Regional

Belum Bayaran, SMK Lentera Bangsa Rengasdengklok Tahan Ijazah Anak Keluarga Miskin

BOGOR-KITA.com, KARAWANG – Ine Widianti (16)  siswi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Lentera Bangsa angkatan 2017- 2019, yang tinggal di Dusun Cikangkung timur Rt 002/004, Desa  Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten  Karawang  tak tahu harus berbuat apa.

Karena belum bayaran, ijazahnya ditahan oleh pihak sekolah. “Bukan tidak mau bayar, tetapi memang tidak ada uang. Jangankan melunasi tunggakan, untuk makan sehari-hari juga banyak kurangnya,” kata Ine pasrah, di rumahnya, Kamis (5/12/2019).

Ine mengaku memiliki tunggakan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) serta biaya lainnya sebesar Rp5.585.000.Tunggakan biaya pendidikan sebesar itu hingga saat ini belum bisa dilunasi karena faktor ekonomi orangtuayang serba kekurangan.

Ibu kandung Ine, Rani mengaku punya keinginan yang besar anaknya mendapatkan ijazah setelah sekolah selama tiga tahun. Ijazah itu diperlukan untuk digunakan melamar pekerjaan. Namun, jangankan untuk melunasi tunggakan, untuk makan sehari-hari bersama dua anaknya yang sudah menginjak dewasa juga banyak kurangnya.

Baca juga  Pikobar 5 Mei: Tertular Baru di Jabar 48 Jadi 1.300 Orang

“Belum bisa melunasi tunggakan ke sekolah karena saya orang miskin,” katanya.

Rani mengaku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia jualan sayuran keliling kampung. Penghasilan sehari-hari tidak menentu, paling ada kelebihan dari hasil penjualan sayuran keliling hanya Rp50 ribu, itu buat makan sehari-hari bertiga.

“Pengahasilan tidak pasti, keuntungan penjualan buat makan bertiga,” liriihnya

Kepala Sekolah SMK Lentera Bangsa, Ahkmad  Jaelani, mengakui masih ada kewajiban siswi bernama Ine Widiarti yang masih belum diselesaikan hingga ijazahnya masih tertahan.

“Sekolah tidak menahan ijazah, namun masih ada kewajiban yang harus diselesaikan,” tandasnya.

Dia mengaku tidak hapal persis nilai kewajiban, tetapi sejak keluar lulus sekolah, seharusnya orangtua dan anak datang ke sekolah untuk membicarakan dan menyesaikannya.

Baca juga  Banjir, DMC Dompet Dhuafa Buka Dapur Keliling 

“Seharusnya orangtua dan anak datang kesekolah,” kilahnya.

Rumah yang dihuni bertiga ibu dan dua anaknya, sudah lapuk dimakan usia, Beberapa bagian rumah sudah rusak. Kondisi dalam rumah jauh dari sehat dan layak. Lantai rumah dari tanah, dinding terbuat dari bilik bambu, dengan kondisi tempat tidur seadanya. [] Nandang

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top