BOGOR-KITA.com, DRAMAGA – Work From Home (WFH) membuat perubahan pola hidup masyarakat dan berdampak pada masalah keuangan. Masalah keuangan yang timbul selama WFH antara lain disebabkan oleh adanya perubahan pola makan, terutama untuk meningkatkan imunitas dan kesehatan tubuh.
Hal ini menyebabkan kebutuhan terhadap sayur, buah, rempah-rempah, madu, dan vitamin menjadi bertambah.
Di samping itu, kebutuhan terhadap barang-barang kesehatan seperti hand sanitizer, cairan disinfektan, serta masker yang saat ini sedang naik daun juga meningkat. Masalah lainnya adalah meningkatnya harga barang-barang tertentu yang membuat anggaran belanja menjadi meningkat.
Menanggapi hal tersebut, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK Fema) IPB University, Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati, MSi memberikan tips menghemat keuangan selama WFH berlangsung.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah merevisi anggaran belanja baik bagi yang sudah menyusun sebelumnya atau mulai menyusun anggaran baru bagi yang belum memilikinya.
“Biasanya ibu-ibu sudah meyusun anggaran belanja bulanan meskipun seringkali hanya di pikiran alias tidak tertulis,” papar Dr Istiqlaliyah dalam siaran pers IPB University, Rabu (22/4/2020).
Revisi anggaran, lanjutnya, perlu dilakukan mengingat ada beberapa pengeluaran saat WFH yang meningkat, namun ada juga pengeluaran yang berkurang secara drastis.
Pengeluaran yang berkurang antara lain adalah transportasi. Selama WFH, transportasi untuk sekolah dan bekerja secara praktis hilang atau sangat berkurang. Biaya transportasi ini termasuk bahan bakar maupun parkir. Selain itu, karena harus stay at home, maka kebiasaan belanja ke pasar atau jalan-jalan ke mall juga hilang, sehingga pengeluaran untuk rekreasi, makan-makan di luar, tiket masuk untuk berolah raga seperti renang, gym, dan sebagainya juga berkurang bahkan hilang.
“Dengan demikian, uang yang dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran tersebut bisa dialihkan untuk kebutuhan yang muncul atau meningkat pada saat bekerja di rumah, termasuk kebutuhan internet yang melonjak,” papar Dr Istiqlaliyah.
Kedua, karena kegiatan belanja yang sekarang banyak dilakukan secara daring, sebisa mungkin supaya tidak terlalu sering berbelanja. Artinya sekali belanja bisa untuk memenuhi kebutuhan beberapa hari atau satu minggu.
Jika memungkinkan, bisa belanja berbagai kebutuhan dalam satu toko. Hal ini bisa menghemat biaya pengiriman. Agar efisien dalam belanja, mencatat barang-barang yang akan dibeli penting dilakukan sebelum berbelanja atau memesan barang belanjaan. Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak ada yang tertinggal atau kurang.
“Untuk pembayaran belanja atau pembayaran pengeluaran lain yang dilakukan secara transfer, jika memungkinkan bisa dipilih bank yang sama dengan rekening kita. Ini bisa menghemat biaya administrasi, atau bisa juga menggunakan aplikasi yang bisa mentransfer antar bank tanpa biaya,” ungkap Dr Istiqlaliyah.
Ia menekankan, prinsip manajemen keuangan keluarga yang penting adalah jangan besar pasak daripada tiang. Pengeluaran tidak boleh melebihi pendapatan.
Dengan demikian, masyarakat harus pandai memilah pengeluaran yang diprioritaskan yaitu pengeluaran yang benar-benar dibutuhkan dan bukan untuk memenuhi keinginan saja. Pada intinya adalah masyarakat bisa menahan diri dari godaan belanja barang-barang yang belum tentu dibutuhkan.
Bagi masyarakat yang senang berbelanja online dan berselancar melihat-lihat barang diskon atau promo di berbagai market place atau toko online merupakan kegiatan yang sangat mengasyikkan. Dalam rangka penghematan, kegiatan ini juga harus dibatasi, karena biasanya akan menggoda untuk berbelanja barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Selanjutnya adalah memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki untuk membantu penghematan. Potensi sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga mencakup sumberdaya materi seperti harta benda termasuk pekarangan dan sumberdaya manusia seperti keterampilan memasak, menjahit, berkebun, atau bertukang.
Pekarangaan yang ada di sekitar rumah bisa ditanami dengan buah atau sayur seperti tomat, cabe, dan lain sebagainya. Bagi yang memiliki pekarangan sempit, bisa menanamnya di pot atau polybag. Jika berbuah atau sudah panen tentunya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dapur sehingga dapat menghemat pengeluaran.
“Karena di rumah terus, pastinya ingin makan dan ngemil, mumpung di rumah, kita bisa menyalurkan hobi sambil WFH seperti memasak dan berkebun. Dengan demikian, bisa membantu keluarga untuk menghemat pengeluaran,” tambahnya.
Terkait panic buying, hal ini menurutnya tidak perlu dilakukan. Ia mencontohkan, karena ketakutan kurang persediaan bahan pangan di pasar, banyak masyarakat yang memborong barang-barang di supermarket atau toko.
Bahkan, banyak juga yang memborong cairan disinfektan, hand sanitizer, dan masker. Pada akhirnya banyak kita peroleh tips-tips untuk membuat sendiri barang-barang tersebut dengan biaya yang lebih murah.
Saat ini banyak yang sudah membuat sendiri masker-masker cantik yang justru bisa dijual untuk menghasilkan pendapatan. Jadi sebenarnya panic buying itu dapat berpotensi menyebabkan pemborosan. Hal ini karena belanja berlebihan dan tidak sesuai dengan anggaran yang sudah direncanakan.
“Pembelian barang yang terlalu banyak memungkinkan tidak semua dibutuhkan, apalagi jika mudah rusak atau ada masa kadaluwarsanya, bisa-bisa malah terbuang dan menjadi mubadzir,” tambahnya.
Dr Istiqlaliyah juga menyarankan supaya tetap menjaga kesehatan seperti yang sudah disarankan oleh para ahli. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan juga sangat berkaitan dengan uang. Jika sampai sakit maka uang yang akan dikeluarkan akan semakin banyak.
Di samping itu, Ia juga menyarankan supaya masyarakat dapat membayar uang tagihan seperti listrik, air dan gas tepat waktu supaya tidak mendapat denda.
Terakhir, dosen Fema IPB University itu menekankan agar masyarakat menabung dengan cara memasukkan tabungan sebagai alokasi pengeluaran yang perlu dianggarkan.
Terlebih lagi untuk menghadapi kondisi yang tidak menentu ini tabungan sangat berguna untuk keperluan tidak terduga. “Namun demikian, meskipun harus berhemat, jangan melupakan sedekah, karena tanpa kita sadari dengan bersedakah kita bisa membantu orang lain dan membuka pintu rizki,” pungkasnya. [] Admin