Kab. Bogor

Gizi Buruk di Kabupaten Bogor Harus Dicegah secara Kolaboratif

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Masalah gizi buruk di Kabupaten Bogor kembali menjadi sorotan.

Musababnya, ada seorang anak inisial AM, usia 9 tahun, warga Desa Parungpanjang Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor meninggal dunia karena gizi buruk.

Kasus gizi buruk makin mengkhawatirkan, sebab dari data yang disampaikan Dinkes Kabupaten Bogor, selama tahun 2024 lalu, tercatat ada 25 kasus yang terlaporkan.

Meskipun kasus gizi buruk tersebut telah ditangani jajaran Pemkab Bogor, tapi upaya pencegahan dan penanganan kasus gizi buruk harus terus ditingkatkan.

“Kami berharap semua pihak terkait dalam penanganan kasus gizi buruk dapat segera melakukan kolaborasi secara lebih optimal dan maksimal untuk kebaikan anak – anak,” ungkap Ketua Masyarakat Pejuang Bogor, Atiek Yulis Setyowati, Kamis (30/1/2025).

Baca juga  Mahasiswa IUQI Raih Medali Emas di Asia Youth Innovation Award 2025

Bunda Atiek, sapaan karibnya menjelaskan bahwasanya penanganan masalah gizi di masyarakat harus diselesaikan secara kolaboratif karena masalah gizi bukan hanya soal kesehatan semata.

Menurutnya, masalah kesehatan adalah dampak dari kondisi yang ada misalnya ekonomi, akses pangan, jaminan sosial, jaminan kesehatan/IKN/BPJS dan terutama yang tak kalah penting juga adalah identitas kependudukan (KK) dari seorang warga.

“Sehingga saat terjadi gangguan kesehatan, masyarakat bisa segera mendapat akses jaminan kesehatan. Selain itu, gizi buruk juga bisa disebabkan faktor pengangguran, pendidikan yang rendah dan budaya hidup yang tidak sehat,” tutupnya.

Dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Bogor, dr. Intan Widayati mengungkapkan bahwa upaya penanganan dan pencegahan
terkait gizi buruk masih terus dilakukan dan disosialisasikan secara masif dan intensif.

Baca juga  Bertele-telenya Pengajuan Calon Wakil Bupati, Merusak Iklim Investasi

“Upaya pencegahan dan penanganan terus dilakukan secara masif dan intensif. Melalui semua pihak dan stakeholder dalam bidang kesehatan,” ungkapnya.

Intan memaparkan, salah satu hal penting di dalam pencegahan gizi buruk adalah melakukan penimbangan secara berkala agar bisa terdeteksi lebih dini kalau ada gangguan pertumbuhan.

“Termasuk menggalakkan imunisasi dasar lengkap kepada seluruh balita. Tapi kendala nya masih ada saja yang menolak untuk dilakukan imunisasi,” imbuhnya.

[Intan menjelaskan, pencegahan gizi buruk bukan hanya setelah lahir tapi sejak dalam kandungan. Gizi ibu perlu dipenuhi supaya jangan anemi dan jatuh ke dalam KEK, sehingga bayi lahir dengan berat rendah.

Untuk mengantisipasi dan mencegah hal itu, lanjut Intan, makanya ada program pemberian makanan tambahan (PMT) lokal untuk ibu hamil yang disalurkan melalui puskesmas – puskesmas terdekat.

Baca juga  Pemkab Bogor Catat 0,5 Persen Anak-anak Alami Gizi Buruk

“Semoga pula program makan gratis yang sekarang diberikan untuk nak sekolah, nanti berlanjut juga untuk balita serta ibu hamil, biar semuanya pada sehat,” tukasnya. [] Fahry

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top