BOGOR-KITA.com – Ban bekas kendaraan biasanya berakhir di tempat pembuangan sampah. Setiap tahun di seluruh dunia lebih dari satu miliar ban kendaraan dibuang. Orang lebih memilih membuangnya begitu saja karena ban bekas memiliki material yang tidak mudah terurai.
Tapi, bagi Tongkang (68), ban bekas menjadi sesuatu yang berharga. Setiap hari, pria yang juga salah satu pelopor kerajinan penglohan karet di Desa Cihowe Kecamatan Ciseeng ini mengurai setiap ban bekas yang didapatnya dari para pemulung untuk kemudian diolah menjadi helaian karet untuk bahan baku berbagai kerajinan lain seperti jok, sandal dan lainnya.
“Rata-rata per bulan saya bisa menghasilkan sebanyak 400 gabung, di mana satu gabungnya terdiri dari sepuluh kodi karet untuk dikirm ke penampung di Lampung. Harga per-kodinya sendiri sebesar Rp. 5.000,-” katanya Selasa (5/3/2019).
Dalam mengerjakan hasil limbah karet ini, Tongkang dibantu empat orang pekerjanya yang kesemuanya masih keluarga. Namun, ia juga kadang melempar ke perajin lainnya untuk memenuhi kuota permintaan.
”Saya juga menjalin mitra usaha dengan perajin lainnya karena jujur saja, untuk memenuhi permintaan tersebut tidak bisa dilakukan sendiri,” ujar Tongkah di sela-sela waktu istirahatnya.
Tongkang yang mengaku telah menekuni usahanya sejak tahun 1972 ini juga menceritakan perkenalannya pada bidang ini diawalinya ketika melihat perajin pengolahan karet di daerah Citerureup.
Dari sana ia kemudian mencoba untuk memulai dengan mencari dan mengumpulkan limbah karet ban bekas dengan berkeliling ke berbagai wilayah. Setelah diurai, ban-ban tersebut kemudian di kirim ke tukang tambal ban.
“Dulu saya setiap hari berkeliling ke lapak-lapak pemulung untuk mencari ban bekas. Bahkan tak jarang saya harus mencarinya hingga ke Tangerang dan Jakarta,” ceritanya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Cihowe, Tajudin mengatakan usaha olahan libah karet ini telah menjadi slah satu potensi yang dimiliki warganya. Usaha juga merupakan warisan yang diturunkan turun temun dan telah menjadi usaha keluarga.
”Sekitar kurang lebih 300 kepala keluarga terutama yang ada di Kampung Pulo dan Rancak Kromong merupakan perajin olahan limbah karet. Bahkan hampir disetiap rumah warga yang ada di wilayah RT 2 RW 3 dapat ditemui usaha kerajinan ini,” sebutnya.
Selain kerajinan limbah olaha karet, potensi lainnya yang terdapat di Desa Cihowe adalah usaha konveksi rumahan serta budidaya ikan. ”Tapi karena kurangnya permodalan usaha ini belum mampu menjadi indikator dalam peningakatan ekonomi warga kami,” terangnya. [] Admin/
Pkr