Kab. Bogor

15 Ribu Pohon di Hulu agar Bogor Kembali Sejuk

BOGOR-KITA.com, BOGOR – Julukan ‘Kota Hujan’ untuk Bogor mulai terdengar kurang layak. Hujan semakin jarang, berbarengan dengan peningkatan suhu, pencemaran udara dan air.

Cileungsi saja, satu kecamatan di Kabupaten Bogor, menunjukkan tingkat pencemaran udara tertinggi membersamai sembilan wilayah lain di Indonesia. Cileungsi menunjukkan angka 165, termasuk tidak sehat, dalam Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Indeks (AQI) di Indonesia.

Penurunan kualitas udara itu membawa penurunan mutu kesehatan warga Kabupaten dan Kota Bogor. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Juni tahun lalu menunjukkan 22.666 kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Meningkat bulan berikutnya, Juli, menjadi 26.136 kasus, meski melamban bulan Agustus dengan 24.162 kasus. Dari awal tahun hingga Agustus 2023, setidaknya ada 1.747 kasus ISPA diderita anak usia 0-5 tahun.

Usaha pemkab maupun pemkot Bogor untuk menahan laju peningkatan pencemaran itu terlihat masih jauh dari cukup. Pengujian tingkat emisi kendaraan, pengurangan bahan bakar fosil kendaraan umum, peralihan ke kedaraan Listrik, masih belum menahan laju pencemaran secara signifikan.

Baca juga  Wabup Bogor Apresiasi Program TJSL PT. Argha Karya Prima Industri Hibahkan Gedung Damkar

Karena itu, diperlukan peran aktif masyarakat, kalangan dunia usaha, dan organisasi-organisasi masyarakat untuk turut menahan laju pencemaran udaya dan penurunan kualitas kesehatan warga Bogor.

Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI), sebuah organisasi non-pemerintah yang berpusat di Cimahpar, Kota Bogor, telah memprakarsai penanaman 15 ribu pohon di desa Barengkok dan Desa Karacak, Leuwiliang, bekerja sama dengan pemerintah desa, organisasi sosial dan masyarakat setempat, akhir Juli lalu.

Tergabung dalam aksi penamaman 15 ribu pohon itu adalah Jejakin, Gojek, Kelompok Tani (KT) Delapan Sembilan, KT Suka Tani, Kelompok Wanita Tani (KWT) Pelangi Gunung Suling, dan KWT Melati. Beberapa anggota kelompok memiliki lahan yang cukup luas untuk ditanami pohon-pohon yang bernilai koservasi sekaligus ekonomis.

Mengapa Desa Barengkok dan Desa Karacak? Menurut Siti Suprehatin, koordinator Penanaman, karena kedua desa tersebut merupakan sub-DAS Cisadane. Dua desa ini dilalui dua sungai, yaitu Sungai Cianten dan Sungai Citeurep. Sungai Citeurep adalah anak Sungai Cianten, yang juga Sub-DAS Cisadane. Karena itulah Desa Barengkok dan Desa Karacak kaya sumber air. DAS Cisadane memenuhi kebutuhan air di wilayah Tangerang dan Bogor.

Baca juga  Puluhan Kios PKL di Area Masjid Atta ’Awun Puncak Dibongkar Satpol PP

“Selain itu, dua des aini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bogor sebagai proyek percontohan desa pusat pertumbuhan,” kata Siti di kantornya, Cimahpar, Selasa, (20/8/2024).

“Sebagai kawasan hulu, kelestarian Desa Barengkok dan Desa Karacak perlu dijaga. Banyak lahan di dua desa ini yang sudah menjadi kebun kopi. Padahal, kawasan hulu perlu tanaman keras untuk menjaga kualitas air dan debit air,” katanya.

Agar dapat mendukung fungsi ekologi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat, jenis pohon yang ditanam adalah tanaman buah-buahan seperti durian, nangka, cempedak, alpukat, manggis serta tanaman kopi. Sedangkan tanaman keras yang dianggap dapat menjaga kelestarian air di hulu DAS Cisadane adalah tanaman manglid.

Penanaman secara simbolis dilaksakanakan dalam rangka Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2024, yang mengusung tema “Pohon dan Perubahan Iklim : Aksi Nyata Untuk Masa Depan”.

“Sebagai masyarakat yang mendiami kawasan hulu, kami harus menjaga kelestarian sungai,” kata Muhammad Lomri, Ketua Kelompok Tani Desa Delapan Sembilan.

Baca juga  Siapa Oknum DPRD dan Pejabat Pengatur Proyek GOR Pakansari Cibinong Senilai Rp196 Miliar

“Lagi pula, semua warga desa mengambil manfaat dari sungai ini,” tambahnya.

Penghasilan utama desa Barengkok dan Desa Karacak selama ini bersumber dari sektor perkebunan dan pertanian. Komiditi yang dihasilkan antara lain buah manggis, kopi, durian, alpukat, dan vanili. Komoditi-komoditi ini memiliki daya saing di pasar wilayah Bogor dan sekitarnya. Durian, manggis dan kopi adalah produk unggulan dua desa tersebut.

15 ribu pohon yang ditanam itu juga dimaksudkan sebagai penaung tanaman kopi agar produktivitasnya meningkat. Terdapat Gabungan Kelompok Tani Masyarakat di Desa Barengkok dan Desa Karacak, yang didampingi penyuluh pertanian Kabupaten Bogor.

Tentu saja 15 ribu pohon jauh dari cukup untuk menahan laju pencemaran udara, tapi menurut Siti, dalam jangka waktu enam bulan pertama, ke 15 ribu pohon itu akan mampu menyerap buangan karbon sebesar 361 metrik ton – capaian yang bisa melambankan peningkatan suhu wiayah Bogor karena perubahan iklim.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terpopuler

To Top