Kota Bogor

Cangkang dan Daging Kerang Hijau di Cilincing Terbukti Mengandung Logam Berat

Prof Etty Riani

BOGOR-KITA.com, JAKARTA – Timbunan limbah cangkang kerang hijau yang terus menggunung di kawasan pesisir Cilincing, Jakarta Utara, dinilai mengancam keseimbangan ekosistem pesisir. Peneliti IPB University, Prof Etty Riani, menegaskan bahwa masalah ini bukan hanya persoalan estetika lingkungan, tetapi juga sumber berbagai risiko ekologis dan kesehatan masyarakat.

Menurut Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University itu, cangkang kerang hijau yang menumpuk akan mengalami proses penguraian secara biologis, fisik, dan kimia.

“Ketika cangkang terdegradasi, senyawa anorganik dilepaskan ke lingkungan. Jika jumlahnya berlebihan, parameter kualitas air dapat keluar dari baku mutu sehingga menyebabkan kualitas perairan menurun,” jelasnya, Selasa (25/11/2025).

Kelebihan nutrien dari proses penguraian juga berpotensi memicu eutrofikasi, yakni ledakan pertumbuhan fitoplankton. Pada malam hari, kebutuhan oksigen untuk respirasi fitoplankton dan penguraian bahan organik membuat kadar oksigen terlarut dapat turun drastis. “Jika berlangsung terus-menerus, kondisi ini bisa menyebabkan kematian biota air bahkan memicu kematian massal,” tegas Prof Etty.

Baca juga  Uji Coba SSA Diperpanjang Sampai 18 April, Sejumlah Perbaikan Digeber

Kerang Mengandung Logam Berat Berbahaya

Penelitian Prof Etty dan tim di Teluk Jakarta, termasuk wilayah Cilincing, menemukan fakta yang lebih mengkhawatirkan: baik cangkang maupun daging kerang hijau mengandung logam berat berbahaya seperti Hg, Pb, Cd, Cu, Cr, dan Zn.

Dengan penumpukan cangkang mencapai 1–4 ton per hari, risiko pencemaran logam berat pada tanah, air, dan sedimen pesisir meningkat signifikan. “Kontaminasi tidak hanya berhenti di sedimen. Logam berat dapat diserap mangrove, masuk ke rantai makanan, lalu terakumulasi pada biota air dan akhirnya membahayakan kesehatan manusia,” ujarnya.

Dalam jangka panjang, paparan logam berat dapat memicu gangguan fisiologis, kerusakan organ, kegagalan reproduksi, hingga cacat bawaan pada biota air. Selain itu, tumpukan cangkang yang mengeras dapat merusak struktur sedimen dan menurunkan kualitas ekologis secara permanen.

Baca juga  Dedie Rachim Peringati 1 Muharram di Mahad Nurul Fata

Berpotensi Jadi Sarang Penyakit

Selain risiko kimiawi dan ekologis, Prof Etty mengingatkan bahwa timbunan cangkang dapat memicu munculnya vektor penyakit. Meski belum ditemukan bukti kontaminasi bakteri patogen pada kerang atau ikan di sekitar lokasi, tumpukan limbah seperti ini umumnya menjadi tempat berkembangnya lalat, parasit, dan patogen lain yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.

Pemanfaatan Harus Selektif

Prof Etty menegaskan bahwa cangkang kerang hijau tidak boleh ditimbun sembarangan dan tidak boleh dimanfaatkan untuk konsumsi, pakan biota, atau pupuk selama masih mengandung logam berat. Pemanfaatan baru dapat dilakukan jika cangkang melalui proses teknologi untuk menghilangkan bahan berbahaya tersebut.

Sebagai solusi ekonomi sirkular, ia merekomendasikan pemanfaatan cangkang untuk produk nonkonsumsi. “Cangkang yang telah dibersihkan memiliki warna menarik dan dapat menjadi bahan kerajinan bernilai ekonomi. Selain itu, cangkang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti CaO atau CaCO₃ untuk campuran beton, bata, paving block, dan lainnya,” tutupnya. [] Hari

Baca juga  Adzra Nabila Terseret Air di Jalan Dadali, Rifki Alaydrus Sebut Kelalaian Pemerintah
Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top