Damianus Taufan: Petrus Barus dalam Ingatan Saya
Oleh: Damianus Taufan
(Ketua Partai SRI)
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Sejak pertama saya menjejakkan kaki di perguruan tinggi. Petrus adalah sosok senior yang kerap mengajak saya berdiskusi di tempat kosnya, yang sederhana. Kengototannya untuk menjadi seorang intelektual/aktivis tampak jelas dari banyaknya gagasan yang kerap belum tertata rapi di kepalanya. Tapi soal semangat untuk menjalankan gagasan, adalah sisi yang paling menonjol dalam dirinya. Tidak terlalu penting apa gasasannya sudah matang didiskusikan atau belum. Efek inspiratif dari tindakannya dan agar orang menjadi tergugah untuk berani bertindak, terkadang tujuan yang lebih ingin dicapainya.
“Tiga Menggugat Takdir”. Lebih kepada sebuah aksi protes, daripada sebuah gugatan tentang malpraktek pengelolahan kampus. Tentu saja, aksi protes “Tiga Menggugat Takdir” dengan mudah dipatahkan. Akibat dari ketidak matangan gagasan yang dibawanya dari aksi itu. Buntutnya, Petrus dengan dua teman lainnya (Nurdin Fadli dan Imron Zein Rolas), dikenai sanksi skorsing dari pihak kampus. Tidak hanya itu, isu permintaan maaf untuk pencabutan sanksi skorsing, menjadi kontroversial yang menimbulkan pro-kontra di kalangan mahasiswa juga aktivis.
Kontroversi ini, sempat membikinnya kecil hati, yang juga sempat membuatnya sedikit surut dalam dunia aktivis. Tapi efek pemberitaan dari aksi protes “Tiga Menggugat Takdir” saat itu cukup ramai. Meskipun aksi itu gagal dalam aspek tuntutan, tapi berhasil memberi inspirasi dalam hal keberanian mahasiswa untuk melakukan protes terhadap pihak kampus. Mahasiswa menjadi lebih berani melakukan aksi protes mempersoalkan pengelolahan universitas yang buruk. Sejak itu, protes terhadap pihak rektorat marak terjadi. Jadi, permintaan maaf Petrus pada pihak rektorat, tidak terbukti menyurutkan aksi protes mahasiswa yang terjadi justru sebaliknya.
Aktivitas kemahasiswaannya juga sempat menggiringnya untuk menginap di Polda Metro untuk beberapa hari, karena aksi demonstrasi KMPTL (Komite Mahasiswa untuk Penurunan Tarif Listrik). Pada aksi ini sebenarnya Petrus tidak banyak terlibat dalam rapat-rapat atau diskusi persiapan aksi.Tapi karena semangat aktivismenya, membuatnya mau bergabung dengan aksi yang dimotori oleh mahasiswa yang jauh lebih junior dari dirinya.
Gagasannya tentang memadukan pemikiran politik dan dunia bisnis mengantarkannya pada pembentukan BDIC (Busines Development and Information Centre) bersama almarhum Johnes Komaling. Sayangnya, gagasan ini tidak terlalu berhasil,di samping kurangnya modal usaha.
Setelah itu, Petrus lebih sibuk dan bertahan dengan dunia jurnalisme. Jurnalisme membuatnya menjadi lebih bergairah. Dimana, kegandrungannya pada dunia intelektualitas tersalurkan, dengan berdiskusi pada tokoh-tokoh yang diwawancarainya.
Dalam pikirannya, hasil wawancara yang kerap dilakukannya menggantung tanpa kesimpulan. Biasanya untuk mempertajam kesimpulannya, lewat telepon dia mengajak diskusi saya dan mungkin kawan lainnya. Akhir-akhir ini di masa pandemi, dia lebih sering telepon, kadang sebulan sekali, bahkan terkadang seminggu sekali. Dalam menggali topik tertentu, Petrus tidak bertanya tetapi memberi kontra narasi. Sehingga terkadang pembicaran berubah menjadi debat hangat yang merangsang pikiran. Topiknya luas dari soal infrastruktur, politik partai, sikap presiden, ekonomi dan juga pendemi. Alasannyà untuk background berita dari berita on line yang dikelolanya (bogor-kita.com). Terkadang saya juga bingung kenapa saya kerap diajaknya ngobrol lewat telepon. Walaupun, ada teman lain yang juga diajaknya diskusi.
Ada yang aneh, terakhir sekitar sebulan lalu, sebelum masuk rumah sakit, ia bicara tentang kematian. Dia mengatakan pada saya kalau dia meninggal, akan menitipkan pesan pada keluarga, bagaimana dia ingin dimakamkan. Saya mengatakan, kalau pemakaman itu, urusan orang hidup, bukan orang yang meninggal. Masa yang meninggal ngatur yang hidup. Tetapi, dengan sambil ketawa, dia tidak setuju dengan pendapat saya.Terakhir sebelum menutup telepon, dia minta saya datang ke Bogor untuk ngobrol bersama saudara Binyo. Ternyata itu permintaan terakhir almarhum,yang tidak pernah terwujud. Selamat jalan Bang Petrus,semangat, aktivitas dan pikiranmu akan selalu kami kenang.
Petrus Barus merupakan pemimpin umum BOGOR-KITA.com, wafat di RSUD Ciawi Kabupaten Bogor, Jumat 14 Mei 2021, 21.05 WIB. Almarhum dimakamkan di TPBU Giritama Blok Cendana Kavling 98, Desa Tonjong, Kecamatan Tajurhalang, Sabtu 15 Mei 2021. []