Hukum dan Politik

Irjen Tito Harus Ungkap Pengeroyok TNI di Kampung Melayu

Neta S Pane

BOGOR-KITA.com – Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian harus segera mengusut tuntas kasus pengeroyokan terhadap dua anggota TNI di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur pada 1 Agustus 2015.

“Jangan seperti di Sulawesi Selatan (Sulsel), kasus pengeroyokan terhadap dua anggota TNI tak kunjung terungkap tuntas hingga kini. Padahal satu dari korban pengeroyokan tewas,” kata Ketua Presidium Indononesia Police Watch (IPW), Neta S. Pane dalam siaran pers yang diterima BOGOR-KITA.com, Minggu (2/8/2015).

Neta mengatakan, jika kasus pengeroyokan terhadap anggota TNI tak kunjung dituntaskan Polri, trennya akan terus terjadi. Di Sulsel kasus pengeroyokan terjadi pada 12 Juli 2015. Saat itu, Pratu Fatku Rahman dan Pratu Aspin Mallobasang anggota Kostrad yang sedang cuti Lebaran dikeroyok 20 orang dan ditusuk di Lapangan Syekh Yusuf, Gowa.

Baca juga  Komplotan Perampok Modus Kencani Perempuan Diringkus Polisi

Nyawa Pratu Aspin tak tertolong. Dia tewas akibat tusukan di dada. Sedangkan Pratu Fatku luka tusuk di punggung dan perut. IPW berharap pihak kepolisian segera mengungkapkan kasus penggeroyokan ini agar tidak timbul keresahan di masyarakat.

Terutama kasus pengeroyokan terhadap dua anggota Yon Zeni Konstruksi TNI, Sertu Indra Lesmana (26) dan Kopda Ade Wahyudin (34), yang dikeroyok sekelompok orang di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Sebelum dikeroyok, kedua anggota TNI itu ditabrak mikrolet. Saat keduanya meminta pertanggungjawaban, supir mikrolet itu berteriak dan kedua anggota TNI itupun babak belur dikeroyok massa. IPW berkeyakinan Kapolda Metro Jaya akan mampu mengungkap kasus pengeroyokan terhadap anggota TNI ini. Sebab, jika kasus ini tidak terungkap tuntas dikhawatirkan akan muncul aksi solidaritas. Sebab Jakarta pernah punya pengalaman buruk dalam hal ini.

Baca juga  Dedi Mulyadi Dukung Penuh Dedie Rachim - Jenal Mutaqin di Pilkada Kota Bogor 2024

Tahun 2012 di Jakarta pernah muncul oknum yang menyebut dirinya sebagai Gang Motor Pita Kuning. Mereka mengamuk karena polisi tidak serius dan lamban dalam mengungkap kasus terbunuhnya anggota TNI AL, Kelasi Satu Arifin Sirih di Kemayoran, Jakarta Pusat. Akibatnya, kelompok ini mencari sendiri pelakunya. Dampaknya, oknum-oknum itu merusak sejumlah kantor polisi. Kasus ini perlu menjadi pelajaran bagi jajaran kepolisian. Untuk menghindari hal serupa, Kapolri perlu mengingatkan bawahannya sekecil apapun peluang keresahan dan konflik harus dihindari. “Caranya, segera mengungkap kasus pengeroyokan yang menewaskan anggota TNI itu agar pelakunya bisa segera diadili,” tutup Neta.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top