Menko Luhut Minta Kepala Daerah Jangan Remehkan Potensi Bencana Alam
BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta daerah agar terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami yang tidak bisa diprediksi.
“Saya mohon teman-teman gubernur, bupati, walikota dan semua sampai ke bawah, tolong perhatikan ini, target-target yang sudah disusun ini. Ini penting,” kata Menko Luhut dalam Rakornas Penanggulangan Bencana Tahun 2021 di Jakarta, Kamis (4/3/2021).
Menko Luhut menyebutkan bahwa persentase potensi kehilangan Produk Domestik Bruto (PDB) akibat dampak bencana sebesar 0,10 persen pada 2024.
Perhitungan tersebut merupakan indikator peningkatan ketahanan bencana dan iklim yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024.
Selain potensi kehilangan PDB, dalam Perpres 18/2019 juga ditetapkan target kecepatan penyampaian informasi peringatan dini bencana kepada masyarakat dari 5 menit (pada 2019) menjadi 3 menit (pada 2024).
Dengan target-target tersebut Menko Luhut juga meminta para kepala daerah agar mempersiapkan diri atas potensi bencana di wilayah masing-masing.
“Mungkin di daerah masing-masing perlu melakukan gladi sendiri-sendiri, supaya semua orang tahu apa yang harus dilakukan manakala terjadi (bencana). Eloknya mungkin tiap tahun,” kata Menko Luhut.
Menko Luhut mengingatkan agar pemerintah daerah tidak menganggap remeh kewaspadaan terhadap bencana alam dan perubahan iklim.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur pun akan sia-sia jika tidak ada persiapan dan kewaspadaan terhadap potensi bencana.
“Jangan, sekali lagi saya sampaikan, jangan anggap enteng ini. Jangan kita pikir bangun jalan tol, Sovereign Wealth Fund (SWF) saja yang penting. Itu semua enggak ada apa-apanya. Bayangkan kalau terjadi megathrust di tempat kita berturut-turut. Semua orang kaget. Kita akan set back (mundur ke belakang),” kata Luhut.
Lebih penting lagi, Luhut mengingatkan soal pentingnya bekerja secara terintegrasi bersama para pemangku kepentingan lain.
“Kata terintegrasi ini saya mohon jangan pernah ditinggalkan. Kita harus holistik menyelesaikan semua masalah ini,” tambahnya. [] Imam