BOGOR-KITA.com, BOGOR – Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan bahwa Kota Bogor keluar dari zona merah dan kembali masuk ke dalam zona oranye penyebaran covid-19.
Dalam konferensi pers di Taman Ekspresi, Sempur, Kota Bogor, Selasa (13/10/2020), Bima menjelaskan perbaikan yang dilakukan sehingga Kota Bogor keluar dari zona merah dan masuk zona orange.
Bima menyebut dua perbaikan.
Pertama adalah recovery rate atau kasus kesembuhan yang membaik, 30 persen lebih baik daripada minggu lalu. Kedua, bed occupancy ratio (BOR) atau tingkat ketersediaan tempat tidur isolasi.
Pada data tren angka kesembuhan dari Dinas Kesehatan Kota Bogor menunjukan bahwa jumlah kasus sembuh sejak September hingga hari ini terus meningkat dengan angka 67,3 persen atau lebih tinggi 4,75 persen dari angka kesembuhan Jawa Barat (62,55 persen). Sementara jumlah kasus sembuh minggu ini adalah 133 kasus atau meningkat 30 persen dari pekan sebelumnya.
Perbaikan juga terjadi pada indikator bed occupancy ratio (BOR) atau tingkat ketersediaan tempat tidur isolasi di Kota Bogor.
“Karena OTG diprioritaskan untuk dikirim ke tempat isolasi di Lido. BOR kita yang tadinya 60 persen, per hari ini angkanya di 51 persen,” jelasnya.
Catatan Dinkes Kota Bogor, kapasitas ruang isolasi dan ICU khusus Covid-19 di Kota Bogor terus ditingkatkan untuk mengantisipasi peningkatan kasus aktif yang membutuhkan perawatan intensif. Jumlah tempat tidur isolasi per 11 Oktober 2020 adalah 371 unit dengan ICU 14 unit dari 21 rumah sakit rujukan Covid-19 di kota hujan. Keterisian tempat tidur isolasi Covid-19 per 11 Oktober 2020 sebesar 51 persen dan tempat tidur ICU sebesar 64 persen. Sementara di Pusat isolasi BNN Lido dengan kapasitas 100 tempat tidur, terisi 33 (33 persen).
Rinciannya, pasien asal Kota Bogor sebanyak 88 orang (44,7 persen), pasien asal Kabupaten Bogor 83 orang (42,1 persen) dan pasien asal kota lain 26 orang (13,2 persen).
Dalam catatan BOGOR-KITA.com, Tim Pakar Gugus Tiugas Nasional membuat indikator peta risiko covid-19.
Ada 14 indikator. Skor total dari 14 indikator tersebut menjadi ukuran suatu daerah masuk zona merah, orange, kuning atau hijau.
Dari 14 indikator tersebut, 10 merupakan indikator epidemiologi, 2 indikator terkait surveilans kesehatan masyarakat, 2 lainnya indikator pelayanan rumah sakit.
Selengkapnya sebagai berikut:
Indikator Zonasi Risiko
Indikator Epidemiologi:
1) Penurunan jumlah kasus positif & probable pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak
2) Penurunan jumlah kasus suspek pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak
3) Penurunan jumlah meninggal kasus positif & probable pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak
4) Penurunan jumlah meninggal kasus suspek pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak
5) Penurunan jumlah kasus positif & probable yang dirawat di RS pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak
6) Penurunan jumlah kasus suspek yang dirawat di RS pada minggu terakhir sebesar ≥50% dari puncak
7) Persentase kumulatif kasus sembuh dari seluruh kasus positif & probable
8) Laju insidensi kasus positif per 100,000 penduduk
9) Mortality rate kasus positif per 100,000 penduduk
10) Kecepatan Laju Insidensi per 100,000 penduduk
Indikator Surveilans Kesehatan Masyarakat
1) Jumlah pemeriksaan sampel diagnosis meningkat selama 2 minggu terakhir
2) Positivity rate rendah (target ≤5% sampel positif dari seluruh orang yang diperiksa)
Indikator Pelayanan Kesehatan
1) Jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS Rujukan mampu menampung s.d >20% jumlah pasien positif COVID-19 yang dirawat di RS
2) Jumlah tempat tidur di RS Rujukan mampu menampung s.d >20% jumlah ODP, PDP, dan pasien positif COVID-19 yang dirawat di RS
[] Ricky