Bappedalitbang Jadikan Kabupaten Bogor Terinovatif dengan Inovasi Princess dan Kinclong
BOGOR-KITA.com, CIBINONG – Masalah yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bogor adalah jumlah penduduk yang sangat besar yaitu 5,4 juta jiwa, rata-rata lama sekolah yang masih rendah yaitu 8,4 tahun, luas wilayah yang sangat besar yaitu 298 ribu ha yang tersebar di 40 kecamatan dan 435 desa/kelurahan sehingga menyulitkan dalam pelayanan publik. Dengan pelayanan publik yang inovatif akan meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan dapat mengakselerasi peningkatan daya saing daerah.
Meninjau ulang proses keikutsertaan IGA tahun sebelumnya didapati bahwa setiap inovasi yang digulirkan belum memiliki nilai / point yang maksimal bagi penghitungan Indeks Inovasi Daerah. Hal ini disebabkan karena setiap inovator belum memahami indikator penilaian inovasi yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Menyikapi kondisi tersebut Bappedalitbang menggulirkan dua inovasi unggulan yang saling melengkapi satu sama lain yaitu inovasi Princess (Program Inovasi Cerdas Ekonomi Sehat Sejahtera) dan Kinclong (Klinik Inovasi Cerdas Mobil Keliling).
Gagasan inovasi Princess dan Kinclong dilandasi keinginan mendorong setiap satuan kerja perangkat daerah, kecamatan, puskesmas, UMKM dan sekolah untuk terus melakukan dan mengembangkan inovasi di tengah kondisi pandemi Covid 19. Bedanya inovasi Princess dilakukan secara online sedangkan inovasi Kinclong dilakukan secara tatap muka langsung (offline) dengan para inovator di lapangan.
“Inovasi diharapkan dapat menggerakkan inovator di setiap perangkat daerah untuk mengembangkan inovasi yang ada maupun yang akan tercipta agar nantinya memiliki nilai yang maksimal sehingga dapat mendongkrak nilai Indeks Inovasi Daerah dan pada akhirnya bermanfaat bagi instansi yang bersangkutan serta masyarakat luas,” jelas Ir. Suryanto Putra, MM, Kepala Bappedalitbang Kabupaten Bogor.
“Kita manfaatkan sarana zoom meeting untuk mengedukasi pentingnya budaya inovasi secara konsisten dan berkelanjutan dengan mengelompokkan inovator berdasarkan kategori SKPD, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Puskesmas, UMKM, Perguruan Tinggi, Masyarakat dan Sekolah,” jelas Dr. Riny Kusumawati, Kabid Litbang.
Substansi atau materi dan narasumber disesuaikan dengan kebutuhan kelompok kategori tersebut.
Selanjutnya untuk mendorong motivasi dari stakeholder terkait untuk terus berinovasi, tim inovasi Kinclong akan mengadakan sosialisasi inovasi dan peninjauan langsung ke lapangan. Kinclong menjadi sarana untuk inovator berdiskusi atau berbagi informasi dan ilmu, memecahkan masalah dan mencari solusi melalui penciptaan inovasi.
Melalui Princess dan Kinclong didorong agar budaya inovasi dapat melekat dalam aktivitas keseharian maupun kehidupan masyarakat yang inovatif. Inovasi dapat tumbuh secara berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. [] Hari/IGA