Nasional

35 Tahun Lagi, Indonesia Bisa Kehilangan Perikanan Rawa Jika Tak Dikelola dengan Benar

BOGOR-KITA.com,  DRAMAGA – Yunandar, SPi, MSi, kandidat Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB University mengungkapkan bahwa pelestarian perikanan rawa perlu ditingkatkan. Hal ini menyikapi isu-isu lingkungan yang terjadi di perairan rawa seperti pencemaran.

Hal itu dikatakannya saat menjadi salah satu narasumber Webinar Seri-10 bertemakan Rawa Gambut Beserta Pemanfaatannya, Senin (20/7/2020) melalui aplikasi Zoom dan Live Streaming Youtube Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.

“Dalam 35 tahun, Indonesia akan kehilangan perikanan rawa bila terus diekploitasi. Maka dari itu, penting untuk mengelola perikanan rawa berdasarkan peta kesesuaian perikanan rawa dan berbasis kearifan lokal,” ujarnya dalam keterangan pers diterima BOGOR-KITA.com, Selasa (21/7/2020).

Baca juga  Timnas Indonesia Optimis Hadapi Vietnam Di Stadion Pakansari

Sementara Kepala PPLH IPB University, Prof Dr Hefni Effendi dalam sambutannya mengatakan bahwa PPLH dibentuk sebagai pengabdian kepada masyarakat di bidang pengelolaan lingkungan. Webinar ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk melestarikan fungsi-fungsi mangrove sebagai penyedia protein alami bagi masyarakat di area sekitar rawa gambut.

Ir Abrani Sulaiman, MSc PhD, dosen jurusan peternakan Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin membahas mengenai plasma nutfah ternak rawa seperti itik Alabio dan kerbau rawa. Dalam paparannya, ia membahas mengenai potensi rawa serta produksi telur itik yang dapat dikembangkan di daerah rawa tersebut.

Menurutnya, telur itik memiliki harga yang relatif stabil dan punya harapan untuk ditingkatkan. Terlebih lagi, data statistik kinerja perunggasan tahun 2019 menunjukkan potensi produksi telur itik hingga lebih dari 300 ribu ton. Selain itu, ternak kerbau rawa juga dapat dikembangkan, selain kandungan nutrisinya baik, pemberian pakan pun mudah dengan hijauan rawa.

Baca juga  IPB University Borong 16 Penghargaan Anugerah Kemendikbudristek 2022

Sementara itu, menurut Ir Noviar, MBA, Kepala Kelompok Kerja Perencanaan, Badan Restorasi Gambut (BRG) Indonesia, dengan luasan lahan gambut yang cukup besar, permasalahan juga cukup sering terjadi. Awal mulanya dikarenakan minimnya data hingga konflik kepentingan, serta kebakaran lahan yang nilainya paling merugikan. Perlunya restorasi untuk memulihkan kembali keadaan lahan menjadi lestari menjadi momok penting yang perlu digencarkan oleh pemerintah. Adapun tahapan restorasinya yaitu berupa rewetting, revegetasi, dan revitalisasi, termasuk revitalisasi ekonomi demi kesejahteraan masyarakat sekitar.

“Adapun harapan dari revitalisasi ini adalah tentunya kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Dengan adanya kegiatan ini, kita akan memberikan input kegiatan R3 (rewetting, revegetation, revitalization). Di samping itu dengan berkurangnya kebakaran, kesehatan masyarakat akan menjadi sehat sehingga produktivitas masyarakat akan berenergi tinggi,” tutupnya. [] Hari

Baca juga  Pendekatan DAMO Menghadapi Perubahan di Era VUCA
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top