Nasional

Alhamdulillah, Setelah 22 Tahun Suporter Solo dan Jogja Akhirnya Islah

BOGOR-KITA.com, YOGYAKARTA – Siapa yang tak sedih dan teriris hatinya melihat seratus lebih suporter Arema FC yang meninggal dalam tragedi Stadion Kanjuruan, Sabtu (1/10/2022).

Semua suporter dari seluruh klub Indonesia, bahkan dunia prihatin atas kejadian tersebut dan berharap itu adalah peristiwa terakhir yang tidak boleh terjadi lagi di dalam pertandingan sepak bola di manapun.

Rasa kemanusiaan menggugah seluruh fans yang klubnya tengah bersaing di Liga 1, Liga 2 bahkan Liga 3 Indonesia. Mereka sepakat , mari bersama bersatu memanjatkan doa kepada saudara-saudara kita suporter Arema yang berpulang. Mari sama-sama berjanji tak akan ada lagi gesekan antar suporter yang membuat fans cidera.

Nah, Selasa (4/10/2022), dengan ikhlas hati serta penuh kesadaran diri, ratusan suporter Persis Solo berangkat ke Yogyakarta untuk islah dan berdoa bersama dengan suporter PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.

Baca juga  Dukung Perjuangan Atlet Bulutangkis Indonesia, Total Energies BWF Sudirman Cup 2023 di MNCTV

Di stadion kebanggan masyarakat Yogyakarta itu, mereka mengheningkan cipta, berdoa untuk para rekannya suporter Arema FC yang tiada dalam tragedi Kanjuruhan tersebut. Kedua fans klub ini juga sepakat untuk menjalin persaudaraan, baik saat timnya bertanding maupun tidak bertanding.

Islah suporter Persis Solo dan PSIM Yogyakarta ini adalah pertama kali setelah 22 tahun. “Saya bersyukur, saya mengapresiasi islah suporter Solo dan Jogja yang digelar semalam di halaman luar stadion Mandala Krida Jogja,” ungkap Mayor Haristanto, pendiri Pasoepati – suporter Persis Solo.

“Berbagai komunitas kelompok suporter dari Solo dan Jogja sebagai tuan rumah menyatakan islah/perdamaian suporter yang selana ini tidak pernah akur,” tambahnya.

Baca juga  Mulai Juli, ASN dan PPT Non-ASN Wajib Lakukan Pemutakhiran Data Mandiri Lewat MySAPK

Mayor bercerita bahwa dirinya mengalami rusuh di Stadion Mandala Krida saat mendukung Pelita Solo vs PSIM Yogyakarta, 4 Juni 2000. Bersama 20.000an suporter Pasoepati memerahkan stadion. Hanya menyisakan sekitar seratusan suporter tuan rumah. Maklum PSIM saat itu terjerembab degradasi.

“Kemungkinan suporter PSIM yang tergabung dalam PTLM- Paguyuban Tresno Laskar Mataram tidak rela stadion diduduki Wong Solo, mereka melempari batu dari luar stadion. Saya dkk terpaksa memasuki lapangan hijau untuk menyelamatkan diri. Pertandingan ditunda esok hari,” tutur Mayor, sambil berucap semoga itu adalah pergesekan kedua suporter yang terakhir.

Sementara Maryadi Gondrong mengungkapkan, ada sekitar 500an suporter Persis Solo bertolak ke Yogyakarta bersama-sama dengan menggunakan motor dan mobil. Sepanjang perjalanan mereka dikawal pihak kepolisian secara estafet.

Baca juga  Jokowi Umumkan Reshuffle Kabinet, Sandiaga Uno Menparekraf, Tri Risma Harini Mensos

“Kami dapat undangan dari DPP Brajamusti suporter PSIM Jogja untuk mengikuti doa bersama korban tragedi Kanjuruhan di Halaman Stadion Mandala Krida pukul 18.30 WIB,” jelas Maryadi.

Ia menyebut bahwa ini adalah peristiwa luar biasa bersatunya suporter Persis Solo dengan PSIM Yogyakarta. Kedua fans klub ini sepakat untuk menjaga tali persaudaraan. “Rivalitas hanya di lapangan saja, kami semua cinta damai,” ucap Maryadi. [] Anto

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top