Nasional

Amerika Ingin Bendung Pengaruh Tiongkok di Indonesia

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Ramai dibicarakan soal besarnya perhatian Amerika Serikat terhadap Indonesia beberapa pekan terakhir. Media nasional dan juga Asia masing-masing menganalisa dalam perspektif hubungan Indonesia – China yang dinilai sangat kuat sejak Presiden Jokowi.

Asiatimes.com, edisi 26 Oktober 2020, menulis judul, “Indonesia can lead the way: ‘just say no’ to US, China.”

Sementara thejakartapost.com, 30 Oktober 2020, menulis berita berjudul, “RI pledges neutrality during Pompeo visit.”

Pertanyaan besarnya, apakah Indonesia kembali melirik hubungan dengan AS seperti zaman orde baru?

China adalah importir terbesar kedua produk Indonesia. Apabila terjadi perubahan hubungan, maka dipastikan akan berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia, dengan sendirinya juga terhadap iklim dunia usaha.

Baca juga  Budi Arie Setiadi dan Nadiem Makarim Raih Anugerah Top GPR Figure Award 2024

Perhatian AS terhadap Indonesia yang besar muncul dalam sejumlah peristiwa. Antara lain, kunjungan Perdana Menteri Jepang (mitra utama AS di Asia) ke Indonesia, kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika ke Indonesia, terbaru kebijakan bebas bea masuk sekitar 3.000 produk Amerika ke Indonesia.

Paling awal adalah pemberian visa kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto masuk ke Amerika.

“Memang menarik menengok pemberian visa dan kunjungan Prabowo ke Amerika,” kata Dr Rusdi J. Abbas, Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina Jakarta kepada BOGOR-KITA.com, Senin (2/11/2020).

Pemberian visa itu, menurut Dr Rusdi merupakan titik awal dari kunjungan Menteri Luar Negeri AS ke Indonesia dan lain sebagainya itu tadi.

Baca juga  KPU Bogor Gelar TOT Desa Peduli Pemilu dan Pemilihan 

Dr Rusdi J. Abbas yang meraih gelar doktor dari Marmara University Istanbul, Turki mengatakan, pemberian visa kepada Prabowo itu bisa dilihat dalam sedikitnya dua perspektif.

Pertama, Amerika cenderung ingin membendung pengaruh Tiongkok secara ekonomi dan militer di Indonesia.

Hal ini terkait dengan zaman Ryamizard sebagai Menteri Pertahanan, di mana Indonesia sudah membuat kesepakatan dengan Tiongkok untuk pengadaan kapal perang senilai 200 juta USD.

Kedua, secara filosofi, ini semacam restu Amerika secara tidak langsung kepada Prabowo dalam ambisinya untuk mencalonkan diri tahun 2024.

Harus diakui, hari ini Prabowo adalah satu-satunya calon presiden yang unggul dibandingkan calon-calon lainnya, baik secara elektabilitas, popularitas, dan yang terpenting mempunyai kendaraan politik (partai), yang tidak dipunyai oleh calon lainnya (Anis, Ganjar, dan Ridwan Kamil).

Baca juga  Vaksin Covid-19 Sinovac Disimpan di Bio Farma Bandung

“Jadi Amerika, mau tidak mau, harus mulai mengadakan pendekatan kepada Prabowo/ Lagi pula, bagi Amerika, Prabowo adalah “anak kandung”, karena Prabowo sendiri merupakan lulusan Fort Benning dan ayahnya adalah tokoh dari jaringan Berkeley,” kata Dr. Rusdi J. Abbas. [] Hari

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top