Kota Bogor

Bima : Pengelolaan Air dan Tata Kota Jangan Rusak Lingkungan

BOGOR-KITA.com – Kota Bogor identik dengan air dan kota hujan yang dilewati sungai Cisadane dan Ciliwung. Bahkan kabarnya memiliki curah hujan tertinggi dengan tingginya frekuensi petir di dunia dan konon kabarnya Kota Bogor adalah kota hijau pertama dibelahan timur dunia, inilah yang membedakan Kota Bogor dengan kota-kota lainnya. Untuk itu, pengelolaan air dan tata kota harus lebih diperhatikan agar tidak merusak lingkungan.

Hal itu diungkapkan Wali Kota Bogor Bima Arya saat menjadi keynote speaker acara Sarasehan Air dan Air Limbah dalam rangka peringatan Hari Air Dunia XXV tahun 2017 di Balroom Grand Savero, jalan Pajajaran Kota Bogor, Senin (3/4/2017).

“Namun wajah Kota Bogor sekarang berbeda, pernah hampir 6 bulan tidak diguyur hujan, kota Bogor juga pernah dilanda banjir bandang yang melanda salah satu sekolah,” kata Bima.
Dari kejadian tersebut Bima menyimpulkan ada dua hal yang terjadi. Pertama adalah kelalaian dan kedua adalah kejahatan dari oknum-oknum tertentu. Kelalaian itu karena mengabaikan konservasi kepada lingkungan dan kelalaian mengelola air dengan baik.

Baca juga  Bima Kunjungi RTLH dan Pelaku UMKM di Kelurahan Margajaya

“Kita mengabaikan untuk merencanakan tata kota yang matang, sehingga tidak fokus kepada konsep pembangunan yang ramah lingkungan berkelanjutan. Sedangkan kejahatan yang disengaja yakni oknum-oknum yang hanya mempunyai kepentingan bisnis, ekonomi sehingga melakukan pengrusakan terhadap lingkungan. Dengan sengaja mereka tidak mematuhi peraturan dalam menjaga lingkungan,” paparnya.

Dia menerangkan, langkah Kota Bogor dalam hal ini tentunya banyak belajar dari kota-kota lain dan dunia. Pertama adalah melakukan Grand Desain sehingga perkembangan kota dapat diantisipasi dengan strategi pembangunan yang ramah lingkungan (Sustainable living) dan berkelanjutan.

Bima menyebut, Kota Bogor pertumbuhan penduduknya sangat cepat dan menjadi kota favorit bagi warga disekelilingnya. Apabila tidak dikendalikan dengan baik maka kota ini tinggal menunggu waktunya menjadi kota yang memberikan mudharot bagi warganya.

Baca juga  Bima Beri Kuliah Umum Pemberantasan Korupsi

“Jika berbicara tentang strategi pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan adalah ketegasan kami pada aspek tata kota atau zonasi, mana yang boleh untuk pemukiman, mana yang untuk ruang terbuka hijau dan mana yang kami berikan ruang untuk sektor usaha,” paparnya.

Persoalan Kota Bogor kata dia adalah sentralisasi pembangunan, semua berpusat di tengah kota, jika pembangunan di pusat kota ini diizinkan tanpa terkendali dan tanpa moratorium maka perkembangan kota ini tidak terkendali.

“Jadi yang paling utama adalah perencanaan yang matang dan tegas terhadap tata kota beserta zonasinya,” tuturnya.

Selain itu, penting juga mengelola sistem drainase dan Pemkot Bogor telah menyusun beberapa master plan untuk drainase kota. Sebab, sebelumnya kota Bogor tidak memiliki desain sistem drainase perkotaan yang saat ini harus beradaptasi dengan sistem perkotaan.

Baca juga  Bima: Pendidikan Karakter Lebih Penting

Kebijakan Pemkot Bogor lainnya terkait dengan usaha preservasi penggunaan air tanah yang berkewajiban untuk menggunakan air PDAM dan peraturan yang tegas bagi pengembang.

“Namun PR (Pekerjaan Rumah)nya yakni terkait pengawasan yang sangat lemah,” akunya.

Grand Desain berikutnya adalah pengelolaan sampah mulai dari hulu, saat ini sampah yang terolah baru sekitar 74 persen dan sisanya ada masuk kesungai, dikubur atau dibakar. Dari 74 persen sampah tersebut 65 persen masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga.

“Untuk mengurangi jumlah itu kita harus bergerak dari hulunya, mulai dari TPS 3R, Bank Sampah. Program lainnya yaitu dengan pendekatan lingkungan untuk konservasi tanah dan air, kemudian juga Sanimas, pembangunan MCK dan IPAL komunal,” jelasnya. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top