Nasional

Fenomena ‘Tip of the Tongue’: Kenapa Kita Sering Lupa Kata Sederhana di Momen Penting?

Sumber foto www.istockphoto.com

Penulis: Nayla Audriva Cahyo

Pernahkah Anda mengalami kejadian menyebalkan seperti ini? Anda sedang asyik mengobrol seru dengan teman di sebuah kedai kopi di sekitaran Bogor. Topiknya hangat, suasananya cair, dan kopi di meja pun masih mengepul. Namun, tiba-tiba saja, di tengah kalimat yang menggebu-gebu, Anda mendadak berhenti.

Mata Anda membelalak, tangan Anda membuat gestur aneh di udara seolah ingin menangkap sesuatu yang terbang, dan mulut Anda hanya mampu mengeluarkan kalimat frustrasi: “Duh, itu lho… apa sih namanya? Benda yang buat muter baut itu lho… aduh, gemes banget ada di ujung lidah nih!”

Teman Anda mencoba menebak dengan asal, “Tang? Palu? Kunci Inggris?” “Bukan! Itu lho, yang kepalanya ada plus atau minusnya…” “Obeng?” “NAH! OBENG!”

Perasaan lega pun muncul seketika, seolah beban berat baru saja diangkat dari pundak. Namun, sedetik kemudian rasa heran datang menghampiri. Anda mungkin berpikir, “Kok bisa ya, kata sesederhana ‘obeng’ saja saya lupa? Apa saya mulai pikun?”

Tenang dulu, jangan buru-buru memvonis diri sendiri. Anda tidak sedang mengalami pikun dini, apalagi kerusakan otak. Dalam kacamata Psikolinguistik, fenomena yang menyebalkan tapi sangat manusiawi ini punya nama ilmiah: Tip of the Tongue (TOT), atau fenomena “di ujung lidah”.

Baca juga  Mahasiswa IPB Bikin Aplikasi Si Cerdik untuk Deteksi Kesegaran Ikan Secara Cepat dan Mudah

Seringkali kita menganggap berbicara adalah proses yang otomatis. Kita merasa kata-kata meluncur begitu saja dari mulut tanpa usaha. Padahal, bagi otak manusia, memproduksi satu kata saja adalah kerja rodi yang melibatkan jutaan sirkuit saraf yang sangat kompleks. Bayangkan otak Anda memiliki sebuah perpustakaan raksasa yang dalam istilah ilmiah disebut Mental Lexicon atau Kamus Mental. Di dalam perpustakaan raksasa ini, tersimpan puluhan ribu kata yang pernah Anda pelajari seumur hidup, lengkap dengan informasi maknanya, cara penggunaannya, hingga bagaimana bunyi pengucapannya.

Menurut teori psikolinguistik, saat kita hendak mengucapkan sebuah kata sederhana seperti “obeng” tadi, otak kita sebenarnya bekerja melalui dua tahapan utama yang sangat cepat. Tahap pertama adalah seleksi makna, di mana otak memilih konsep benda yang ingin disampaikan. Di tahap ini, Anda sebenarnya sudah tahu bendanya, paham fungsinya, bahkan bisa membayangkan bentuk gagangnya yang berwarna-warni. Tahap kedua adalah pengodean bunyi, di mana otak harus berlari ke rak arsip untuk mengambil label bunyi /o-b-e-n-g/ yang sesuai dengan konsep tadi.

Baca juga  Jokowi: 700 Ribu Dosis Vaksin Covid-19 Telah Dikirim ke Daerah

Nah, fenomena Tip of the Tongue sejatinya adalah sebuah “korsleting” atau pemutusan hubungan sementara antara tahap pertama dan tahap kedua tersebut. Anda berhasil mengambil maknanya, Anda tahu persis apa yang ingin Anda katakan, tapi sistem saraf Anda gagal mengambil label bunyinya dari rak perpustakaan mental. Akibatnya, Anda terjebak dalam sensasi aneh di mana kata tersebut terasa sudah di ujung lidah, tapi tertahan dan tidak mau keluar.

Lantas, kenapa otak bisa “lag” seperti itu? Para ahli bahasa menemukan penyebab utamanya jarang berhubungan dengan kecerdasan, melainkan kondisi fisik dan mental.

​Penyebab paling klasik adalah kelelahan dan stres. Saat kurang tidur atau cemas (misalnya saat ujian lisan atau presentasi), energi otak untuk mencari data menipis. Akses ke kamus mental melambat. Itulah mengapa kita justru sering lupa kata di momen-momen penting yang menegangkan. Kecemasan memblokir jalur memori yang seharusnya lancar.

​Selain itu, kepadatan informasi juga berpengaruh. Terkadang, “rak buku” di otak kita terlalu berantakan. Kata-kata yang mirip makna atau bunyi sering saling sikut. Mau bilang “apel”, yang terlintas malah “anggur”. Otak menjadi bingung dan memblokir aksesnya. Hal ini juga berlaku untuk kata-kata yang jarang dipakai sehari-hari, yang biasanya tersimpan di rak paling belakang dan berdebu, sehingga butuh usaha ekstra untuk menggali kembali.

Baca juga  PROLEGNAS 2020-2024 DAN REVISI UU OTSUS PAPUA

​Apa solusinya jika terjebak momen ini? Insting kita biasanya memaksa untuk mengingat sambil memukul-mukul meja. Padahal, riset menunjukkan semakin Anda memaksa dan panik, semakin sulit kata itu keluar. Solusi terbaik secara psikolinguistik justru: alihkan perhatian.

​Lupakan sejenak, cari padanan kata lain, atau deskripsikan saja bendanya. Seringkali, saat Anda sudah rileks dan pindah topik, kata itu akan tiba-tiba muncul sendiri di kepala Anda, mungkin saat Anda sedang melamun di angkot atau menyuap soto mie. Itu tandanya “pustakawan” di otak Anda akhirnya berhasil menemukan berkas yang hilang tadi.

Jadi, bagi warga Bogor yang sering tiba-tiba nge-blank kehilangan kata saat sedang asyik diskusi, tenang saja. Itu bukan tanda kebodohan atau kerusakan memori. Itu hanyalah tanda bahwa Kamus Mental Anda sangat kaya dan sibuk, sampai-sampai petugas arsip di kepala Anda sesekali tersandung saat mencari data. Nikmati saja momen kecanggungannya, dan tertawakan bersama teman bicara Anda.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top