Analisis Kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono X
Oleh: Palupi Wilda Utami
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia
Latar Belakang Masalah
Penggunaan teknologi menjadi sebuah solusi yang mempermudah segala lini kehidupan saat ini. Mengusung konsep smart city menjadi salah satu langkah pemerintah dalam menghadapi permasalahan di sektor publik, baik dalam ranah inovasi, terintegrasi, teknologi, dan berkelanjutan.
Pelayanan publik berbasis digital merupakan alternatif solusi dalam menciptakan pelayanan publik yang responsif dan inovatif. Digitalisasi pelayanan termasuk kedalam konsep e-government. Penggunaan e-government sudah beberapa kali digunakan pada beberapa daerah di Indonesia untuk menyempurnakan layanan masyarakat.
Tentunya, dalam penerapannya dibutuhkan peran kepemimpinan yang mendukung digitalisasi tersebut. Salah satu konsep kepemimpinan yang tepat diterapkan adalah kepemimpinan kreatif dan inovatif.
Oleh karena itu, dalam analisis kali ini kita akan berfokus pada efektivitas aplikasi “Jogja Smart Service” dalam meningkatkan pelayanan publik di kota Yogyakarta studi kasus Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai wujud pengimplementasian model kepemimpinan kreatif dan inovatif
Konsep :
Teori yang digunakan
Charles Darwin mengatakan “Bukan yang paling kuat yang dapat bertahan, melainkan mereka yang mampu beradaptasi”. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak dapat kita kontrol, oleh karenanya dalam sebuah organisasi, harus memiliki kemampuan beradaptasi, baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah representasi organisasi. Representasi organisasi terdiri dari sumber otoritas, koordinator dan pemberi arah, dan pola kepemimpinan yang akan diuji.
Begitupun di dalam sektor publik, birokrat harus mampu menyediakan kebutuhan masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa. Pelayanan publik merupakan aspek krusial yang tak boleh luput dari perhatian, mengingat kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas utama dalam suatu pemerintahan. Perubahan revolusi industri dari 4.0 – 5.0 menuntut organisasi sektor publik untuk bersikap agile, disamping harus mematuhi regulasi dan struktur yang ada. Kepemimpinan memegang peranan penting yang mampu menentukan berhasil atau tidaknya sektor publik dalam melayani kebutuhan masyarakat. Salah satu teori kepemimpinan yang harus dimiliki untuk dapat beradaptasi di tengah perubahan zaman yang sangat pesat adalah teori kepemimpinan kreatif dan inovatif.
Inovatif merupakan sebuah proses dalam menerjemahkan ide menjadi sebuah output, baik berupa barang atau jasa untuk menciptakan nilai tambah. Yang mana hal tersebut memerlukan pengasuhan dan ruang (Thomas Meyer, Innovate, 2010: xv).
Sedangkan kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan ide-ide yang berguna, pengembangan alternatif, atau berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga kreatifitas melibatkan penglihatan masalah secara menyeluruh, termasuk keahlian melihat masalah yang tidak dilihat orang lain. Organisasi yang inovatif bukanlah terjadi secara kebetulan, melainkan hasil dari pola kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan kreatif dan inovatif merupakan kemampuan dalam komitmen dan membawa organisasi untuk memperkenalkan perubahan, mengusung ide-ide baru, dan mengubah cara-cara lama dalam melakukan sesuatu.
Menurut John Adair, kepemimpinan kreatif memiliki beberapa analisis poin, diantaranya adalah : (1) Ketersediaan menerima risiko, (2) Kemampuan bekerja dengan ide-ide baru, (3) Ketersediaan untuk melanggar aturan, (4) Kemampuan untuk merespon tantangan dengan cepat, dan (5) Antusiasme pribadi. Kelima aspek tersebut merupakan ciri-ciri dari kepemimpinan kreatif dan inovatif.
Terdapat 3 tahapan kreativitas organisasi menurut Steven Robins dan Tymothy, yaitu sebagai berikut: (1) Penyebab dari perilaku kreatif. Penyebab perilaku kreatif ada 2 hal, yaitu potensi kreatif dan lingkungan kreatif. Potensi kreatif meliputi skill yang dimiliki oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya, yaitu kepribadian, kecerdasan, etika, dan keahlian. Disamping itu, skill tersebut harus didukung dengan lingkungan yang kreatif yakni lingkungan yang menghargai dan mengakui kreativitas SDM tersebut. (2) Perilaku kreatif. Merupakan bentuk pengaktualisasian ide kreatif, dari perumusan solusi atas penyelesaian masalah hingga evaluasi pengimplementasian ide kreatif. (3) Hasil kreatif. Hasil akhir dari ketiga langkah tersebut adalah “Inovasi” yang terbentuk dari serangkaian proses dan konsep lain dalam perumusannya.
Point utama dalam kepemimpinan kreatif dan inovatif adalah keberanian dalam mengambil risiko dari sebuah ketidak pastian. Namun, konteks kepemimpinan ini sangat dibutuhkan untuk membawa sektor publik menjadi organisasi yang mampu memberikan solusi besarnya untuk masyarakat luas. Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini penulis akan menganalisis gaya kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai gubernur ke-3 DIY yang dikenal akan gaya kreativitas dan inovasi nya dalam memimpin Yogyakarta. Sebagaimana yang pada pada akhirnya membawa DIY meraih penghargaan pelayanan publik ke-3 dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi dan Birokrasi tahun 2023.
Analisis pemimpin
Sri Sultan Hamengkubuwono X merupakan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ketiga dari tahun 1998. Hal tersebut disebutkan secara tertulis didalam Undang-Undang No 13 tahun 2012. Sri Sultan Hamengkubuwono X menjabat gubernur sekaligus sebagai seorang sultan yang sangat di cintai oleh rakyatnya. Namun, hal tersebut juga tak terlepas dari kiprah beliau sebagai pemimpin yang berkharisma dan bersahaja.
Sosok kepemimpinannya dikenal merakyat, mendengarkan aspirasi masyarakat, dan menegakkan keadilan. Dalam membentuk iklim birokrasi yang terintegrasi dan bermimpi membawa Yogyakarta menjadi kota yang mengusung smart city, pemerintah DIY membuat aplikasi Jogja Smart Service (JSS) di tanggal 11 Juni 2018. Penciptaan aplikasi ini sesuai dengan Peraturan Walikota DIY No 15 Tahun 2015 tentang roadmap pengembangan e-government yang mengusung DIY menjadi kota dengan kemajuan tata pelayanan dan infrastruktur. Aplikasi Jogja Smart Service merupakan sebuah layanan aplikasi dengan basis mobile application sebagai media informasi pelayanan publik untuk Kota Yogyakarta. Aplikasi ini dapat digunakan pada smartphone dengan platform windows dan android maupun iOS. Aplikasi JSS memiliki keunggulan dalam pemakaiannya di masyarakat, baik dalam konteks kemudahan dengan konsep Single ID yang mampu menyatukan berbagai layanan publik melalui aplikasi e-government. Aplikasi JSS merupakan media promosi DIY untuk meningkatkan kemudahan masyarakat dalam mengakses layanan publik dan meningkatkan kunjungan wisata di DIY.
Dilansir dari Jurnal Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2020, aplikasi JSS mewakili berbagai kemudahan pelayanan publik, seperti budaya, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain sebagainya yang terintegrasi untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat karena lebih efektif dan efisien. Penggunaan aplikasi JSS bukan hanya diperuntukkan untuk masyarakat DIY saja, melainkan dapat digunakan masyarakat luar DIY untuk mengetahui informasi terkini terkait pelayanan publik daerah. Aplikasi JSS memiliki beberapa fitur, seperti: Fitur Kedaruratan yang menyajikan informasi layanan gawat darurat, Fitur Pengaduan dan Informasi yang menyajikan data statistik dan keluhan masyarakat, Fitur e-government yang memberikan sistem data jaminan pendidikan; kesehatan; website OPD; dan lain sebagainya, Fitur Data dan Informasi menyajikan informasi DIY secara umum, Fitur Layanan Umum menyajikan informasi layanan publik umum seperti layanan puskesmas/ kelurahan/ kecamatan; perizinan online; Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB); dan lain sebagainya, Fitur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Fitur Mitra Pemerintah Kota, dan Fitur Jogja Event yang menyajikan informasi tentang wisata dan FGD Geoportal.
Efektivitas penggunaan JSS cukup memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Yogyakarta. Dilansir dari Jurnal Gama Societa Universitas Gadjah Mada Tahun 2019, penggunaan aplikasi JSS sudah mencapai angka 70,7% dengan penggunaan layanan terbesar pada aspek pariwisata yakni 72,3%.
Sumber : Jurnal Gama Societa
Selain dari itu, statistik jumlah pengaduan yang diselesaikan oleh Pemerintah DIY melebihi target jumlah laporan yang sebenarnya harus ditindaklanjuti. Dilansir dari Sumber Jogja Smart Service tahun 2019, aplikasi ini memberikan layanan efektif dalam menangani berbagai pengaduan masyarakat yang harus di tindak lanjuti. Hal tersebut juga didukung dengan banyaknya fitur dan layanan yang tersedia di dalam aplikasi tersebut. Data yang disebutkan di atas merupakan bukti bahwa aplikasi JSS efektif sebagai media informasi dan komunikasi pelayanan publik di DIY untuk masyarakat.
Namun penting untuk meningkatkan sosialisasi aplikasi JSS ini di masyarakat. Baik dalam peluncuran berbagai strategi, melalui media cetak, media sosial, maupun televisi. Pelaksanaan sosialisasi perlu terus dilakukan supaya pengembangan dan pemanfaatannya dapat mencapai titik optimal.
Simpulan
Kepemimpinan kreatif dan inovatif berhasil diimplementasikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam memimpin kota Yogyakarta. Peluncuran aplikasi JSS merupakan wujud pemerintah DIY dalam mewujudkan pelaksanaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang tercantum dalam Peraturan Presiden No 95 tahun 2018. Selain itu, aplikasi JSS meraih Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Nasional dalam ajang kompetisi yang diadakan oleh Kementerian Pan-RB tahun 2023.
Pemanfaatan aplikasi JSS menyediakan layanan yang terintegrasi untuk mendukung kegiatan masyarakat sebagai bagian dari pelayanan publik. Melalui optimalisasi pemantauan sistem dan keterjangkauan masyarakat serta solusi yang mereka terima menjadi bukti efektivitas aplikasi JSS dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya di Wilayah DIY. Hal tersebut menjadi sebuah langkah pengimplementasian teori kepemimpinan kreatif dan inovatif yang dijalankan oleh Gubernur DIY dalam merespon tantangan zaman,
Saran
Penggunaan Aplikasi JSS oleh masyarakat Yogyakarta sudah cukup maksimal, namun belum sepenuhnya. Oleh karena itu, penting untuk diadakannya upaya optimalisasi penggunaannya oleh masyarakat. Sosialisasi merupakan hal yang penting supaya mampu meningkatkan pengetahuan dan pemanfaatan aplikasi JSS untuk mendorong DIY menjadi smart and liveable city di Indonesia
Referensi
(n.d.). Jogja Smart Service. Retrieved January 2, 2024, from https://jss.jogjakota.go.id/
Adair, J. E. (2005). How to Grow Leaders: The Seven Key Principles of Effective Leadership Development. Kogan Page.
Adair, J. E. (2007). Leadership for Innovation: How to Organize Team Creativity and Harvest Ideas. Kogan Page.
Armstrong, M., & Murlis, H. (2007). Reward Management: A Handbook of Remuneration Strategy and Practice. Kogan Page.
Bukan Yang Kuat Yang Bertahan, Tapi Yang Bisa Menyesuaikan Diri. (2020, September 5). Carapandang. Retrieved December 31, 2023, from https://carapandang.com/berita/carpan-0/bukan-yang-kuat-yang-bertahan-tapi-yang-bisa-menyesuaikan-diri
Gumilar, M. G. (2019, Mei). INOVASI PEMERINTAH DAERAH JOGJA SMART SERVICE DALAM MENCIPTAKAN SMART AND LIVEABLE CITY DI KOTA YOGYAKARTA. Jurnal Gama Societa, 3(No 1), 19-27.
JSS Ditetapkan sebagai Top Inovasi Pelayanan Publik Nasional. (2023, November 21). Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta. Retrieved December 31, 2023, from https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/30405
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (n.d.). Kementerian Komunikasi dan Informatika. Retrieved December 31, 2023, from https://www.kominfo.go.id/content/detail/28252/sistem-pemerintahan-berbasis-digital-siap-beroperasi-pada-2023/0/sorotan_media
Novriando, A. E. P. P. L. S. (2020, Juli). Efektivitas “Jogja Smart Service” Terhadap Pelayanan Publik di Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 13(No 2).
Portal Resmi. (2023, November 21). Portal Resmi – Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Retrieved December 31, 2023, from https://jogjaprov.go.id/berita/melalui-pengembangan-inovasi-diy-raih-penghargaan-pelayanan-publik-2023
Taylor & Francis group. (2019, November 10). From prevention focus to adaptivity and creativity: the role of unfulfilled goals and work engagement. Eropean Journal of Work and Organizational Psychologi, 29. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1359432X.2019.1693366