Luthfie Syam
BOGOR-KITA.com – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) akan membersihkan pekerja seks komersial (PSK) warga negara asing asal Timur Tengah (Timteng) utamanya asal Marokko yang berpraktik di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Penegasan ini dikemukakan Ketua Satpol PP, Tb Luthfie Syam kepada PAKAR usai menghadiri rapat koordinasi (rakor) dengan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, di Hotel Grand Ussu, Cisarua, Kabupaten Bogor, Sabtu (29/11).
Tb Luthfie Syam menegaskan, pihaknya tidak main-main dengan penertiban yang akan dilakukan oleh jajarannya. Sebab, katanya, sudah begitu banyak keluhan yang disuarakan masyarakat terkait keberadaan wanita tuna susila dari Negara sing itu.
“Jajaran Satpol PP sudah mengendus lokasi di mana mereka biasa melakukan transaksi. Saya janjikan akan menertibkan mereka dalam waktu dekat ini juga,” katanya seraya menambahkan, sebelum menertibkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan aparatur pemerintahan setempat seperti pihak pemerintah kecamatan dan pemerintah desa (pemdes), juga kepolisian.
Tak hanya PSK, Satpol PP juga akan melakukan penertiban terhadap sejumlah tempat hiburan malam (THM), baik yang berdiri sendiri maupun yang berada dalam hotel, yang diduga menyalahi aturan karena belum memiliki perizinan yang diperlukan.
“Kita akan razia tempat hiburan, baik di dalam hotel maupun yang berdiri sendiri itu. Kita periksa izinnya dan kalau tempatnya dijadikan sebagai tempat transaksi prostitusi kita tindak,” paparnya.
Tugas Berat
Praktik seks komersial sudah lama berlangsung di kawasan Puncak. Salah satu lokasi PSK yang sempat terkenal adalah Gang Semen. Gang Semen itu kemudian dibabat oleh Satpol PP sesuai program nongol babat (nobat) yang dicanangkan oleh Rachmat Yasin tidak lama setelah terpilih menjadi Bupati Bogor tahun 2008.
Sejak itu, nama Gang Semen redup. Popularitasnya tidak lagi seheboh sebelumnya. Namun, praktik PSK di kawasan Puncak perlahan marak lagi. Belakangan yang menjadi sorotan adalah kehadiran turis asal Timur Tengah yang kian hari kian menjamur sebagaimana terindikasi dari semakin maraknya café yang diketahui sebagai tempat berkumpulnya turis asal Timteng. Begitu banyak cerita tentang mereka dalam kaitannya dengan aktivitas seks komersial. Mereka dikhabarkan banyak mengencani wanita pribumi setempat atau wanita asal Cianjur, Sukabumi, Cirebon, yang dibawa dan ditawar-tawarkan oleh orang tertentu.
Belakangan bukan hanya PSK local, tetapi PSK asing asal Timteng juga mulai meramaikan jagat seks komersial di Puncak. Berdasarkan informasi yang diperoleh PAKAR dari warga setempat, awalnya PSK asing itu beroperasi sangat terselubung. Mereka menyewa vila di kawasan Puncak untuk menciptakan kesan seolah-olah mereka adalah pelancong. Tetapi saat ini, mereka mulai seperti PSK domestik, yang menawarkan-nawarkan diri melalui orang tertentu yang menunggu di tempat-tenpat tertentu seperti di minimarket, hotel dan lainnya.
Mereka pernah dirazia, dan ditangkap oleh aparat dari Mabes Polri. Namun, Ketua Harian LSM Ikatan Komunitas Kawasan Puncak dan Sekitarnya (IKKPAS), Iman Sukarya beberapa waktu lalu kepada PAKAR mengatakan, PSK asal Timur Tengah itu kembali marak. “Dulu memang pernah hilang setelah beberapa di antara mereka ditangkap, sekarang marak lagi,” kata Iman.
Menurutnya, jumlah PSK asal Maroko sekarang malah kian banyak. Mereka juga kian mudah ditemui, karena mulai menjajakan diri di tempat karaoke, cafe, warung remang-remang, panti pijat dan lain sebagainya. Mereka malah tak lagi eksklusif, karena sudah mau berbaur dengan PSK local. Rata-rata mereka berusia muda, bahkan ada yang di bawah umur. Hanya saja, tarif dan fasilitas penunjangnya berbeda. Tarif PSK asing, Rp2 juta sampai Rp5 juta. Sementara tarif PSK local antara Rp300.000 sampai Rp800.000. Jika transaksi berhasil, PSK lokal biasanya diantar dengan menggunakan sepeda motor langsung ke kamar hotel, sementara PSK asing diantar menggunakan kenderaan roda empat.
Imam mengemukakan, dirinya tidak memahami bagaimana PSK tersebut bisa begitu bebas beroperasi di kawasan Puncak. Imam pesimis, namun mengapresiasi langkah Satpol PP membersihkan mereka. “Mudah-mudahan Satpol PP berhasil, setidaknya agar jumlahnya tidak terus bertambah. Mereka itu mencemari citra warga Puncak yang agamis," ujarnya. [] Harian PAKAR/Admin