Kota Bogor

Idul Adha Momentum Teladani Nabi Ibrahim AS

BOGOR-KITA.com – Ribuan umat muslim melaksanakan shalat Idul Adha 1439 Hijriah di Masjid Agung Al Mi’raj (Masjid Raya Bogor) Jalan Pajajaran, Rabu (22/08/2018) pagi.

Bertindak selaku Imam  Ustadz Yusuf Ardabili pimpinan pondok pesantren Asyifa. Sedangkan Khotib KH. Muhyiddin Junaidi Ketua MUI Pusat untuk kerja sama internasional dan hubungan luar negeri.

Dalam tausiahnya KH. Muhyiddin Junaidi mengatakan, umat Islam harus bersyukur karena bisa berada di penghujung tahun 1.439 Hijriah dan segera menyongsong tahun baru 1.440 Hijriah.

“Adalah sebuah tradisi bagi umat Islam di dunia yang dijunjung tinggi adalah melepas tahun lama dengan ibadah ritual berdimensi sosial dan kultural yang tinggi dan mengawalinya juga dengan Ibadah puasa sunnah Muharram,” katanya.

Dia mengajak para jamaah untuk kembali melihat dan meneladani kisah Nabi Ibrahim AS. Sebab,  setiap kali datangnya bulan haji umat Islam diingatkan lagi tentang sejarah Nabi Ibrahim AS, sosok pemimpin umat manusia yang sangat fenomenal, kharismatik dan memilki integritas tinggi dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Monoloyalitasnya yang tinggi terhadap perjuangan mengantarkannya memperoleh titel Khalilullah (Kekasih Allah).

Baca juga  Masuk Istana Bogor Gratis, Termasuk Ke 4 Museum

“Begitu banyak pelajaran penting dari perjuangan beliau yang harus ditumbuhkembangkan oleh umat manusia. Beliau terkenal sebagai pemimpin yang gigih, tegas, siap menanggung resiko perjuangan dan konsisten dalam mempertahankan akidah,” kata KH. Muhyiddin.

Muhyiddin menyebutkan, 69 kali nama beliau diabadikan dalam Al-Quran, ini adalah bukti bahwa perjalanan hidupnya sarat dengan nilai, pelajaran dan pegangan hidup bagi umat manusia sepanjang zaman.Kegigihannya dalam mempertahankan akidah memaksa para petinggi vihara untuk melemparkan beliau ke bara api sebagai bentuk siksaan.

“ltulah sekelumit resiko yang harus diterima oleh setiap pejuang kebenaran. Dia bukan hanya tipe pemimpin yang berorientasi Amar Ma’ruf saja, tapi juga tegar dalam mengamalkan Nahi Munkar yang tentu penuh resiko tinggi terhadap jiwa raganya,” sebutnya.

Allah berfirman (Al-Mumtahanah 6) sesungguhnya bagi kamu ada suri tauladan yang baik pada nabi Ibrahim dan orang orang yang menyertainya. Ini dapat dipahami bahwa umat islam seharusnya menjadikan Ibrahim dan para nabi dari keturunannya sebagai pemimpin dan figur sentral dalam memimpin umat. Kunci keberhasilan dan kesuksesan dalam memimpin melekat pada keperibadian mereka.

Baca juga  Ketua KNPI Prediksi Pelaku Dugaan Korupsi KPU Tak Satu Orang 

Nabi Ibrahim AS telah memberikan contoh nyata bagi umat manusia agar konsisten mengikuti jejaknya. Jika ingin mewarisi kepemimpinan ideal, kepemimpinan yang berdimensi vertikal dengan sandaran yang kokoh kepada Allah dan orientasi pengabdian horizontal dengan pelayanan maksimal kepada manusia.

Sebagai founding father of messangers beliau telah begitu berjasa meletakkan fondasi leadership dan management yang kokoh agar manusia tetap mengutamakan hukum Allah dan tidak mudah terpengaruh dengan teori atau pemikiran manusia. Para Nabi dan Rasul seharusnya menjadi idola dan panutan dalam segala hal.

Sebaliknya kepemimpinan dengan orientasi kekuasaan hanya akan mendatangkan permusuhan, pertengkaran, kerakusan, kesengsaraan kediktatoran dan kebangkrutan moral.

Para ulama menilai bahwa kunci keberhasilan Nabi lbrahim dalam memimpin umat manusia antara lain, memiliki perencanaan yang matang. Perencanaan adalah pra syarat bagi kesuksesan setiap pekerjaan, karena ia meliputi niat (tujuan/goal), sasaran yang akan diraih, tahapan dan tantangan yang dihadapi.

Baca juga  BPJAMSOSTEK Bogor Kota Antar Klaim JHT ke Rumah Pekerja

Kedua, memiliki monoloyalitas kepada hukum Allah dengan penuh keadilan. Konsistensi Nabi Ibrahim dalam menegakkan hukum Allah adalah bukti konkret dari keimanan yang solid dalam dirinya. Ujian dan cobaan yang dihadapinya semakin memantapkan sikap beliau agar terus mengemban amanah dengan sempurna. Tetapi bukan berarti ia bersikap kaku dan menafikan kompromi dalam melakukan hubungan horizontal.

“Faktanya ia adalah sosok pemimpin yang santun, penyabar dan humanís. Ini dapat dilihat dari kiprah hidup kesehariannya dan kiat mengatasi masalah sosial,” ujarnya.

Allah berfirman, sesungguhnya Ibrahim penyantun, lembut hati dan suka kembali kepada Allah Monoloyalitas terhadap hukum Allah adalah harga mati. Beberapa peristiwa penting cukup menjadi buktinya. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top