Oleh. : Adlan Daie
BOGOR-KITA.com, INDRAMAYU – Dalam timbangan penulis, terus terang, elite partai Golkar yang hari ini di panggung jabatan politik Indramayu hanyalah Subkon politik dari varian kecil politcal power H. Yance. Meminjam analisis Jefry Winters dalam bukunya Power In Motion, mereka tidak memiliki inner power politik dalam dirinya, kaki politiknya tidak berdiri di atas rangka kayu yang kokoh kecuali sekedar balok balok kecil yang disusun dalam skema piramida politik H. Yance. Dalam metafor lain, mereka menggantung dalam tarikan tali ikat politik H. Yance.
Kasus OTT KPK, meskipun kita harus tetap menghormati asas praduga tak bersalah, telah merubah posisi politik H. Yance sedikit menyempit ruang orkestrasi politiknya.Tali ikat politiknya mulai merapuh seiring perjalanan waktu dan perjalanan kasus OTT KPK yang menyebut namanya di kesaksian seorang sopir tersangka Carsa dan H. Supendi di Pengadilan Tipikor Bandung serta kehadirannya sebagai saksi di gedung KPK Jakarta. Tentu melelahkan secara psyikhis dan mental serta di ruang sosial media tak terelakkan dengan cepat terbingkai citra negatifnya melalui gambar gambar meme dan narasi yang bombastis.
Dulu, saat Hj. Ana Shopanah, istri H. Yance, mengundurkan diri dari jabatan bupati Indramayu tanpa gerakan mosi tidak percaya dari parlemen dan tanpa desakan demonstratif massa penulis menduga sebagai tiitik penanda H. Yance pelan pelan akan mengakhiri orkestrasi panggung politiknya. Jebakan Power tends to currupt, absolute power currupt absolutely, kekuasaan cenderung koruptif dan makin absolut kekuasaannya makin absolut pula daya jangkau kecenderungan koruptifnya, dapat dilewatinya dengan baik. Lengser secara legowo, terhormat dan elegan.
Problem yang dihadapi H. Yance ternyata tidak sederhana. Pengaruh kekuasaaan politik terlalu mapan dan establish terpusat dalam diri ketokohannya sehingga beragam kepentingan politik mengaitkan diri ke tali ikat politiknya. Para kader partai Golkar tidak memiliki kepercayaan diri tanpa restu dan back up politiknya. H. Yance dipaksa turun kembali ke gelanggang panggung politik bukan untuk kepentingan pribadinya melainkan ditarik tarik para politisi partai Golkar di lingkarannya sebagai bingkai penguat figura politiknya.
Itulah yang terjadi hari ini. Penghimpunan guru paud, pemberian zakat dari dana Baz, pertemuan pertemuan politik lain turut dihadirinya. Tentu tidak ada yang salah dengan kehadirannya di acara acara tersebut kecuali berpotensi mendapat serangan keras secara verbal dari oposisi politiknya karena kesalahpahaman tentang posisinya di ruang ruang pertemuan yang dihadirinya selain mengurangi waktunya untuk madheg pandito, memperbanyak ibadah, merenung secara personal dan aktivitas sosial bersifat komunitas kekeluargaan.
Tradisi baru partai Golkar Indramayu dengan membuka pendaftran untuk rekruitmen calon bupati dalam pilkada Indramayu 2020 haruslah dimaknai para kader.dan tokoh partai Golkar bahwa sudah saatnya transisi politik dari era H. Yance ke generasi politik berikutnya. Karena setiap jaman menghadirkan tokohnya sendiri dan setiap tokoh selalu dibatasi garis orbit jamannya. Selalu menarik H. Yance ke panggung politik utama sama dengan memaksanya tidak berdamai.dengan keadaan yang sudah berubah.
Sejarah lengsernya pak Harto secara tragis dan nista oleh hujatan publik, dua puluh tahun silam, masih melekat dalam memori kolektif kita, haruslah menjadi pelajaran berharga bahwa ketidakmampuan membaca tanda tanda zaman dan abai berdamai dengan keadaan yang selalu berubah hasilnya hanyalah Kenestapaan. Karena itu, sekali.lagi, momentum pilkada Indramayu 2020 adalah alat uji bagi partai Golkar untuk tidak selalu memaksa H. Yance terlibat instens dalam proses proses politiknya.
Menutup tulisan singkat ini penulis sebagai penulis buku pertama tentang H. Yance tidak lupa turut mendoakan semoga dimudahkan melewati sengkarut damoak lanjutan OTT KPK dan melewati hari hari nya sebagai pandito lebih tenang, lebih khusuk beribadah dan aktivitas keummatan lainnya, tidak.ditarik.tarik kembali dalam konstalasi politik yang rumit dan melelahkan.
Memang ternyata membentuk tim sukses pemenangan terkadang lebih mudah dibanding membentuk tim untuk mengakhiri karier politiknya lengser ke prabon secara husnul khatimah kecuali dituntun kesadaran ilahiyah bahwa kita semua akan kembali ke hadirot-Nya. [] Admin / *Wakil Sekretaris PWNU Jawa Barat