Truk Proyek Bendung Sukamahi Hilir Mudik, Warga Desa Gadog Protes Datangi Kantor Desa
BOGOR-KITA.com, MEGAMENDUNG – Puluhan warga Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor mulai mengeluhkan aktivitas kendaraan proyek Bendung Sukamahi yang hilir mudik setiap hari.
Selain mengganggu kenyamanan warga, hilir mudik kendaraan truk muatan material proyek Bendung Sukamahi ini juga telah membuat kerusakan sebagian rumah warga dari mulai keretakan dinding rumah, kabel listrik terputus, bising serta kemacetan dan kerusakan jalan.
Yang lebih parah lagi, adanya gangguan mental warga akibat hilir mudik kendaraan yang hampir 24 jam tanpa batas waktu.
Terkait keluhan warga ini, Pemerintah Desa Gadog langsung melakukan musyawarah di tingkat desa dengan mengundang pihak-pihak terkait.
Kepala Desa Gadog, Dedi Djunaedi mengatakan, sejumlah warga yang berada di sepanjang jalan Cikopo Selatan khususnya di Desa Gadog merasa terganggu dengan aktivitas kendaraan proyek yang hilir mudik setiap harinya.
Untuk itu, agar persoalan ini bisa mendapat solusi atau perhatian dari pihak proyek, Pemerintah Desa didampingi Babinsa, Babhinkamtibmas, BPD dan Pol-PP mengundang perwakilan dari pihak proyek agar bisa menampung keluhan warga.
“Intinya apa yang menjadi keluhan warga, pihak proyek bisa mendengar dan mencari solusinya,” ujar Dedi Djuanedi kepada wartawan, Rabu (13/10/2021).
Warga yang terganggu dari hilir mudik kendaraan proyek ini meliputi warga di empat Rukun Warga (RW) yaitu warga RW 03,04,05,06.
Selain meminta pertanggungjawaban akibat kerusakan yang ditimbulkannya karena hilir mudik kendaraan proyek, Pemerintah Desa Gadog juga meminta pihak proyek mengatur waktu pengiriman barang.
“Kami minta saat truk besar kirim barang dilakukan pada pagi hingga sore, dan malam tidak aktivitas kendaraan sama sekali,” bebernya.
Selain itu, pihak proyek juga diminta untuk sering berkoordinasi dan mensosialisasikan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan proyek.
Tujuannya, agar Pemerintah Desa bisa menjembatani kepada masyarakat terkait aktivitas yang akan dilakukan. Dengan begitu, masyarakat akan mudah memahami fan mengerti ketika diberitahu terlebih dahulu.
“Jadi ada anggapan dari masa pihak proyek arogan, tidak mau menampung aspirasi warga sekitar proyek, dan tidak mau berkomunikasi terkait kegiatan dan dampak yang akan dialami warga,” tandasnya. [] Danu