Nasional

Masalah Utama Budidaya Udang Adalah Penyakit dan Daya Saing

BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Masalah utama dalam budidaya udang adalah penanganan penyakit dan menjaga daya saing.

Hal ini dikemukakan Ir Hadi Pitoyo, Ketua Harian Shrimp Club Indonesia dalam webinar bertajuk “Manajemen Kesehatan Tambak untuk Budidaya Udang Berkelanjutan” Minggu (11/10/2020).

Webinar ini digelar terkait misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang akan membangun secara masif perikanan berkelanjutan bagi rakyat Indonesia, salah satunya dengan menunjang produktivitas dari beberapa komoditi yang paling besar dan harga pasarnya selalu bertahan tinggi, yakni udang.

Webinar diharapkan juga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat terutama nelayan tambak

Dalam rilis dari IPB University kepada BOGOR-KITA.com, Senin (12/10/2020), Ir Hadi Pitoyo mengatakan bahwa masalah utama dalam budidaya udang adalah penanganan penyakit dan menjaga daya saing.

Baca juga  Inovasi Gelatin Ikan IPB University, Halal dan Solutif Kurangi Impor

Kesulitan di tingkat petambak udang sendiri adalah pengelolaan mutu air. Petambak belum tahu cara pengoperasian scientific tools yang dibutuhkan dalam menjalankan sistem air.

Sehingga diperlukan pengetahuan minimal untuk mengelola mutu air tambak udang, seperti memahami dan mengukur parameter air yang benar.

Pengelolaan air tambak yang terpadu tentu akan menunjang kesehatan udang, namun hasil monitoring udang di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV), Infectious Myo-necrosis Virus (IMNV), White feses disease, dan lainnya tetap dapat mengintai peternakan udang melalui udang carrier yang terbawa oleh burung pemangsa.

Sementara itu, Dr Henny Budi Utami, MKes, Head of Free Market Animal Health Service and Laboratory PT Central Proteina Prima berkata bahwa perlu adanya biosekuriti total bagi tambak, seperti tandon untuk stok air, kontrol bahan organik, hingga peningkatan sistem imun.

Baca juga  Krisis Pangan, Bantuan Buttonscarves Melalui Dompet Dhuafa Telah Diterima Warga Gaza Selatan

Di era normal baru, penerapan protokol budidaya udang juga disesuaikan seperti dalam pembuatan layout, pengeringan, pengapuran, penerapan aplikasi imunomudulator dan sebagainya. “Perlu selalu melihat monitoring dasar. Ini penting sekali,” ungkapnya.

Pentingnya biosekuriti tambak juga turut dipaparkan oleh Prof Dr Sukenda, Guru Besar IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang saat ini sedang mengembangkan prosedur budidaya udang Vaname.

Walaupun jenis penyakit lama pada udang sudah relatif teratasi, potensi outbreak penyakit baru di tahun 2020 yang cukup signifikan dampaknya seperti DIV1 tetap perlu diawasi.

Sehingga petambak udang dapat membangun benteng. Hal tersebut mendorong lahirnya metode baru dalam budidaya udang seperti total wáter system, di samping menerapkan konsep biosekuriti dalam tingkat kehidupan sosial yang mencakup tingkat peternakan hingga internasional.

Baca juga  Memaknai KaburAjaDulu, Sebuah Catatan Literasi

“Sebenarnya, memaknai biosekuriti dalam akuakultur itu tidak terbatas pada farm level saja,” imbuhnya.

Manfaat biosekuriti, utamanya adalah mencegah atau meminimalisir peluang masuknya patogen dan penyebarannya ke spot lainnya sehingga kesehatan udang terjaga.

Namun, luaran yang paling pentingnya adalah melindungi investasi ekonomi dan kesehatan manusia.  Pengembangan dan implementasi biosekuriti sendiri akan lebih mudah dilakukan melalui pendekatan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) sehingga kemungkinan introduksi penyakit akan lebih rendah. [] Admin

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top