggunaan genetika molekuler, jelasnya.
Selanjutnya, ketua penelitian kedelai budidaya IPB prof Munif Ghulamahdi menuturkan teknologi BJA adalah teknologi budidaya dengan memberikan irigasi terus menerus sejak tanam sampai panen sekitar 20 cm dibawah permukaan tanah. Dengan demikian, dapat membuat lapisan dibawah permukaan akar jenuh air.
Tekonolgi BJA sesuai diterapkan dilahan pasang surut . Hal ini karena air relatif tersedia dan itensitas radiasi matahari yang tinggi, sehingga kondisi tersebut dapat meningkatkan proses fotosintesis untuk menghasilkan produktivitas yamg tinggi.
“Produktivitas kedelai dalam skala penelitian dapat mencapai 4 ton per hektare. Namun pada saat pengembangan pada areal 500 hektare dapat mencapai 2,5 ton per hektare. Produktivitas ini lebih tinggi dibandingkan rata rata nasional yang hanya 1,5 ton per hektare,” tuturnya.
Ketua penelitian kacang tunggak, Prof Dr Muhammad Syukur menerangkan beragan jenis kacang-kacangan lokal memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pendamping kedelai, karena memiliki kandungan gizi yang hampir sama dengan kedelai dan dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan Indonesia.
Jenis kacang yang dapat digunakan dalam upaya oemanfaatan kacang lokal sebagai pendamping kedelai yaitu kecipir dan kacang tunggak. Kedua jenis kacang ini dapat digunaoan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap dan miso.
“Kandungan gizi kecipir sangat mirip dengan kedelai. Kandungan protein kecipir adalah 30-35 sebanding dengan kandungan biji kedelai,” ujarnya.
“Kacang tunggak juga berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia karena mampu dibudidayakan di lahankering marginal. Kandungan protein kacang tunggak adalah 20-25 persen dan produktivitas mencapai 4 ton per hektare,” tandasnya.
Ketua peneliti tempe Azaki, Prof Made Astawan mengatakan tempe dapat diandalkan sebagai sumber protein nabati, karena kualitas protein yang hampir setara dengan sumber protein hewani.
Menurut Prof Made, tempe juga dapat digunakan sebagai pangan fungsional hipoglikemik atau penurun glukosa darah pada oenderita diabetes melitus. Tak hanya itu, kata Prof Made tempe juga terbukti sebagai pangan hipotensif atau penurun tekanan darah pada penderita hipertensi, hipokolesterolemik atau penurun kolesterol dan pencegah penyakut jantunga serta sumber kalsium yamg sama baiknya dengan kalsium dari susu sapi.
“Tempe terbukti menyehatkan, maka tempe telah ditetaokan sebagai salah satu dari sembilan superfood dunia. Hal ini memjadikan tempe semakin diminati di dunia dan pasar tempe menjadi terbuka luas,” ucap Prof Made.
Prof Made menambahkan peluang tempe dipasar golbal menginspirasi dirinya untuk melakukan pembinaan UKM tempe agar menerapkan cara produksi tempe secara higenis, sehingga produknya layak untuk di ekspor. Salah satu UKM binaan IPB berhasil menjadi supplier tempe untuk di ekspor ke Jepang.
“Keberhasilan ekspor ke Jepang menjadi kunci sukses untuk ekspor ke negara lain, terbukti tempe Azaki juga berhasil memperluas pasarnya ke Korea Selatan pada Juli 2022. Saat ini ekspor temoe ke Jepang mencapai 31 ton perbulan sesangkan ke Korea baru mencapai 7,6 ton per bulan,” pungkasnya. [] Ricky