Bogor Kawasan Rawan, Rujukan Bikin Diskusi ‘Jurnalisme Bencana’
BOGOR-KITA.com, BOGOR – Untuk mempelajari teknik peliputan dan pemberitaan bencana, Ruang Jurnalisme Kelompok Wartawan (Rujukan) DPRD Kabupaten Bogor menggelar diskusi dengan tema ‘Bogor Dikepung Bencana’.
Ketua Panitia kegiatan, M Fikri Setiawan menyebut, jurnalis memiliki tugas mulia dalam menyajikan informasi berita yang mengedukasi pembaca yang didasari data dan fakta dengan menghadirkan pemateri asal Harian Kompas Ahmad Arif dan Iwan Azof dari Star Energy Geothermal Salak, Ltd. (SEGS)
Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis tak lepas dari situasi diri, lingkungan dan situasi zaman yang memengaruhi karya-karyanya. Karena itu, pembekalan terus menerus terhadap jurnalis menjadi sebuah keniscayaan.
Indonesia, kata Fikri, khususnya Kabupaten Bogor merupakan daerah rawan bencana. Hal ini menjadikan media atau jurnalis kerap ditugaskan untuk meliput peristiwa bencana langsung ke lokasi kejadian.
Para jurnalis mendatangi lokasi kejadian dengan tujuan memberitakan penanganan bencana atau bagaimana berbagai upaya yang dilakukan untuk memulihkan keadaan darurat menjadi normal kembali.
“Kemudian berlanjut memberitakan penanganan pasca bencana atau upaya yang dilakukan untuk merekonstruksi kerusakan yang diakibatkan bencana,” ujarnya, Selasa (31/7/2023).
Karena itu, pengetahuan tentang jurnalisme bencana menjadi sangat penting, karena junalisme menjadi genre tersendiri dalam bidang jurnalistik.
“Dengan pengetahuan yang memadai tentang jurnalisme bencana, media diharapkan menyajikan berita yang dapat membantu pihak berwenang dan masyarakat dalam upaya menanggulangi bencana,” ujarnya.
Fikri yang juga berprofesi sebagai wartawan di media Antara ini menyebut, jurnalis bisa berupaya menanggulangi bencana melalui karya-karya yang dibuat.
“Media diharapkan dapat mendidik masyarakat terhadap kejadian bencana lewat pemberitaan fakta bencana, agar dapat menjadi pembelajaran bagi pihak berwenang dan masyarakat di masa yang akan datang,” paparnya.
Lalu, selain mendidik, jurnalis pun perlu mengungkap data dan fakta yang Akurat dengan mengedepankan nilai humanisme sosial.
“Tidak melukai perasaan korban bencana yang dapat mengakibatkan patah semangat atau lainnya,” terangnya.
Fikri pun menegaskan, jurnalis pun memiliki peran penting dan penanganan pasca bencana.
“Media juga diharapkan dapat menyuarakan korban bencana. Media harus berdiri di sisi korban yang sedang memperjuangkan hak untuk hidup normal seperti sediakala,” paparnya.
Menurut Fikri, media perlu secara kritis mengabarkan proses penanganan rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana, dan kendalanya kepada stakeholders, termasuk pemerintah.
“Sebagai wakil publik, media bertugas mengawasi dana rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana. Dalam banyak kasus, pada fase ini sering terjadi penyelewengan dana yang bersumber dari APBN dan donasi,” tuturnya.
Dalam hal ini, Fikri menggambarkan situasi Bogor ‘dikepung’ bencana pada H+2 Lebaran atau Senin (24/4), bencana alam tak hanya terjadi di Desa Sadeng, Leuwisadeng. Melainkan juga terjadi di 14 desa lainnya di Kabupaten Bogor dengan peristiwa beragam.
Yang mana pada saat kejadian tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat, peristiwa banjir terjadi di enam desa lainnya, yakni Desa Kalongliud Kecamatan Nanggung, Desa Harkatjaya Kecamatan Sukajaya, Desa Bojong Kecamatan Tenjo.
Kemudian, di Kecamatan Jasinga, banjir terjadi di tiga desa, yaitu Kalongsawah, Koleang, dan Sipak.
Selain banjir, bencana alam tanah longsor terjadi di tujuh desa, yaitu Desa Sukajaya Kecamatan Tamansari, Desa Cidudeg Kecamatan Cigudeg, Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang, Desa Kalongliud dan Desa Pangkaljaya Kecamatan Nanggung, serta Desa Urug dan Desa Harkatjaya Kecamatan Sukajaya.
Bencana alam angin kencang terjadi di tiga desa yaitu, Kelurahan Nanggewer Kecamatan Cibinong, serta Desa Cidudeg dan Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg.
Terakhir, bencana alam pergeseran tanah terjadi di Desa Sukawangi Kecamatan Sukamakmur.
Belasan peristiwa bencana alam tersebut tidak menyebabkan korban jiwa. Namun, ada sebanyak 110 jiwa terdampak, 77 bangunan rusak ringan, 13 bangunan rusak sedang, dan tiga bangunan rusak berat.
Lebih lanjut, Fikri menjelaskan, banyaknya peristiwa bencana dalam sehari di Kabupaten Bogor membuat pemerintah daerah setempat menetapkan status tanggap darurat bencana.
“Jajaran Pemerintah Kabupaten Bogor pun menggelar rapat koordinasi (Rakor) mengenai kebencanaan pada hari pertama masuk kerja, Rabu (26/4), setelah libur Lebaran 1444 Hijriah, dengan keputusan Pelaksana tugas (Plt) Bupati Bogor, Iwan Setiawa menetapkan status tanggap darurat bencana agar penanganan pascabencana bisa dilakukan lebih cepat dan maksimal, karena mendapat dukungan anggaran dari APBD,” urainya.
Belum lepas dari Kabupaten Bogor dan Bencana, pada Oktober 2022 pun Bogor memiliki frekuensi tinggi tentang bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyatakan bahwa Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki frekuensi bencanae hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebut, tahun 2021, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor mendominasi kawasan Jabodetabek.
Kejadian tanah longsor mendominasi Jabodetabek, terutama pada wilayah Kabupaten Bogor.
Secara historis banjir Jabodetabek per kabupaten/kota dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian, dibandingkan Jakarta Timur sebanyak 75 kejadian, dan Jakarta Selatan 57 kejadian.
Frekuensi kejadian banjir di Kabupaten Bogor dikatakan luar biasa, lebih dari dua kali lipat dari kabupaten/kota lainnya.
Selain itu, secara historis korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi basah di Jabodetabek tercatat paling tinggi di tahun 2020, yakni sebanyak 65 jiwa.
Berdasarkan kajian, fakta dan data tersebut, Kelompok Wartawan DPRD Kabupaten Bogor membentuk Rujukan Institute sebagai salah satu wadah, diskusi, sharing keilmuan.
Melalui wadah ini, secara periodik akan diadakan kegiatan dalam bentuk, seminar, lokakarya, diskusi yang temanya berkaitan dengan kegiatan jurnalistik.
Rujukan yang merupakan akronim dari Ruang Jurnalisme Kelompok Wartawan ini juga diharapkan dapat melahirkan jurnalis yang profesional, sadar akan tugas dan fungisnya dan berperilaku sesuai dengan kaidah etik profesinya. [] Hari