Kab. Bogor

Hanya 100 Balita Penderita Gizi Buruk di Kabupaten Bogor

BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Hanya 100 balita penderita gizi buruk di Kabupaten Bogor. Penegasan ini dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Drg Mike Kaltarina MARS dalam jumpa pers di Ruang Rapat Kadinkes Kabupaten Bogor, Jumat (6/3/2020).

“Jumlah balita penderita gizi buruk di Kabupaten Bogor itu tidak ribuan, tetapi hanya 100 orang. Sekali lagi hanya 100 orang pada akhir Tahun 2019 atau sekitar 0,0017 % dari 577.656 balita,” kata Mike.

“Semuanya sudah kita tangani, nama- namanya ada di data kita,” imbuh Mike.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Bogor, Dede yang ikut dalam jumpa pers menambahkan, penderita gizi buruk ini penyebabnya kompleks, mulai nutrisi, penyakit penyerta, masalah sosial, masalah ekonomi, budaya masyarakat, faktor lingkungan tempat tinggal juga berpengaruh.

Baca juga  Pilkada Juni 2018 Kabupaten Bogor Memilih Bupati ke-13, Siapa Terpilih?

“Karena  itu penangananya harus komprehensif dan lintas sektoral,” kata Dede.

Kebanyakan penderita gizi buruk, selain karena kurangnya asupan nutrisi juga ada factor penyerta atau penyakit bawaan seperti diare, ganguan jantung, gangguan mental dan lain sebagainya.

“Jadi tidak murni gizi buruk disebabkan faktor ekonomi, karena banyak faktornya, walaupun penyebab terbanyak terkait dengan faktor ekonomi, ” kata Dede.

Dede menambahkan, Kabupaten Bogor sudah membentuk Center Klinik  Gizi di sejumlah puskesmas.

“Dokter dan paramedis di sejumlah puskesmas yang menjadi kantong risiko dilatih untuk menjadi Center Klinik Gizi,”  kata Dede.

Saat ini ada 27 dokter dan paramedis puskesmas yang sudah terlatih yang terdiri dari dokter, perawat, bidan dan petugas gizi. Mereka bertugas melakukan analisis gizi dan identifikasi sehingga mereka lebih intens dalam menanggulangi gizi buruk.

Baca juga  Tim Pemantau Independen Nyatakan Pilkades Serentak Kabupaten Bogor Lancar

Dede juga menjelaskan soal stunting di Kabupaten Bogor.

Stunting dan gizi buruk itu berbeda. Stunting itu lambat tumbuh. Tinggi badan anak tidak sesuai dengan umur. Penyebabnya, kurangnya asupan protein yang kronik. Sedangkan gizi buruk terkait dengan status gizi akut. Gizi buruk prosesnya cepat, sementara stunting prosesnya panjang.

Dede mengatakan, Dinkes Kabupaten Bogor  terus berupaya menurunkan angka stunting dengan program BOBES (Bogor Bebas Stunting).

Hasinya, terjadi penurunan signifikan. Data tahun 2019, angka Stunting 19,08 persen  Data rilis sebelumnya, yakni data 2018, sesuai hasil hasil survey, stunting di Kabupaten Bogor berada di angka 32,09 persen. “Jadi ada penurunan signifikan,” kata Dede.

Dalam rilis Diskominfo, Dede menambahkan,  penanganan stunting di Kabupaten Bogor ditargetkan turun sekitar 2 persen per tahun sampai tahun 2024. [] Hari

Baca juga  Kota dan Kabupaten Bogor Masuk Zona Kuning
1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top