Ayah Edy
BOGOR-KITA.com -Tidak pada tempatnya lagi kita menyesali mengapa Malaysia tidak lagi mengimpor guru-guru dari Indonesia. Tidak pada tempatnya lagi menyesali mengapa produk-produk asing mendominasi keseharian termasuk peralatan dapur Indonesia. Tidak ada gunanya menestapai mengapa sistem ekonomi koperasi yang kita agung-agungkan, terlindas habis oleh sistem ekonomi dalam kerangka kapitalisme.
Sekarang saatnya bersiap mengejar ketertinggalan. Dalam hal ini, sumber daya manusia (SDM) menjadi basis utama perhatian. Berbicara SDM, kawah cadradimukanya ada di lembaga pendidikan. Pertanyaannya, seperti apakah sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan hidup anak-anak kita di masa depan?
Negara-negara maju telah memikirkan dan sudah menerapkan sistem pendidikan pada anak-anak didiknya lebih dari 20 tahun yang lalu. Seperti apakah potret pendidikan masa depan itu?
Menggali Bakat
Pendidikan masa depan adalah sistem pendidikan yang diarahkan berfokus pada upaya menemukan dan memupuk potensi unggul masing-masing anak. Pendidikan masa depan lebih focus pada upaya menggali dan menemukan potensi bakat, minat dan ketekunan setiap anak didik. Dengan arahan ini potensi anak dapat dideteksi sejak usia dini, dan sepanjang perjalanan pendidikannya, bakat yang terdeteksi itu terus dikembangkan untuk mencapai tingkat terbaiknya tanpa memilah-milah apakah bakat itu cenderung sebagai bakat akademik atau ekstra kurikuler. Out put yang diharapkan, kelak setiap anak akan menjadi anak yang unggul pada bidangnya masing-masing.
Mengajarkan Life Skill
Sulit dibayangkan seorang dengan tingkat kecerdasan tinggi tetapi tidak dibarengi moralitas memadai. Kondisi ini sama tidak baiknya dengan orang yang sangat bermoral baik, namun sangat tidak cerdas.
Keseimbangan kecerdasan dan moralitas menjadi focus pendidikan yang dikembangkan negara maju. Keseimbangan ini diejawantahkan dalam sistem kurikulum yang lebih mengutamakan membangun kemampuan life skill ketimbang akademik dan hafalan. Karena life skill inilah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh anak untuk menjadi sukses. Kenyataannya, life skill merupakan bagian yang inheren pada diri tokoh-tokoh sukses dalam sejarah.
Portfolio Managment System
Potret lain pendidikan masa depan yang dikembangkan Negara-negara maju adalah
sistem penilaian yang berbasiskan hasil karya ilmiah dan peningkatan kemampuan penguasan bidang-bidang dipelajarinya.
Dalam hal ini, anak didorong untuk selalu berkarya melalui mata pelajaran yang diajarkan, dan karya-karya sang anak disimpan sebagai bukti sejarah perjalanan proses belajar mereka (Portfolio Managment System). Perkembangan kemampuan anak diamati dan dicatat mulai saat dia mencoba, sampai tahap akhir penguasaannya terhadap satu bidang mata pelajaran.
Berbasis Kehidupan Nyata
Pendidikan masa depan adalah juga sekolah yang meletakkan fondasi berbasiskan kehidupan dan praktik-praktik lapangan. Anak diajak belajar tidak terbatas hanya di ruang kelas, melainkan di berbagai tempat dan lingkungan. Khusus untuk pelajaran moral anak diminta untuk praktik langsung di lapangan, tidak hanya sebatas mengetahui saja.
Guru Sebagai Motivator
Dalam konsep pendidikan masa depan, peran guru bukan menggurui, tetapi lebih sebagai motivator. Para guru selalu memotivasi dan mendorong siswa untuk mau dan mampu mempelajari apa pun. Peran guru ini menjadi penting, karena sukses belajar anak berada hampir sepenuhnya di tangan guru. Peran guru ini patut diberi catatan khusus, karena sering terjadi, selain menyuapi murid, guru adakalanya justru menjatuhkan dan merendahkan kemampuan siswanya dengan label-label tertentu seperti bodoh, nakal dan lain sebagainya. Padahal yang dibutuhkan sebetulnya, bukan menyuapi tetapi memberi semangat, dan memotivasi agar anak terus berusaha keras untuk berhasil menguasai pelajaran.
Merujuk pada Kodrat Anak
Poin penting lain pendidikan masa depan adalah merujuk system dan pola pembelajaran pada kodrat penciptaan anak. Apa saja yang menjadi pokok kodrat dasar penciptaan anak itu?
Pertama, sifat dasar. Setiap insan pasti memiliki sifat yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Sifat dasar adalah bagaimana seorang anak bereaksi terhadap situasi berdasarkan insting alami yang dimilikinya. Dalam sifat dasar ini terdapat petunjuk mengenai kemungkinan profesi-profesi yang cocok bagi dirinya untuk dipilihnya kelak setelah dewasa.
Kedua, cara belajar atau gaya belajar. Karena sifat setiap insan/anak dasarnya berbeda satu sama lain, maka cara mereka belajarpun berbeda-beda satu dengan lainnya. Ada anak yang suka sekali bertanya, ada anak yang suka sekali mencatat dan menggambar, tapi ada anak yang suka sekali berlarian dan loncat kesana-sini. Cara belajar adalah suatu kekhasan pada anak dalam memilih cara untuk mempelajari sesuatu secara berbeda. Ada yang dengan menulis dan menghafal. Ada yang dengan bicara dan diskusi, namun ada juga yang dengan alat-alat peraga dan praktik langsung. Semua kekhasan ini sesungguhnya merupakah representasi dari cara kerja otak anak dalam menangkap dan memproses suatu informasi.
Ketiga, potensi unggul. Setiap anak pasti memiliki minat yang berbeda-beda baik pada mainan ataupun aktivitas keseharian. Ada di antara mereka yang suka sekali menggambar, ada yang suka merangkai, ada yang suka dengan mobil-mobilan, tapi ada juga yang suka dengan binatang. Mengapa ini terjadi karena setiap anak dianugrahi suatu kekuatan yang sering disebut sebagai minat, bakat dan ketekunan. Minat inilah sebenarnya yang menjadi petunjuk bagi mengarahkan anak meraih sukses masa depannya. Dan ciri-ciri ini dapat mulai diketahui sejak anak berusia dini. Seiring dengan perkembangan usia anak, minat dan bakat anak semakin tampak jelas. Karena itu sistem pendidikan harus memfokuskan pada proses identifikasi minat dan bakat ini, kemudian tugas sekolah dan orang tua adalah untuk mengembangkan minat dan bakat anak agar menjadi yang terbaik di bidangnya. Semua orang besar dan sukses, adalah orang yang berhasil menemukan dan menekuni minat dan bakatnya.
[] Ayah Edy, adalah praktisi dan pemerhati pendidikan