BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Tim Satuan Reaksi Cepat Badan Informasi Geospasial (SRC BIG) melakukan koordinasi bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemda Kabupaten Bogor untuk melaksanakan pemetaan cepat dalam rangka menghasilkan analisa cepat terkait wilayah terdampak bencana. Analisa cepat diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi di lapangan untuk menjawab fenomena alam yang terjadi serta seberapa luas dampak dan kerugian yang dihasilkan sehingga dapat dilakukan perencanaan yang matang untuk program pasca bencana nantinya, dimana salah satunya program yang dicanangkan dalam menanggulangi kejadian longsor dan banjir bandang yaitu penanaman tumbuhan vetiver yang diharapkan dapat mencegah terjadinya longsor.
Hal ini dikemukakan Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim Badan Informasi Geospasial (BIG), Ferrari Pinem dalam siaran pers yang diterima BOGOR-KITA.com, Jumat (10/1/2010).
Dikatakan, Selasa (7/1/2020) Tim SRC BIG dan BNPB telah melakukan observasi menggunakan helicopter untuk memotret dan mengetahui kondisi awal sebaran banjir dan longsor. Setelah didapatkan gambaran awal dilakukan perencanaan untuk aksi pemetaan cepat. Pada Rabu (8/1/2020) Tim SRC-BIG berangkat menuju lokasi-lokasi terdampak banjir dan Longsor di Kabupaten Bogor untuk bergabung dengan Tim SRC dari lembaga lainnya (BPPT, Badan Geologi, Lapan, BNPB).
“Diharapkan dalam beberapa minggu ke depan sudah diperoleh hasil pemetaan lokasi terdampak untuk kemudian dilanjukan ketahap analisa spasialnya untuk dapat menjawab salah satu kebutuhan perencanaan pasca bencana,” kata Ferrari Pinem.
Menurut Pinem, berkaca dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh tim BIG, sebagian besar wilayah yang terdampak bencana berada di wilayah Bogor Bagian Barat. Wilayah ini merupakan wilayah yang memiliki tingkat kemiringan lereng yang terjal.
Selain itu berdasarkan sebaran peta gerakan tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) wilayah tersebut berada pada zona gerakan tanah menengah dan tinggi yang artinya potensi kejadian longsor berada pada level yang mudah terjadi. Perlu pendalaman lebih lanjut untuk memastikan apakah adanya faktor lain yang mempengaruhi kejadian bencana kali ini selain karena intensitas hujan yang tinggi.
Dengan masuknya data perekaman foto udara untuk tujuan pemetaan lokasi bencana yang terjadi di Bogor, maka akan semakin menguatkan proses analisa untuk menjawab beberapa pertanyaan seperti: seberapa besar luas wilayah terdampak, berapa taksiran kerugian, apakah lokasi bencana berada pada zona yang rawan terhadap bencana, bagaimana langkah mitigasi selanjutnya untuk daerah yang terdampak bencana, fenomena apa yang menyebabkan bencana, dimana wilayah relokasi pengungsi dan banyak lagi hal yang mungkin sedikit demi sedikit dapat terjawab dari hasil pemetaan wilayah terdampak ini.
“Data sebelum dan setelah terjadinya bencana menjadi landasan awal dalam proses perencanaan pasca bencana nantinya, tutupnya. [] Hari